Berita Tegal
Mengenang Tan Malaka Lewat Ular di Meja Revolusi, Monolog Apik Joind Bayuwinanda
Nama saya Tan Malaka. Saya lahir di surau kecil di sebuah nagari di Minangkabau," kata pria tersebut dalam pementasan monolog di Aula Kampus UPS Tegal
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: Muhammad Olies
TRIBUNJATENG.COM,TEGAL- Di sebuah ruang gelap, pelan-pelan ada seseorang yang berjalan di belakang penonton.
Sosok itu menenteng sebuah tas berwarna gelap dan kemudian berdiri di sebuah panggung.
Ia sesekali memperhatikan sekitar ruangan.
Kemudian meletakkan tas yang dibawanya ke lantai sembari menyentuh kursi berwarna coklat.
"Nama saya Tan Malaka. Saya lahir di surau kecil di sebuah nagari di Minangkabau," kata pria tersebut dalam pementasan monolog di Aula YPP Kampus UPS Tegal, Minggu (7/7/2024) malam.
Pementasan monolog berjudul 'Ular, di Meja Revolusi' itu dipentaskan oleh Sindikat Aktor Jakarta dan Ikatan Drama Jakarta Barat (INDRAJA).
Monolog yang bercerita tentang Tan Malaka itu diperankan oleh Joind Bayuwinanda.
Dengan wajah yang tampak lelah dan yang serba perlahan, sosok pria itu sesekali menatap kedepan seperti mengabarkan sesuatu.
Raut wajah pasrah atas pelarian dan pengejaran yang sangat tergambar jelas.
”Sebentar lagi saya entah berada di mana. Dan bila benar kelak ada kehidupan berikutnya setelah kehidupan di alam dunia ini, maka orang pertama yang ingin saya temui adalah ayah dan ibu saya. Saya ingin meminta ampun dan maaf karena saya tak pernah menziarahi kubur mereka," ujarnya.
Pertunjukan yang berlangsung selama 45 menit itu juga menyuguhkan dialog-dialog yang kuat.
Di akhir pertunjukan, sosok pria yang berpakaian seperti Tan Malaka itu lalu berganti baju.
Ia menggunakan kaca mata hitam, jelana jins, mengguakan topi, blazer dan bersepatu santai.
Kemudian mengemas buku-buku tebal kedalam tas hitam dengan mengulang dialog seperti di bagian awal.
”Nama saya Tan Malaka. Saya lahir di surau kecil di sebuah nagari di Minangkabau," ungkapnya mengakhiri dialog yang kemudian disambut tepuk tangan penonton.
Baca juga: 17 Quotes Sumpah Pemuda dari Soekarno, Tan Malaka hingga Soe Hok Gie
Baca juga: Memaknai Peristiwa Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dalam diskusi setelah pementasan, penonton sekaligus pegiat teater di Tegal, Apito Lahire mengatakan, monolog tersebut sedang membongkar sosok tokoh Tan Malaka dalam segala dinamika kemanusiaannya.
Tergambar jelas sosok itu menghadapi banyak himpitan, pertentangan, ancaman dari pihak lain yang berseberangan secara ideologi, bahkan yang seideologi.
"Hal itu karena pemikiran Tan Malaka yang progesif revolusioner seperti pengembaraan tubuh geografisnya dan pergerakan pengetahuannya sampai kini melewati batas kultural. Menyelinap di antara kerumunan masa lalu, masa kini dan nanti," ungkapnya.
Seniman Tegal, Yono Daryono mengatakan, ia terkesan karena kekuatan aktor dalam pementasan monolog tersebut bagus.
"Salut, aktor tetep inten dan bermain bagus selamat untuk mas Joind Bayuwinanda," ujarnya.
Pertunjukan monolog tersebut juga disupport oleh Kampung Seni Tegal, Teater Akar UPS Tegal, dan Teater Gemblong. (fba)
Wali Kota Tegal Dedy Yon Beri Kejutan Ulang Tahun kepada Tiga Pelajar SMKN 3 |
![]() |
---|
Ini Pentingnya Pelajar Tanamkan Nilai Budi Pekerti Menurut Wali Kota Tegal Dedy Yon |
![]() |
---|
Datangi Vape Store, BNN Tegal Waspadai Peredaran Narkotika Melalui e-Liquid |
![]() |
---|
Wali Kota Dedy Yon Ajak Mahasiswa FMTN Sinergi Bangun Kota Tegal |
![]() |
---|
Kunjungi RS Swasta, Mbak Iin Apresiasi Pelayanan RSUI Harapan Anda Tegal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.