Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Dini Tuna Rungu Pembuat Tas dan Dompet Berbahan Tali Kur

Di sebuah gang kecil di Jalan Imam Bonjol kota Salatiga, Dini (22) menekuni pembuatan kerajinan tangan berupa tas dan dompet berbahan tali kur.

Editor: iswidodo
Tribun Jateng/Mahasiswa UIN Salatiga magang jurnalistik
TALI KUR - Dini warga tuna wicara pembuat tas dan dompet berbahan tali kur. Sehari-hari dia membuat kerajinan itu di Jalan Imam Bonjol kota Salatiga. (Shabila Nanda Devina Mahasiswa UIN Salatiga Jurusan KPI Magang di Tribunjateng.com) 

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Di sebuah gang kecil di Jalan Imam Bonjol kota Salatiga, Dini (22) menekuni pembuatan kerajinan tangan berupa tas dan dompet berbahan tali kur. Dini memiliki keterbatasan berbicara maupun pendengaran.

Keadaan tersebut tidak membuat Dini merasa terkekang. Sebaliknya, Dini telah menemukan cara untuk mengekspresikan kreativitas dan keterampilannya melalui kerajinan tangan yang unik dan indah, yaitu pembuatan tas dan dompet berbahan tali kur.

Dini mulai tertarik dengan kerajinan tangan sejak di bangku SMP. Dia mengikuti ekskul menjahit di sekolah dan dari situlah kecintaannya terhadap seni kerajinan mulai tumbuh. Meskipun tidak bisa mendengar dengan jelas, Dini memiliki kepekaan visual dan sentuhan yang luar biasa. Dini dapat melihat dan merasakan detail-detail kecil yang mungkin terlewatkan oleh orang lain.

Video Tutorial

Setelah lulus dari sekolah khusus bagi anak-anak dengan disabilitas, Dini memutuskan untuk mengembangkan bakatnya dalam bidang kerajinan tangan. Dini belajar dengan mengikuti pelatihan kerajinan tangan atas arahan sang guru serta belajar dari video tutorial yang dilengkapi dengan teks.

Ketekunan dan kesabarannya dalam mempelajari teknik-teknik baru membuahkan hasil yang luar biasa.
Bahan utama yang digunakan Dini dalam membuat tas dan dompet adalah tali kur, sebuah tali yang terbuat dari bahan sintetis yang kuat dan tahan lama.

Tali ini biasanya digunakan dalam kegiatan outdoor seperti berkemah atau mendaki, tetapi di tangan Dini, tali kur berubah menjadi karya seni yang menakjubkan. Dini memilih tali kur karena kekuatannya dan variasi warnanya yang menarik.

TALI KUR - Dini warga tuna wicara pembuat tas dan dompet berbahan tali kur. Sehari-hari dia membuat kerajinan itu di Jalan Imam Bonjol kota Salatiga. (Shabila Nanda Devina Mahasiswa UIN Salatiga Jurusan KPI Magang di Tribunjateng.com)
TALI KUR - Dini warga tuna wicara pembuat tas dan dompet berbahan tali kur. Sehari-hari dia membuat kerajinan itu di Jalan Imam Bonjol kota Salatiga. (Shabila Nanda Devina Mahasiswa UIN Salatiga Jurusan KPI Magang di Tribunjateng.com) (tribunjateng/mahasiswa UIN Salatiga magang jurnalistik)

Dini memulai setiap karyanya dengan merancang pola terlebih dahulu sesuai pesanan pelanggan. Kemudian membuat sketsa di kertas, menentukan ukuran dan bentuk tas atau dompet yang akan dibuat.
Setelah itu, mulai memotong tali kur sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Proses ini membutuhkan ketelitian dan kesabaran, karena tali kur harus dipotong presisi agar hasil akhirnya sempurna.

Simpul dan Anyaman

Berbekal tangan terampilnya dengan menggunakan teknik simpul dan anyaman, Dini menggabungkan potongan-potongan tali kur menjadi satu kesatuan. Setiap simpul dan anyaman dilakukan dengan hati-hati, memastikan bahwa setiap bagian terikat dengan kuat dan rapi. Proses ini memakan waktu berjam-jam, bahkan berhari-hari, tergantung pada ukuran dan kerumitan desainnya.

Hasil karya Dini tidak hanya indah secara visual, tetapi juga sangat fungsional. Tas dan dompet yang dibuatnya memiliki daya tahan yang luar biasa, mampu menahan beban berat tanpa merusak bentuknya. Selain itu, desainnya yang unik dan penuh warna membuat setiap produk menjadi barang yang istimewa dan diminati banyak orang.

Pemasaran produk Dini awalnya dilakukan melalui mulut ke mulut. Teman dan keluarga yang kagum dengan hasil karyanya mulai memesan tas dan dompet untuk diri mereka sendiri atau sebagai hadiah. Seiring waktu, semakin banyak orang yang tertarik dengan produk Dini dan jumlah pesanan pun meningkat.

Usaha Dini tidak selalu ramai pesanan. Tahun 2023 adalah tahun yang berat bagi Dini karena tidak ada pesanan. Saat itu Dini berusaha mengevaluasi diri dan memulai usahanya untuk bangkit kembali di awal tahun 2024 ini.

Untuk memperluas jangkauan pasar, Dini memutuskan untuk memanfaatkan media sosial. "Saya berjualan tas melalui Handphone, difoto lalu dijadikan status di Whatsapp. Ada yang pesan saya buatkan lalu kirimm," terang Dini.

Selain media sosial, Dini juga bergabung dengan komunitas Sahabat Tuli Salatiga yang mengikuti berbagai pameran kerajinan tangan. Di pameran-pameran tersebut, Dini dapat berinteraksi langsung dengan pelanggan dan mendapatkan masukan serta ide-ide baru. Banyak pengunjung yang terkesan dengan dedikasi dan ketelitian Dini dalam setiap karyanya.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved