Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Mitos Dusun Simpar Banjarnegara

Mitos Dusun Simpar di Banjarnegara: Jika Pejabat Berkunjung Bakal Lengser atau Meninggal Dunia

Begini suasana Dusun Simpar, Banjarnegara, Jawa Tengah. Ada mitos jika pejabat datang berkunjung, maka pejabat tersebut akan lengser atau meninggal d

|
Penulis: Ardianti WS | Editor: galih permadi
youtube
Mitos Dusun Simpar di Banjarnegara: Jika Pejabat Berkunjung Bakal Lengser atau Meninggal Dunia 

Rombongan Bupati Kudus, bukan tanpa sebab tidak melewati Jembatan Tanggulangin. Hal ini lantaran adanya kepercayaan rajah yang tertanam di  sana.

Lembaga Penjaga dan Penyelamat Karya Budaya Bangsa (LPPKBB)‎, Sancaka Dwi Supani mengatakan, cerita mengenai rajah yang tertanam di Tanggulangin sudah menjadi cerita turun temurun.

"Sampai sekarang cerita itu masih diper‎caya, bahkan sudah ada sejak abad ke-14," ujar dia, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, rajah yang tertanam di Tanggulangin mirip seperti Rajah Kalacakra yang ada di Masjid Menara Sunan Kudus.

Rajah pengapesan itu, kata dia, dipercaya mampu membuat apes penguasa yang melintasinya.

"Sunan Kudus itu sakti karena mampu meruntuhkan kerajaan majapahit. Sampai sekarang (kesaktiannya-red) masih dipercaya," jelas dia.

Menurut cerita, pasukan majapahit yang ingin melintasi ‎jembatan tersebut akan terkena apesnya. 

"‎Orang Majapahit mau datang ke Kudus lewati aliran sungai Juwana pasti terkena apesnya," ujar dia.

Soal Rajah Kalacakra yang bikin pejabat baik daerah maupun skala nasional "ngeper" bakal lengser dari jabatan juga diakui oleh pihak Yayasan Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus (YM3SK).

Pengurus YM3SK, Abdul Jalil mengatakan, Rajah Kalacakra itu dipasang di atas pintu gerbang depan kompleks Menara Kudus.

Karena alasan itu pula, para pejabat itu lebih memilih melewati pintu lain yang sama-sama menuju masjid dan makam.

“Dari sisi aura, sampai hari ini saya berani mengatakan sangat jarang pejabat ya yang lewat sana (pintu gerbang). Banyak pejabat yang datang lewat pintu samping,” kata Abdul Jalil, beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan, dipasangnya Rajah Kalackra oleh Sunan Kudus ini buntut dari perseteruan di tubuh Kerajaan Demak.

Saat Raden Patah memimpin sebagai raja pertama, saat itu masih berjalan normal.

Sedangkan sepeninggal raja kedua, Pati Unus, mulailah terjadi perseteruan di dalam tubuh kerajaan.

Ketika Trenggono memimpin sebagai raja ketiga, perseteruan semakin sengit.

Puncaknya yaitu ketika menantu Trenggono, Hadiwijaya, menyatakan diri sebagai raja dan memindahkan kekuasaan ke Pajang.

Berkuasanya Hadiwijaya mendapat perlawanan dari Arya Penangsang yang merasa berhak sebagai pewaris takhta.

Dia memiliki darah keturunan dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran Sekar, yang dibunuh karena perselisihan dengan Trenggono.

Saat terjadi perselisihan antara Arya Penangsang dan Hadiwijaya, rupanya keduanya berebut simpati dari Sunan Kudus.

Pantas saja, Sunan Kudus merupakan pemimpin pasukan militer saat Raden Patah memimpin Demak.

Hal itu yang membuat Penangsang dan Hadiwijaya berebut dukungan dari sosok yang dituakan di kerajaan.

Pada situasi yang sangat tidak stabil di tubuh kerajaan, rupanya Sunan Kudus memilih untuk netral.

Dia memiliki kehendak agar kedua kubu menanggalkan posisi politiknya ketika akan mencari solusi terbaik.

Maka dari itu, dipasanglah Rajah Kalacakra demi menanggalkan kedigdayaan dan menghilangkan semua kekuatan yang dimiliki kedua kubu.

“Rajah itu dipasang di pintu gerbang masuk. Siapa saja yang melewati akan luntur kedigdayaannya dan kekuatannya, termasuk jabatannya,” kata Jalil.

Dipasangnya rajah tersebut, rupanya, tidak membuat Hadiwijaya terkecoh.

Dia memilih melewati pintu lain saat menghadap Sunan Kudus ketimbang lewat depan.

“Arya Penangsang yang lalai, dia lewat pintu gerbang itu akhirnya dia celaka,” katanya.

Namun, terkait benar tidaknya mitos Rajah Kalacakra yang bisa bikin pejabat lengser dari jabatan tidak ada yang bisa memastikan.

Meskipun sebelumnya memang ada sejumlah pejabat yang lengser setelah melewati Rajah Kalacakra. Beberapa di antaranya seperti Anas Urbaningrum yang lengser dari Ketum Partai Demokrat dan Gus Dur yang lengser dari jabatannya sebagai Presiden RI.

Waallahu’alam bisshowab.

Mitos di Kendal

Takut mati mendadak, masyarakat Desa Ngarianak, Singorojo, Kendal, Jawa Tengah, tidak ada yang berani mencalonkan diri menjadi kepala desa setempat.

Akibatnya, pemilihan kepala desa yang seharusnya digelar pada tanggal 26 Agustus 2013 terpaksa diundur.

Menurut salah satu tokoh masyarakat Desa Ngarianak, Subarso, sudah beberapa kali jabatan kepala desa dipegang oleh pegawai kelurahan lain secara sementara.

Pasalnya, kepala desa yang dipilih oleh rakyat meninggal dunia sebelum masa baktinya habis.

"Masyarakat takut mencalonkan diri menjadi kepala desa. Sebab, sudah beberapa kali kepala desa di Ngarianak meninggal dunia sebelum waktu jabatannya habis," kata Subarso, Rabu (21/8/2013).

Subarso menambahkan, ketakutan itulah yang menyebabkan sampai kini tidak ada warga yang berani mencalonkan diri menjadi kepala desa.

Adanya ketakutan warga itu dibenarkan oleh Kepala Bagian Tata Pemerintahan Pemkab Kendal Agung Budi.

Pelaksanaan pilihan kades pun terpaksa diundur hingga tanggal 31 Oktober. Kalau sampai batas pengunduran itu, belum juga ada yang berani maju menjadi calon, akan diambil langkah-langkah tertentu.

"Semuanya akan kami konsultasikan ke Bupati," katanya.

Agung menambahkan, pada tanggal 26 Agustus nanti, akan ada pemilihan kepala desa.

Jumlahnya ada 120 desa. Namun, yang tidak ada calonnya ada dua, yaitu Ngarianak Singorjo dan Penanggulangan Pegandon. Di Desa Penanggulangan, calonnya mengundurkan diri.(*) 

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved