Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Cilacap

Meriahnya Grebeg Suro di Desa Cinyawang Cilacap, 12 Gunungan Ludes Dalam Sekejap

Acara adat Grebeg Sura yang berlangsung di Desa Cinyawang, Kecamatan Patimuan, Cilacap berlangsung begitu meriah. 

Penulis: Pingky Setiyo Anggraeni | Editor: m nur huda
Tribun Jateng/Pingky Setiyo Anggraeni
Kemeriahan grebeg sura di Desa Cinyawang, Kecamatan Patimuan, Cilacap, Kamis (18/7/2024). Dalam sekejap 12 gunungan hasil bumi ludes diserbu warga.  

TRIBUNJATENG.COM, CILACAP - Acara adat Grebeg Sura yang berlangsung di Desa Cinyawang, Kecamatan Patimuan, Cilacap berlangsung begitu meriah. 

Ribuan warga nampak memadati kawasan Balai Desa setempat untuk menyaksikan acara adat yang hanya digelar setahun sekali di bulan Muharram.

Mereka pun berebut gunungan hasil bumi yang ada dalam gelaran itu.

Kepala Desa Cinyawang, Wasikun Budianto mengatakan bahwa tradisi grebeg sura di Desa Cinyawang diadakan setiap tahun dan sudah berlangsung cukup lama.

Grebeg Sura digelar oleh masyarakat desa Cinyawang sebagai wujud syukur masyarakat kepada Tuhan atas apa yang didapat selama setahun ini.

Rasa syukur itu diwujudkan warga dengan membuat gunungan.

Selain gunungan adapula puluhan tumpeng berukuran sedang dan ratusan tumpeng mini yang juga dibuat oleh warga.

"Masyarakat dari tiap-tiap dusun di Desa Cinyawang membuat gunungan dari hasil bumi.
Untuk tahun ini total ada 12 gunungan yang dibuat warga," ungkapnya kepada Tribunbanyumas.com

Dua belas gunungan dari warga itu dibuat atau dirangkai dari hasil bumi dan juga hasil produk unggulan di masing-masing dusun.

Ada gunungan sayur mayur dan buah, telur bebek 1000 butir, 1000 ekor ikan panggang, gunungan tempe hingga gunungan gula jawa.

"Jadi masing-masing dusun itu membuat gunungan yang isinya biasanya produk unggulan mereka atau yang bernilai sejarah seperti misal gunungan telur bebek.

Dulu di dusun Cinyawang 70 persen warganya beternak itik dan membuat telur asin sehingga warga membuat gunungan telur bebek untuk mengingat leluhur mereka," jelas Wasikun.

Sebelum diperebutkan oleh warga, gunungan-gunungan tersebut diarak terlebih dahulu sejauh 3 kilometer dari titik start dan berakhir di balai desa.

Sesampainya di balai desa masing-masing kepala dusun menyerahkan secara simbolis gunungan kepada Kepala Desa dan dilanjut doa bersama.

Setelah prosesi adat selesai, kemudian puncaknya adalah perebutan gunungan oleh warga.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved