Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Lipsus Produk China Banjiri Jateng

Saat Produk China Membanjiri Jateng, Harga Pakaian Bekas Mengejutkan, Bagaimana Brand Lokal?

Kebiasaan berburu pakaian bekas impor atau yang biasa disebut thrift shopping menjadi fenomena populer bagi kalangan anak muda

|
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
Tribunjateng/Permata Putra Sejati
Contoh baju-baju bekas impor yang dijual kembali di salah satu toko baju yang ramai di Purwokerto, Selasa (23/7/2024). 


Pelaku usaha baju bekas impor asal Banyumas, Chandra Nur Khoirul (28) berpandangan usaha pakaian impor bekas saat ini adalah peluang besar. 


Alasannya adalah karena lifestyle gaya hidup para muda-mudi yang gemar belanja, suka mencari brand terkenal dengan harga murah. 


"Barang-barang impor bekas itu unik dan langka, biasanya barangnya beda-beda dengan yang ada di pasaran. 


Meskipun memang berbisnis usaha pakaian bekas impor ini seperti membeli kucing dalam karung, kita tidak tahu kondisi di dalamnya seperti apa," terangnya. 


Ia menjelaskan ia biasanya membeli satu bal pakaian bekas impor dari kenalan distributor dari Bandung atau Depok. 


Dalam satu bal itu berisi kurang lebih 50 sampai 100 pakaian bekas yang tidak semua dalam kondisi bagus. 


"Tidak semua barang bagus, jadi pasti ada saja yang zonk, satu dua atau tiga ada yang seperti robek, ada noda, tapi kalau masih bisa dibersihkan dan diperbaiki. 


Tapi kalau beruntung bisa juga dapat pakaian yang benar masih terlihat baru dan ada labelnya," imbuhnya. 


Dari satu bal berisi 50-100 piece itu, ia mengaku mengeluarkan modal sebesar Rp1.1 juta dengan keuntungan bisa dua kali lipat dari modal awal tersebut. 


Meski diakuinya kadang dia menemukan dalam satu bal itu tidak sepenuhnya barang asli impor, karena ternyata ada juga barang campuran produk Indonesia. 


Terkait perilaku orang membeli pakaian bekas impor, ada fakta ternyata, orang yang membeli pakaian bekas impor bukan hanya datang dari kalangan berkantong cekak. 


Tetapi juga mereka yang berkantong tebal pun terkadang memanfatkannya membeli barang bekas. 


Alasannya, antara lain karena kualitas lebih bagus dibandingkan produksi lokal, kemudian modelnya yang keren-keren. 


Menanggapi gempuran barang impor China, salah satu pengusaha fashion lokal asal Banyumas, Ari Nugroho mengatakan keberadaan barang impor cukup berdampak. 


"Memang berdampak tapi kita brand lokal punya kelas sendiri, ada pengaruh tapi tidak banget karena kita punya kelas dan segmentasinya sendiri. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved