Malangnya Nasib Pria Ini, Rela Makan Ubi Selama 20 Tahun Demi Tabungan Milyaran, Berakhir Tragis

Malangnya Nasib Pria Ini, Rela Makan Ubi Selama 20 Tahun Demi Tabungan Milyaran, Berakhir Tragis

TRIBUNJATENG.COM- Seorang pria di Jepang menjalani hidup hemat atau frugal living selama lebih dari dua dekade.

Ia rela hanya memakan ubi saat musim panas dan mengandalkan makanan sederhana seperti nasi, sayuran asin, dan buah pulm asam pada malam hari.

Pria yang tak ingin disebutkan namanya ini, menjalankan hidup hemat sejak tahun 2000.

Ditahun tersebut ia mendapatkan pekerjaan yang stabil.

Dikutip TribunJatim.com dari NDTV via Kompas.com, Rabu (31/7/2024), perusahaan tempatnya bekerja mengharuskan karyawan bekerja lembur agar mendapat “kebahagiaan” di masa depan.

Selama berhemat, pria tersebu ingin menabung 100 juta yen atau sekitar Rp 10,5 miliar sesegera mungkin.

Sementara itu, gaji tahunan yang ia dapatkan 5 juta yen atau sekitar Rp 527,5 juta.

Selama bekerja, ia tinggal di asrama perusahaan dengan membayar 30.000 yen atau Rp 3,1 juta per bulan.

Diketahui pria berusia 45 tahun itu setiap hari hanya makan seadanya.

Bahkan, terkadang makan malamnya hanya berupa minuman energi yang diperolehnya dengan menggunakan poin gratis dari toko.

Ia terkadang beralih mengonsumsi minuman bersoda dan biskuit sebagai makan malamnya sambil menonton film bertema penjara.

Ketika microwave-nya rusak, ia mematangkannya di kaca depan mobil rekannya.

Tak hanya itu, pria tersebut juga tidak pernah menggunakan pendingin atau pemanas ruangan sepanjang tahun.

Saat musim panas, ia mendinginkan diri dengan kaus basah.

Kemudian melakukan olahraga squat di musim dingin agar tubuhnya tetap hangat.

Setelah bekerja di perusahaan tersebut selama 20 tahun 10 bulan dan pensiun dini, dia telah menghemat 135 juta yen atau Rp 14,2 miliar untuk ditabung

Terkini, ia sekarang mengonsumsi empat butir telur rebus setiap sarapan dan telah membeli microwave bar

Namun dengan menjalani gaya hidup frugal ekstrem selama kurang lebih 20 tahun, usahanya tersebut berakhir dengan hasil yang mengecewakan.

Sebab, tabungannya telah menyusut drastis akibat depresiasi yen sejak awal tahun 2024.

“Jika yen terus terdepresiasi, saya tidak akan pernah mencapai kebebasan finansial. Apa yang telah saya kerjakan selama 21 tahun ini? Itu semua tidak ada artinya, tragis sekali,” ujar dia dilansir dari SCMP.