Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pati

Kisah Anak Penderes Karet Dilantik Jadi Anggota DPRD Pati, Sosok Santri Tapi Aktivis

Dari 50 legislator yang dilantik, terdapat sosok santri yang terlahir dari latar belakang keluarga petani kurang mampu.

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Muhammad Olies
Ist
Anggota DPRD Pati 2024-2029 dari PKB, Kastomo alias Bung Tomo.   

TRIBUNJATENG.COM, PATI - Anggota DPRD Kabupaten Pati periode 2024-2029 resmi dilantik, Selasa (27/8/2024) malam.

Dari 50 legislator yang dilantik, terdapat sosok santri yang terlahir dari latar belakang keluarga petani kurang mampu.

Sosok tersebut ialah Kastomo (42). 

Sosok anak desa dan santri-aktivis ini berasal dari Desa Kudur, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati.

Kastomo sebetulnya bukan pendatang baru dalam panggung politik. 

Pada Pemilu 2014, Bung Tomo, begitu dia akrab disapa, mulai terjun ke arena politik praktis dengan menjadi calon anggota legislatif. 

Namun, suaranya tak mencukupi untuk mengantarkan dia sebagai anggota DPRD Pati.
 
Kegagalan itu tak membuat Bung Tomo patah semangat. 

Dia konsisten aktif di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) serta mencoba peruntungan lagi pada Pileg 2024. 

Hasilnya, dia berhasil melenggang ke kursi legislatif Gedung DPRD Pati setelah meraup 9.812 suara dari daerah pemilihan (dapil) Pati 4 yang meliputi Kecaman Winong, Jakenan, Pucakwangi, dan Jaken. 

Baca juga: Hanura Pasrah Kehilangan Kursi DPRD Pati, Imbas 3 Kader Petahana Pindah Partai

Baca juga: AR Mantan Anggota DPRD Pati Jalani Rehabilitasi, Ditangkap Lagi Nyabu Bareng 3 Rekannya

Pencapaian itu, bagi Bung Tomo, telah melalui proses panjang yang penuh rintangan. 

Pria yang selama ini mengabdi sebagai pengajar di Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) Abadiyah Desa Mojolawaran, Kecamatan Gabus, Pati ini, memiliki tekad kuat untuk menjadi penyambung lidah rakyat. 

"Hidup saya penuh perjuangan. Saya kuliah sambil bekerja sekaligus aktif dalam banyak organisasi, baik internal maupun eksternal kampus," ujar dia saat ditemui sebelum pelantikan anggota DPRD. 

Saat kuliah, dia aktif di organisasi ekstra kampus, yakni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Alkindi sebagai wakil ketua.

Dia juga aktif di organisasi internal.

Bung Tomo pernah menjabat sebagai sekretaris Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bahasa Inggris Unisma serta Gubernur Mahasiswa FKIP Unisma. 

Berkat semangat dan tekad yang kuat, Bung Tomo mampu menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Bahasa Inggris FKIP Universitas Islam Malang (Unisma). 

Sepulang kuliah, sambil mengajar dia tak meninggalkan habitatnya sebagai aktivis. 

Suami dari Siti Mudrikah ini aktif sebagai takmir masjid, hingga menjadi pengurus Gerakan Pemuda (GP) Ansor tingkat Kecamatan Winong dan pengurus cabang (PC) Pati. 

Bapak satu anak ini juga menjadi wakil ketua pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama (NU) Kecamatan Winong. 

Selain organisasi sosial dan keagaaman, Kastomo juga terjun di partai politik sebagai kader PKB Pati mulai 2009. 

Dia pernah menjadi sekretaris dan juga ketua DKC Garda Bangsa Pati, sebuah organisasi sayap PKB. Saat ini dia tercatat sebagai wakil Ketua DPC PKB Pati, sekaligus ketua PAC PKB Kecamatan Winong. 

Dia pun berkisah jika pencapaiannya saat ini tidak terlepas dari dukungan keluarga. 

Meskipun dalam kondisi kurang mampu, orang tuanya tak pernah membatasi dirinya dalam beraktivitas positif. 

Orang tuanya juga mengajarkan nilai kerja keras, ketekunan, dan kejujuran. 

"Orang tua saya mengajarkan karakter kuat sebagai anak desa dan santri. Meskipun penuh keterbatasan kami tetap harus kuat dan bisa adaptif dalam setiap kondisi," kata dia.

Lahir dari daerah Pati selatan yang mayoritas masyarakatnya petani tadah hujan menjadikan Kastomo kuat menghadapi banyak rintangan.

Di wilayah lahan kering, tidak banyak yang dapat dilakukan petani. Mereka hanya bisa panen sekali dalam setahun. 

Itu membuat orang tuanya, Sarmo dan Muklin, merantau ke Sumatra untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. 

Di tanah rantau, mereka bekerja sebagai penderes karet. Ketika orang tuanya merantau, Kastomo diasuh sang nenek. 

"Perjuangan orang tua yang begitu keras menjadikan saya semangat untuk belajar dan bertekad menjadi orang sukses. Segala daya upaya saya lakukan untuk berjuang memperbaiki keadaan keluarga. Semua tidak terlepas dari peran besar orang tua saya," tandas dia. (mzk)

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved