Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Purworejo

Kisah Mbah Samsuri, Setiap Hari Kelilingi Purworejo Jualan Es Meski Usia Sudah 76 Tahun

Kisah mbah Samsuri yang masih berjualan di usia senja terjadi di Purworejo Jawa Tengah.

Editor: rival al manaf
(KOMPAS.COM/BAYUAPRILIANO)
Samsuri saat melayani pembeli di sekitaran Alun-alun Purworejo, Jawa Tengah. 

TRIBUNJATENG.COM - Kisah mbah Samsuri yang masih berjualan di usia senja terjadi di Purworejo Jawa Tengah.

Mbah Samsuri kini sudah berusia 76 tahun lebih enam bulan.

Meski demikian dengan sisa-sisa tenaganya ia masih mengayuh sepeda untuk menjual es potong.

Kini memang rutenya tak sejauh dahulu, namun tetap saja di tengah terik matahari saat ini, pekerjaannya membutuhkan tenaga yang tak ringan.

Baca juga: Kecelakaan Beruntun di Jalan Wates-Purworejo: 3 Kendaraan Rusak Parah, 2 Pengemudi Dilarikan ke RS

Baca juga: BREAKING NEWS: Purworejo dan Semarang Diguncang Gempa Bumi M 5,6 Malam Ini

Apalagi, setiap hari, Samsuri menyusuri jalan puluhan kilometer, demi mencari nafkah untuk keluarganya. 

Memang agak berbeda dibandingkan beberapa tahun silam, saat dirinya masih kuat dan kokoh.

Dulu, dengan sepeda ontel jadulnya itu, Samsuri biasa mengitari kecamatan-kecamatan untuk menjajakan es potong legendarisnya.

Namun, kini dirinya fokus mengitari seputaran kota Purworejo saja.

Ya, Samsuri seakan menjadi legend dari es potong yang memiliki aneka rasa ini.

Dirinya adalah satu-satunya penjual es potong yang masih menggunakan sepeda ontel untuk menjangkau area jualannya.

"Setelah Covid kemarin, saya hanya jualan di kota-kota saja, khususnya Alun-alun Purworejo."

"Kalau dulu ya jauh, sampai Grantung (Bayan) segala," kata Samsuri saat melayani pembeli di Alun-alun Purworejo, Jawa Tengah, Minggu (1/9/2024).

Usia Samsuri kini sudah 76 tahun lebih 6 bulan.

Ia mengaku mulai berjualan pada 1981 atau sudah berjualan es potong selama 43 tahun.

Purworejo, bagi Samsuri adalah kota keduanya setelah Klaten yang menjadi kampung halaman.

Sampai saat ini pun, anak dan istri Samsuri berada di Klaten.

Sementara di Purworejo, dirinya tinggal bersama teman kerja dan majikan.

"Saya ngekos di Plaosan. Kalau pulang ke Klaten ya kalau ingin pulang saja alias tidak tentu," tambahnya.

Banyak suka duka yang dijalaninya selama menjalani sebagai penjual es potong.

Lelaki 3 anak ini mengaku banyak pelanggan yang seakan menjadi saudara, sedangkan kucing-kucingan dengan petugas Satpol PP menjadi salah satu cerita dukanya.

"Saya jalani semua dengan ikhlas, karena ya jadi kayak risiko orang berjualan seperti ini," tambahnya.

Disampaikannya, satu kotak kayu yang berada di kursi boncengan belakangnya, tidak sampai habis dalam sehari.

Ini berbeda dengan kondisi sekitar 30 tahun yang lalu.

"Dulu itu ramai pas harga es itu antara Rp 50 sampai Rp 100. Bisa habis satu kotak, kalau sekarang sulit untuk habis," tambahnya.

Sekarang ini, harga es potong ditawarkan mulai harga Rp 2.000 dan seterusnya.

Uang yang diperoleh itu akan disetorkan ke majikan yang membuat es.

"Upah saya selalu saya simpan untuk dibawa nanti pas pulang," katanya.

Sebenarnya, Samsuri sudah dilarang untuk berjualan oleh anak-anaknya.

Namun dirinya masih kuat dan tidak mau menggantungkan kehidupannya untuk dirinya dan istri.

"Saya tidak tahu sampai kapan akan berhenti, mungkin kalau saya sudah tidak mampu lagi ya," katanya polos. (*)

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved