KESEHATAN
Ini Gejala Wabah MPOX Versi Dinkes Kota Semarang, Masyarakat Diimbau Waspada
kadinkes Kota Semarang Hakam mengimbau masyarakat agar melakukan upaya pencegahan dengan melakukan peningkatan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: Muhammad Olies
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru saja mengumumkan bahwa wabah MPOX atau cacar monyet di Afrika sebagai keadaan darurat kesehatan global pada Agustus 2024. Virus ini juga terdeteksi sudah masuk ke Indonesia.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sudah ada 88 kasus yang sudah terkonfirmasi sejak 2022 hingga Agustus 2024. Total konfirmasi itu terbagi dari 1 kasus pada 2022, 73 kasus pada 2023, dan 14 kasus pada 2024. Kasus MPOX sendiri sudah menyebar di berbagai provinsi di Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Kepulauan Riau.
Hingga Agustus 2024 ini, belum ditemukan laporan maupun konfirmasi kasus MPOX di Jawa Tengah. Meski demikian, masyarakat diminta untuk waspada.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Muhammad Hakam mengimbau masyarakat agar melakukan upaya pencegahan dengan melakukan peningkatan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
Upaya itu seperti, mengkonsumsi makanan bergizi, buah dan sayur, menggunakan air bersih, mencuci tangan dan kaki dengan sabun, tidak merokok, melakukan olah raga ringan dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
“Di Jawa Tengah belum ada temuan kasus, begitupun di Kota Semarang. Jika masyarakat mengalami gejala mengarah MPOX atau cacar monyet seperti muncul ruam bernanah atau koreng di kulit serta terjadi pembengkakan pada kelenjar limfa di sekitar leher atau ketiak atau selangkangan silahkan segera cek ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat,” jelas Hakam, Rabu (4/9/2024).
Baca juga: 88 Kasus Virus Mpox Sudah Ditemukan di Indonesia, Berapa di Jateng?
Baca juga: Kemenkes Catat 88 Kasus Mpox, Inilah Wilayah Yang Paling Banyak Terkena
Hakam, lebih lanjut menerangkan mengenai beberapa gejala spesifik yang dimiliki oleh penderita MPOX.
“Penderita mengalami demam hingga lebih dari 38°C, kemudian muncul ruam setelah 1-3 hari dimulai dari kepala, lebih padat ke wajah lalu di bagian tubuh, muncul di telapak tangan serta kaki, lalu muncul Limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening),” lanjutnya.
“Virus ini bisa menular melalui kontak langsung dengan lesi atau cairan tubuh melalui ciuman, sentuhan, oral, penetrasi vaginal atau anal dengan seseorang yang terinfeksi Mpox. Sedangkan penularan tidak langsung bisa melalui benda yang sudah terkontaminasi virus Mpox dari penderita seperti misalnya tempat tidur,” imbuh Hakam.
Untuk pencegahan, Hakam menuturkan bagi orang yang sudah terjangkit virus MPOX dapat dilakukan dengan dua langkah, yakni Primary preventive (pre-exposure) vaccination (PPV) bagi individu yang beresiko tinggi terkena virus serta Post-exposure preventive vaccination (PEPV) untuk individu yang secara langsung berkontak langsung dengan individu yang terjangkit virus dalam kurun waktu 4 hari sejak pemaparan.
“Dengan adanya wabah MPOX ini diharapkan masyarakat bisa melakukan pencegahan dimulai dari lingkungan sekitar keluarga dan tetap hidup seperti biasa dengan tetap waspada akan persebaran virus MPOX,” pungkas Hakam.
Kasus Kanker Serviks Masih Tinggi, Ahli Imbau Masyarakat Lakukan Revaksinasi HPV |
![]() |
---|
Seorang Lansia Masuk Rumah Sakit gara-gara Ikuti Saran Chat GPT |
![]() |
---|
Pejuang Dua Garis Biru, Ini Biaya Program Bayi Tabung di Kota Semarang |
![]() |
---|
Angin Segar Profesi Bidan di Kendal, Diizinkan Buka Praktek Mandiri Setelah 9 Tahun Vakum |
![]() |
---|
Khasiat Minuman Jahe Merah Hangat untuk Kesehatan Tubuh |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.