Berita Solo
Penyebab Keributan Tabuh Gamelan Sekaten Solo, Diwarnai Adu Mulut dan Saling Dorong Sesama Kerabat
Insiden keributan terjadi antara dua kubu yakni dari Lembaga Dewan Adat (LDA) dan dari kubu SISKS Pakubuwono (PB) XIII
TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Akibat misskomunikasi, sempat terjadi keributan dalam gelaran adat Hajad Dalem Pareden Gamelan Sekaten.
Acara ini diadakan oleh Keraton Kasunanan Solo dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Senin (9/9/2024) siang.
Insiden keributan terjadi antara dua kubu yakni dari Lembaga Dewan Adat (LDA) dan dari kubu SISKS Pakubuwono (PB) XIII yang tengah mengikuti prosesi tabuh Gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari.
Bahkan salah satu menantu PB XIII, KRA Rizki Baruna Aji Diningrat sempat terlibat adu mulut hingga terjadi saling dorong dengan sesama kerabat keraton di Halaman Masjid Agung Keraton Kasunanan Solo.
Baca juga: Pesan Kate Middleton Setelah Berbulan-bulan Jalani Kemoterapi Penyakit Kanker
Keributan sendiri bermula saat Gamelan Sekati untuk pertama kalinya ditabuh sebagai penanda sepekan jelang Maulid Nabi Muhammad SAW.
Diketahui ternyata keributan yang berujung saling dorong itu awalnya terjadi ketika Rizki Baruna merasa tidak terima lantaran gamelan Sekaten sudah ditabuh saat rombongannya belum sampai di lokasi.
Padahal Rizki Baruno mengklaim bahwa dirinya yang telah mendapat titah dari PB XIII untuk menjadi penabuh pertama Gamelan Sekaten tersebut.
“Panjenengan ngowahi adat (Anda mengubah adat). Katanya harus sesuai paugeran (aturan adat)? Paugerannya kan harus sesuai dhawuh (perintah) Sinuhun,” lantang suara Rizki di depan Bangsal Sekati.
“Ini keputusan Sinuhun PB XIII, saya yang didhawuhkan (diperintah), KRA Rizky Baruno Aji Diningrat yang didhawuhkan untuk memerintahkan ngungelke gangsa (membunyikan gamelan),” tegasnya.
Namun ternyata terdengar dari pengeras suara Masjid Agung Keraton Solo bahwa yang menjadi petugas penabuh gamelan Sekatan adalah Kanjeng Sinawung yang merupakan abdi dalem keraton.
"Jadi memang terjadi miss komunikasi. Saya dengarkan dengan sangat keras dari speakernya Masjid Agung. Setelah tatanan acara selesai itu yang diminta untuk mendawuhi ngungelaken gangsa adalah Kanjeng Sinawung. Kanjeng Sinawung kemudian ndawuhke," terang Ketua Eksekutif Lembaga Dewan Adat (LDA) KP Eddy Wirabhumi.
"Setelah didawuhke ada yang datang namanya mas Rizky itu mengatakan bahwa dia yang ditugaskan untuk mendawuhkan itu. Sehingga terjadi silang pendapat," tambahnya.
Di sisi lain, Eddy menerangkan bahwa proses pelaksanaan gelaran Kirab Gamelan Sekaten Keraton Kasunanan Solo tahun ini ada perintah dari Pengageng Parentah Keraton Gusti Dipo agar pihaknya hadir dalam acara tersebut.
"Ini miss komunikasi yang sebetulnya tidak harus terjadi. Tetapi kalau kami tarik lagi proses penyelenggaraan kegiatan ini ada dawuh dari Pangageng Parentah Keraton Gusti Dipo untuk hadir di acara itu," tanbah Eddy.
Lebih lanjut, Eddy menerangkan bahwa memang akar masalah bermula dari perselisihan antara LDA dengan Sinuhun. Namun demikian, terkait tradisi Eddy menegaskan mengesampingkan permasalahan yang terjadi di pihak internal.
"Sesungguhnya pada saat Gusti Dipo menetapkan diri sebagai Pangageng Parentah Keraton dalam acara ini. Itu adalah badan yang melanggar hukum. Tetapi karena kami orang Jawa ini kan mencari harmoni, jadi tidak masalah asal berjalan dengan baik. Tetapi toh masih ada komunikasi yang kurang baik," urai dia.
Menanggapi hal tersebut, Pengageng Sasana Wilapa, KPH Dany Nur Adiningrat menegaskan bahwa petugas yang sah ditugaskan oleh PB XIII untuk menabuh Gamelan Sekaten pertama kali adalah memang abdi dalem namun demikian seharusnya menunggu perintah atau dawuh kepada pihak yang diberi wewenang oleh sang raja.
"Di keraton itu ada prosedur setiap kali dawuh dalem, untuk acara Sekaten ini Sinuhun sudah mengeluarkan dawuh dalem melalui Sasana Wilapa. Itu kenapa Gusti Dipo selaku Pengageng Parintah beliau mandegani acara Mios Gongso dan Natap Gongso untuk pertama kali," ujar Dany melalui sambungan telepon, Senin malam.
Namun ternyata, saat proses dawuh yang digelar di Pendopo Masjid Agung Keraton Solo yakni ketika Kanjeng Rizki Baruno menerima titah raja melalui Gusti Dipo.
Dan kemudian baru diteruskan oleh Kanjeng Rizki Baruno kepada abdi dalem petugas penabuh gamelan.
Tetapi belum sampai ke pendopo Gamelan Saketi, alat musik khas Jawa itu telah ditabuh oleh abdi dalem.
"Gusti Dipo selaku Pengageng Parintah memerintahkan kepada utusan dalem kebetulan Kanjeng Rizki selaku menantu Sinuhun PB XIII. Jadi sebelumnya tadi ada prosesi Gusti Dipo sebagai Pengageng Parintah ndawuhke Kanjeng Rizki agar Kanjeng Rizki ndawuhke pada abdi dalem untuk nabuh atau Natap Gongso. Jadi nanti Kanjeng Rizki datang ke Pagongam untuk memerintahkan para abdi dalem untuk Natap Gongso, harusnya seperti itu. Bukannya tiba-tiba diserobot begitu," tambahnya.
Dany menegaskan, selama PB XIII masih menjabat, seharusnya semua pihak di dalam keraton baik kerabat maupun abdi dalem menyadari aturan-aturan yang berlaku di dalam adat tersebut.
'Kan SOP nya jelas siapa pemegang legimitasi tertinggi di Keraton jelas Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun. Jadi sebenarnya jelas bahwa di Keraton sudah ada prosedur SOP yang jelas siapa yang bertugas, apa dan bagaimana," pungkasnya.
Miss komunikasi hingga berujung keributan itu pun juga diakui oleh Pangageng Parentah Keraton Solo, GPH Dipokusumo.
"Kalau saya hanya karena SOP saja. Dawuh dalem itu standarnya Mantu Dalem KRA baruno Aji Diningrat," ungkapnya.
Inilah Sosok Pengganti FX Hadi Rudyatmo Komandoi PDIP Solo, Pernah Jadi Wakil Gibran Rakabuming |
![]() |
---|
Bela Pemilik Kafe Tersandung Hak Siar, Respati Ardi Janji Beri Advokasi Jika Ada Ketidakadilan Hukum |
![]() |
---|
Aliansi Musisi Solo Geruduk DPRD, Desak Pembubaran LMKN dan Revisi Aturan Royalti Musik |
![]() |
---|
DPRD Kota Solo Shobarin Syakur Angkat Suara Soal Pengawasan Peredaran Miras |
![]() |
---|
Gantikan Bambang Pacul di DPD PDIP Jateng, Rudy Mengaku Tak Menyangka dengan Perintah Bu Mega |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.