Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

Tiga Dalang Muda Pentaskan Wayang Kulit Parikesit Jumeneng Ratu di Kudus

Penampilan mengagumkan ditunjukkan oleh tiga dalang muda asal Kabupaten Kudus Ki Agung Prabowo, Ki Bayu Kusuma Aji, dan Ki Tetuko

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG/Saiful Masum
Pentas wayang kulit lakon "Parikesit Jumeneng Ratu" meriahkan Hari Jadi ke-475 Kabupaten Kudus, Selasa (17/9/2024) malam di Taman Balaijagong Kudus. 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Penampilan mengagumkan ditunjukkan oleh tiga dalang muda asal Kabupaten Kudus Ki Agung Prabowo, Ki Bayu Kusuma Aji, dan Ki Tetuko Timur Nugroho dalam pagelaran pentas wayang kulit di Taman Balai Jagong Kudus. 


Mereka tampil di hadapan ratusan warga selama kurang lebih enam jam mulai pukul 21.00 WIB, Selasa (17/9/2024) hingga pukul 03.00 WIB, Rabu (18/9/2024) dengan menampilkan lakon "Parikesit Jumeneng Ratu".


Ketua Sanggar Widodo Laras sekaligus pelatih tiga dalang, Wahyu Tulus mengatakan, Parikesit Jumeneng Ratu merupakan lakon dalam cerita pewayangan setelah Pandawa. 


Menceritakan tentang terjadinya kekosongan kekuasaan atau pemimpin Hastinapura sepeninggal Pandawa.


Singkat cerita, ditunjuklah Parikesit yaitu putra Abimanyu atau cucu Arjuna untuk menjadi Raja Hastinapura.


Kala itu, proses menempati tahta Raja Hastinapura mengalami banyak rintangan, terjadinya kemelut lantaran banyak keturunan Kurawa yang ingin membalaskan dendam atas kekalahan Kurawa dari Pandawa ketika perang Barathayudha. 


Kondisi yang ada memaksa proses Parikesit menduduki kursi Raja Hastinapura sedikit terlambat karena adanya berbagai pemberontakan. 


Pada akhirnya Parikesit pun resmi menjadi Raja Hastinapura setelah berbagai pertikaian bisa diredam.


Wahyu Tulus menuturkan, proses menjadi raja baru Hastinapura dengan berbagai rintangan membuat Parikesit tumbuh menjadi pemimpin yang disegani rakyatnya.


Selama menjadi raja, Parikesit dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, adil terhadap rakyatnya secara merata, jujur, penuh tanggungjawab, dan bisa mengayomi rakyatnya.


Di mana lakon pewayangan merupakan gambaran lelakon yang akan datang yaitu gambaran lelakon yang akan berjalan.


Wahyu berharap, kisah lakon Parikesit yang diceritakan dalam pentas wayang kulit ini merepresentasikan situasi dan kondisi Indonesia saat ini dalam menghadapi Pilkada serentak 2024, utamanya di Kabupaten Kudus. 


Segala problematika yang ada menjadi bagian dari proses pembentukan karakter pemimpin yang tangguh dan merakyat. Masyarakat Kudus diharapkan lebih jeli dalam memilih sosok pemimpin yang bisa membawa kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Kota Kretek. 


"Dengan adanya kisah Parikesit ini, diharapkan bupati Kudus yang akan datang merupakan sosok pemimpin yang bijaksana, punya keteguhan, keimanan dan mental baja dalam memperjuangkan rakyatnya. Tentunya memiliki sifat jujur, bijaksana, dan adil terhadap rakyatnya," jelas dia.


Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus, Mutrikah menyampaikan, pagelaran wayang kulit bukan sekadar hiburan semata, bagian dari satu bentuk pelestarian seni dan budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved