Berita Kudus
Tiga Dalang Muda Pentaskan Wayang Kulit Parikesit Jumeneng Ratu di Kudus
Penampilan mengagumkan ditunjukkan oleh tiga dalang muda asal Kabupaten Kudus Ki Agung Prabowo, Ki Bayu Kusuma Aji, dan Ki Tetuko
Penulis: Saiful Ma sum | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Penampilan mengagumkan ditunjukkan oleh tiga dalang muda asal Kabupaten Kudus Ki Agung Prabowo, Ki Bayu Kusuma Aji, dan Ki Tetuko Timur Nugroho dalam pagelaran pentas wayang kulit di Taman Balai Jagong Kudus.
Mereka tampil di hadapan ratusan warga selama kurang lebih enam jam mulai pukul 21.00 WIB, Selasa (17/9/2024) hingga pukul 03.00 WIB, Rabu (18/9/2024) dengan menampilkan lakon "Parikesit Jumeneng Ratu".
Ketua Sanggar Widodo Laras sekaligus pelatih tiga dalang, Wahyu Tulus mengatakan, Parikesit Jumeneng Ratu merupakan lakon dalam cerita pewayangan setelah Pandawa.
Menceritakan tentang terjadinya kekosongan kekuasaan atau pemimpin Hastinapura sepeninggal Pandawa.
Singkat cerita, ditunjuklah Parikesit yaitu putra Abimanyu atau cucu Arjuna untuk menjadi Raja Hastinapura.
Kala itu, proses menempati tahta Raja Hastinapura mengalami banyak rintangan, terjadinya kemelut lantaran banyak keturunan Kurawa yang ingin membalaskan dendam atas kekalahan Kurawa dari Pandawa ketika perang Barathayudha.
Kondisi yang ada memaksa proses Parikesit menduduki kursi Raja Hastinapura sedikit terlambat karena adanya berbagai pemberontakan.
Pada akhirnya Parikesit pun resmi menjadi Raja Hastinapura setelah berbagai pertikaian bisa diredam.
Wahyu Tulus menuturkan, proses menjadi raja baru Hastinapura dengan berbagai rintangan membuat Parikesit tumbuh menjadi pemimpin yang disegani rakyatnya.
Selama menjadi raja, Parikesit dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, adil terhadap rakyatnya secara merata, jujur, penuh tanggungjawab, dan bisa mengayomi rakyatnya.
Di mana lakon pewayangan merupakan gambaran lelakon yang akan datang yaitu gambaran lelakon yang akan berjalan.
Wahyu berharap, kisah lakon Parikesit yang diceritakan dalam pentas wayang kulit ini merepresentasikan situasi dan kondisi Indonesia saat ini dalam menghadapi Pilkada serentak 2024, utamanya di Kabupaten Kudus.
Segala problematika yang ada menjadi bagian dari proses pembentukan karakter pemimpin yang tangguh dan merakyat. Masyarakat Kudus diharapkan lebih jeli dalam memilih sosok pemimpin yang bisa membawa kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Kota Kretek.
"Dengan adanya kisah Parikesit ini, diharapkan bupati Kudus yang akan datang merupakan sosok pemimpin yang bijaksana, punya keteguhan, keimanan dan mental baja dalam memperjuangkan rakyatnya. Tentunya memiliki sifat jujur, bijaksana, dan adil terhadap rakyatnya," jelas dia.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus, Mutrikah menyampaikan, pagelaran wayang kulit bukan sekadar hiburan semata, bagian dari satu bentuk pelestarian seni dan budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur.
Kesenian wayang kulit mengandung nilai-nilai luhur yang mendalam, baik dari segi moral, spiritual, maupun sosial.
Mutrikah menegaskan, melalui kisah lakon Parikesit Jumeneng Ratu yang disampaikan melalui pagelaran wayang kulit kali ini bertujuan untuk mengajak masyarakat bersama-sama menerungkan perjuangan, kebijaksanaan dan tanggungjawab seorang pemimpin dalam menjaga dan memajukan negeri yang dipimpinnya.
Lakon Parikesit menjadi pengingat bahwa perubahan dan perkembangan yang dialami Kabupaten Kudus selama ini adalah hasil dari kepemimpinan yang baik, serta proses sejarah yang panjang.
"Kota Kudus dengan sejarah panjang dan kekayaan budayanya, selalu menjadi simbol keharmonisan antara budaya tradisional dan kemajuan zaman," terangnya.
Oleh karena itu, lanjut Mutrikah, pagelaran wayang seperti ini merupakan wujud nyata dari komitmen bersama dalam menjaga warisan budaya, sekaligus memperkuat jati diri sebagai masyarakat Kudus yang cinta budaya, berdaya saing, dan berwawasan luas.
Di usia Kabupaten Kudus yang semakin matang di angka 475, pihaknya berharap agar generasi muda terus melestarikan dan mencintai budaya lokal. Seperti halnya yang dilakukan tiga dalang muda andalan Kabupaten Kudus yang berhasil menunjukkan kemampuan dan keterampilannya dalam memainkan dan membawakan lakon pewayangan.
"Dengan menjaga tradisi, kita tidak hanya menghormati para leluhur, juga turut berperan dalam membangun masa depan yang lebih baik. Dengan tetap berakar pada nilai-nilai kebudayaan yang kita junjung tinggi," tegas dia.
Mutrikah menyebut, wayang kulit merupakan salah satu kesenian tradisional atau budaya lokal yang harus terus dilestarikan.
Pagelaran atau pentas pewayangan dimaksudkan untuk memberikan wadah bagi seniman agar bisa mengekspresikan kemampuan dan keterampilan.
Pentas wayang kulit kali ini, lanjut dia, menggandeng tiga dalang muda, supaya minat dan ketertarikan generasi milineal meningkat untuk menonton pentas pewayangan.
"Selama ini kita ketahui bahwa segmentasi pentas pewayangan adalah masyarakat kategori intelektual atau dewasa. Kami terus mencoba memperluas sasaran, supaya tradisi budaya pewayangan bisa digemari oleh generasi muda, juga terlibat melestarikan kesenian budaya lokal," tutur dia. (Sam)
Pilu, 3 Warga Kudus Ditemukan Terpasung di Kamar Rumah, Alami Gangguan Kejiwaan Akut |
![]() |
---|
Curhat Putri Pencari Kerja di Job Fair UMK 2025, Gagal Berikan CV Meski Sudah Jajaki 10 Perusahaan |
![]() |
---|
Jerit Petani Tembakau di Kudus: Panen Melimpah, Jualnya Susah |
![]() |
---|
Tahun Ini Pemkab Kudus Bantu Perbaikan 32 Rumah Tidak Layak Huni |
![]() |
---|
Kudus Borong Penghargaan Lomba TMMD ke-125 Nasional, Ada Dandim, Wabup, dan Wartawan Tribun Jateng |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.