Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pilwakot Semarang 2024

Hasil Survei Terbaru Pilwakot Semarang: Elektabilitas Yoyok-Joss Ungguli Agustina-Iswar

Elektabilitas pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Semarang nomor urut 2, Yoyok Sukawi-Joko Santoso mengalahkan Agustina-Iswar

Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: Muhammad Olies
TRIBUN JATENG / EKA YULIANTI FAJLIN
Suasana FGD Forum Media Online Kota Semarang (FOMOS) dengan tema "Membaca Peta Politik Pilwakot Semarang 2024 Jilid 4 Kemana Arah Pemilih Muda Gen Z?" yang digelar di Rumah Popo Kota Lama Semarang, Kamis (26/9/2024) sore.    

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Elektabilitas pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Semarang nomor urut 2, Yoyok Sukawi-Joko Santoso (Yoyok-Joss) mengalahkan pasangan nomor urut 1, Agustina Wilujeng-Iswar Aminuddin dalam kontestasi Pilwakot Semarang 2024

Berdasarkan survei yang dirilis Echo Location Survey & Strategies, tingkat keterpilihan Yoyok-Joss pada Pilwakot Semarang 2024 sebesar 55,82 persen, unggul jauh di atas Agustina-Iswar dengan elektabilitas 28,64 persen. Sementara, masih ada 15,54 persen yang belum menentukan pilihan. 

Hasil survei ini dipaparkan oleh peneliti Echo Location Survey & Strategies, Joko J Prihatmoko dalam FGD Forum Media Online Kota Semarang (FOMOS) dengan tema "Membaca Peta Politik Pilwakot Semarang 2024 Jilid 4 Kemana Arah Pemilih Muda Gen Z?" yang digelar di Rumah Popo Kota Lama Semarang, Kamis (26/9/2024) sore. 

"Pasangan calon Agustina Wilujeng-Iswar Aminuddin sebesar 28,64 persen dan Yoyok Sukawi-Joko Santoso 55,82 persen. Adapun pemilih yang tidak menjawab dan/atau belum menentukan pilihan sebesar 15,54 persen," kata Joko J Prihatmoko. 

Baca juga: Paslon Pilwakot Semarang 2024 Mulai Kampanye Besok, Berikut Aturan dari KPU

Baca juga: Hasil Survei Pilwakot Semarang, Agustina-Iswar Unggul di Milenial & Gen Z, Yoyok-Joko Baby Boomer

Menurutnya, peta pilihan pemilih terhadap pasangan calon masih dinamis. Hal ini ditandai dengan besaran pemilih yang masih mengubah pilihan (swing voter) sebesar 33,49 persen dan pemilih tidak mengubah pilihan (strong voters) sebesar 66,51 persen. 


"Artinya, sepertiga pemilih masih mungkin mengubah pilihan menjelang pemungutan suara pada 27 November 2024," ungkap Joko yang juga dosen Ilmu Politik Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas) tersebut. 


Menurutnya, perubahan pilihan bisa terjadi karena ada beragam faktor yang bisa mempengaruhi dukungan publik. Misalnya, citra dan penetrasi kandidat, visi-misi atau program unggulan, manajemen kampanye oleh tim pemenangan, serta dinamika politik lainnya. 


"Untuk meningkatkan dukungan dan/atau jumlah pemilih, kelompok pemilih kategori millanial (Gen Y) dan zilanial (Gen Z) perlu memperoleh perhatian khusus pada tingkat strategi kampanye dan program unggulan," bebernya. 


Adapun Survei Echo Location Survey & Strategies ini dilakukan mulai 7 hingga 15 September 2024 dengan jumlah responden sebanyak 1.200 warga Kota Semarang yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). 


Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan batas kesalahan (margin of error) + 2,7 persen pada tingkat kepercayaan (level of confidence) 95 persen. Dalam survei ini ada sampel yang sulit ditemui, tidak berkenan diwawancara, dan keluar kota, sehingga total responden sebanyak 1.142 orang. 


Menanggapi hasil survei ini, pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang, Wahid Abdulrahmah mengatakan, salah satu menjadi kunci kemenangan dalam Pilwakot Semarang ialah suara generasi milenial dan generasi Z yang jumlahnya mencapai 54 persen. 


Menurutnya, masing-masing kandidat bisa mengambil suara pemilih muda melalui gagasan atau program yang kemudian dikemas dengan menarik dan kreatif melalui kampanye di media sosial. Namun dua hal ini harus didukung oleh figur atau ketokohan dari masing-masing paslon. 


"Yang bisa menarik dari para paslon adalah gagasan paslon. Kedua adalah media, milenial dan Gen Z adalah pemakai media sosial. Terakhir adalah figure," ungkap dia.


Sejauh pengamatannya, dari kedua pasangan calon yang berkontestasi di Pilwakot 2024, semuanya melakukan pendekatan dengan generasi muda di media sosial. Namun, gagasan atau program yang ditawarkan belum menyentuh persoalan dan kebutuhan anak muda. 


"Kalau dari dua pasangan calon saya lihat belum ada spesifik melihat gagasan bagaimana membangun sumber daya manusia ke depan," kata pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro tersebut. 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved