Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pelantikan Prabowo Gibran

Pelantikan Prabowo dan Gibran Masuk Pasaran Kalender Jawa Minggu Kliwon 20 Oktober 2024, Ini Artinya

Pelantikan persiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka digelar Minggu pagi

Penulis: Andra Prabasari | Editor: galih permadi
tribunnews
Pelantikan Prabowo dan Gibran Masuk Pasaran Kalender Jawa Minggu Kliwon 20 Oktober 2024, Ini Artinya 

Pelantikan Prabowo dan Gibran Masuk Pasaran Kalender Jawa Minggu Kliwon 20 Oktober 2024, Ini Artinya

TRIBUNJATENG.COM- Pelantikan persiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka digelar Minggu pagi tadi (20/10/2024).

Pada hari Minggu tersebut dalam pasaran Kalender Jawa masuk di weton Minggu Kliwon. 

Berdasarkan Primbon tradisi Jawa, Minggu Kliwon memiliki arti.

Lantas apa arti Primbon weton Minggu Kliwon bertepatan dengan hari pelantikan presiden dan wakil presiden 20 Oktober 2024 ini?

Mengutip Grid.id,  pemilik weton Minggu Kliwon cenderung memiliki sifat yang teguh dan mandiri.

Mereka memiliki kemauan kuat untuk mencapai tujuan mereka dan tidak mudah terpengaruh oleh opini orang lain.

Individu dengan weton Minggu Kliwon seringkali memiliki daya kreativitas yang tinggi dan sering menjadi sumber inspirasi bagi orang lain.

Mereka mampu melihat dunia dari sudut pandang yang unik dan memberikan kontribusi berarti dalam bidang seni atau inovasi.

Meskipun memiliki potensi besar, pemilik weton Minggu Kliwon cenderung tetap rendah hati dan jujur.

Mereka tidak tergoda oleh kesuksesan materi dan tetap memegang teguh nilai-nilai moral dalam segala aspek kehidupan.

Menurut ramalan Primbon Jawa, pemilik weton Minggu Kliwon cenderung berhasil dalam karier yang membutuhkan ketegasan, kreativitas, dan kejujuran.

Mereka cocok dalam pekerjaan yang berhubungan dengan seni, kreativitas, atau bidang yang membutuhkan visi yang luas.

Mereka juga memiliki potensi untuk menjadi pemimpin yang inspiratif atau pekerja sosial yang berdedikasi.

Selain itu, terdapat alasan pelantikan presiden dan wakil presiden Indonesia dilaksanakan setiap tanggal 20 Oktober. 

Seperti diketahui sejak jaman Gus Dur, Susilo Bambang Yudhyono dan Joko Widodo terpilih menjadi presiden, mereka dilantik setiap tanggal 20 Oktober. 

Sebelumnya, pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia tidak memiliki pola tanggal yang konsisten. 

Mengutip TribunJogja, Pada masa Orde Lama dan Orde Baru, tanggal pelantikan sering kali ditentukan oleh kondisi politik saat itu.

Presiden pertama Indonesia, Sukarno, dilantik pada 18 Agustus 1945, sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, dengan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden. 

Tidak ada tanggal khusus untuk pelantikan karena negara masih dalam perjuangan mempertahankan kedaulatannya. 

Soeharto kemudian dilantik secara resmi sebagai Presiden pada 12 Maret 1967. 

Selama 31 tahun kekuasaannya, Soeharto dilantik kembali dalam berbagai periode, namun tanggal pelantikannya tidak mengikuti pola tertentu. 

Beberapa Wakil Presiden turut menjabat selama era Soeharto, seperti Hamengkubuwono IX (1973-1978), Adam Malik (1978-1983), Umar Wirahadikusumah (1983-1988), Soedharmono (1988-1993), Try Sutrisno (1993-1998), hingga Bacharuddin Jusuf Habibie (1998).

Setelah Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, Habibie menggantikannya sebagai Presiden. 

Masa jabatan Habibie berakhir pada 20 Oktober 1999, ketika Gus Dur dilantik, memulai tradisi pelantikan pada tanggal 20 Oktober yang terus berlangsung hingga kini.

Selama konstitusi yang mengatur soal durasi periode jabatan presiden dan wakil presiden dengan kurun waktu lima (5) tahun berlum diubah, maka tanggal pelantikan pun tak akan berubah.

Pelantikan Sebelum 20 Oktober

Jika merujuk pada sejarah pelantikan presiden, masa jabatan lima tahun mulai berlaku sejak era Soeharto. 

Ia pertama kali dilantik pada 27 Maret 1968, dan dilantik kembali pada tanggal yang sama setiap lima tahun sekali hingga 1978. 

Namun, pada tahun 1983, pelantikan Soeharto dipercepat menjadi 11 Maret, dan ini menjadi kebiasaan baru setiap lima tahun.

Rutinitas pelantikan pada 11 Maret berubah drastis pada tahun 1998, ketika Soeharto mundur pada 21 Mei 1998, dan Habibie menggantikannya pada hari yang sama. 

Pelantikan presiden kemudian mengikuti siklus 21 Mei hingga MPR menolak pertanggungjawaban Habibie pada 1999. 

Saat itulah Abdurrahman Wahid dan Megawati Sukarnoputri dilantik pada 20 Oktober 1999, memulai tradisi baru yang bertahan hingga hari ini.

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved