Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Program PINTAR

Pelatihan dan Pendampingan Membuat Buku Cerita dengan AI untuk Perpustakaan Digital

Pelatihan dan Pendampingan Membuat Buku Cerita dengan AI untuk Perpustakaan Digital

Penulis: non | Editor: galih permadi
Tribun Jateng
Pelatihan dan Pendampingan Membuat Buku Cerita dengan AI untuk Perpustakaan Digital 

TRIBUNJATENG.COM - Saat ini teknologi merupakan bagian dari semua lapisan masyarakat dan menyokong berbagai aktivitas termasuk pendidikan.

Hal itu yang dimanfaatkan Tim Cyber AI Fasilitator Daerah (Fasda) Perubahan 2.0 dengan program pelatihan pembuatan buku cerita dengan bantuan AI.

Rohmadi Purwono, S.Pd yang juga merupakan ketua Tim Cyber AI Fasda Perubahan 2.0 menjelaskan proyek tersebut melalui program Ngopi Gayeng bersama Tanoto foundation Tribun Jateng. 

Pelatihan yang diinisiasi empat guru dari beberapa sekolah dasar di Semarang, yakni SDN Sadeng 02, SD Negeri Lamper Kidul 02, SD Negeri Kembangarum 02 dam SD Negeri Wonotingal. 

Tim Rohmadi tersebut kemudian merencanakan pelatihan yang terbagi menjadi tiga tahap dengan menunjuk bebeberapa sekolah sebaga piloting untuk kegiatan tersebut.

"Tahap yang pertama adalah kegiatan pelatihan itu sendiri kemudian yang kedua adalah tahap pendampingan secara online kemudian yang ketiga adalah tahap pendampingan ke beberapa sekolah," jelas Rohmadi.

Mengenai penggunaan AI dalam program tersebut, Rohmadi sebelumnya sempat mendapatkan pendidikan tentang pembelajaran menggunakan teknologi.

Seperti menggunakan AI, VR dan lainnya yang digadang-gadang menjadi bagian dari pembelajaran di masa depan. 

"Long story short itu ada muncul sebuah AI yang sangat booming sekali. ChatGPT itu menjadi salah satu alasan saya untuk mempelajari AI," tuturnya.

"Ternyata itu sangat menarik dan bisa meningkatkan produktivitas. Misal kalau kita membuat buku cerita kita tidak bisa membuat ilustrasinya kita bisa minta bantuan AI untuk membuat ilustrasinya.

Nah seperti itu jadi guru-guru bisa membuat buku cerita dengan mudah dengan bantuan artifisial intelligence," tambah Rohmadi.

Pelatihan tersebut menghasilkan 35 buku yang diupload di perpustakaan digital yang berbentuk QR Code, jika dibuka akan ada beberapa laman website.

"Nanti ini akan ditempel di setiap sekolah-sekolah yang ada di Kota Semarang kemudian bisa diakses secara online dan ini merupakan hasil karya dari guru-guru di Kota Semarang." 

Kegiatan pelatiah fokus kepada cerita sederhana untuk anak-anak kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar, guru juga harus menyisipkan unsur kearifan lokal Kota Semarang.

Seperti makanan, landsape Kota Semarang, atau sejarah tempat-tempat yang ada di Kota Semarang.

"Contohnya asal-usul Gunungpati, kemudian cerita yang mengangkat tentang lumpia.

Ada juga e cerita yang mengangkat tentang bandeng presto, kemudian ada juga kita yang mengangkat tentang daerah Kalisegoro itu di Gunungpati," beber Rohmadi.

Selain tentang Kota Semarang, cerita yang mengandung pesan moral seperti kesetiakawanan juga ada di perpustakaan digital, namun tetap memiliki unsur-unsur kota Semarang.

Buku cerita tersebut nantinya dapat diakses semua kalangan secara umum.

Hanya saja untuk sementara perpustakaan digital hasil project dari tim cyber AI ini bisa ditemukan di sekolah-sekolah dasar se-Kota Semarang.

"Kemudian akan dipublikasikan secara luas baik itu oleh Dinas Pendidikan Kota Semarang ataupun oleh pihak-pihak yang terkait di dunia pendidikan di Kota Semarang."

Pelatihan bagi para guru tersebut diselenggarakan di SD Wonotingal dengan menggandeng dosen Universitas Negeri Semarang yang konsen di bidang literasi.

Dengan begitu bisa pengetahuan para gurus ebagai peserta tentang membuat buku cerita, seperti tahapan-tahapan membuat skrip dan lainnya.

Selain itu tim fasda juga melakukan kegiatan pendampingan secara online menggunakan Google Meet dalam memantau perkembangannya.

"Kami Lihat perkembangan dari peserta-peserta itu bagaimana apakah sudah jadi semua ataukah masih proses? Kemudian Apakah masih ada kendala dalam membuat buku cerita atau membuat ilustrasi?"

Tak hanya melalui dunia maya, tim fasah juga melakukan pendampingan ke sekolah-sekolah yang masih memiliki kendala untuk menyelesaikan buku mereka.

Waktu penyelesaian buku dari awal penyusunan skrip hingga mejadi buku yang siap di-upload ke perpustakaan digital rerata memakan waktu sekira dua bulan.

"Semua cerita yang ada di di dalam perpustakaan digital ini original milik bapak ibu guru yang membuat buku cerita itu sendiri dan dibantu ilustrasinya dengan artificial intelligence."

Mengenai kendala, Rohmadi mengatakan jika, tidak semua guru yang menjadi peserta familiar dengan kecerdasan buatan atau AI.

Tak hanya pennyusunann dalam pembuatan ilustrasi juga dikatakan Rohmadi beberapa guru kesulitan dalam membuat ilustrasi.

Terutama ilustrasi yang berkaitan dengan landscape di Kota Semarang.

"Kalau kita membuat landscape menggunakan artificial intelligence itu pasti berbeda hasilnya dengan yang asli maka kita perlu sedikit mengulik agar kita bisa menghasilkan ilustrasi semirip mungkin dengan yang asli," jelas Rohmadi. 

Dalam pembuatan kumpulan cerita di perpustakaan digital ini semuanya merupakan karya original dari Bapak dan Ibu guru di Kota Semarang.

Terlebih cerita yang diunggah memiliki unsur-unsur kearifan lokal, sehingga siswa-siswi memiliki kedekatan dengan kehidupan sehari-hari.

Program ini juga tak dapat terlaksana tanpa adanya support dari Dinas Pendidikan Kota Semarang yang memberikan support penuh.

Baik berupa izin pengadaan proyek, pengumpulan peserta hingga menyebar luaskan hasil berupa perpustakaan digital ke semua sekolah 

Rohmadi juga menggaris bawahi mengenai pentingnya perpustakaan digital di era gempuran teknologi saat ini.

"Karena kita tidak tahu anak kita itu mau membaca apa kalau tidak kita Arahkan maka kita tidak akan tahu mereka itu mengakses apa di internet," terangnya.

Selain itu kedekatan dengan kehidupan sehari-hari karena dibuat oleh guru di Semarang untuk peserta didik Semarang.

Perpustakaan digital juga mudah diakses kapanpun dan di manapun.

Sehingga anak-anak akan memiliki sumber bacaan yang tertarget, apalagi saat ini anak dapat banyak sekali menerima informasi dari berbagai sumber.

"Kita harus memfilter sumber-sumber informasi itu ke sumber-sumber informasi yang sifatnya positif," kata Rohmadi. 

Kini tengah dalam tahap penyelesaian dan upload buku ke dalam perpustakaan digital, setelah selesai tentu Rohmadi tak ingin proyek tersebut hanya berhenti sampai di sini.

"Kami sebenarnya ingin menjangkau seluruh Indonesia. Jadi kami ingin menjangkau semua guru-guru dan civitas akademika di seluruh Indonesia untuk ikut serta membentuk komunitas belajar, kemudian ikut serta membuat buku-buku cerita yang sesuai dengan kearifan lokal daerahnya masing-masing," harap Rohmadi.

Tak hanya itu harapannya, civitas akademika di Indonesia juga ikut menggerakkan sekolahnya dan anak-anak untuk mengakses perpustakaan digital bersama-sama.

(*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved