Berita Cilacap
Ditanam di Lahan Marjinal, Dipanen Jadi Energi Bersih
Pengembangan biomassa PLN di Cilacap dikelola masyarakat dan didukung pemerintah dengan berbasis ekonomi kerakyatan
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muslimah
Pengembangan biomassa PLN di Cilacap dikelola masyarakat dan didukung pemerintah dengan berbasis ekonomi kerakyatan.
TRIBUNJATENG.COM, CILACAP - Program co-firing atau substitusi batu bara dengan biomassa di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dinilai potensial dilakukan di wilayah Indonesia dan sekaligus berdampak positif pada perekonomian masyarakat. Targetnya program ini melibatkan 1,25 juta masyarakat di seluruh tanah air sehingga mampu mencapai nilai ekonomi hingga Rp9,5 triliun pertahun.
Di tengah suhu terik Desa Kalijeruk, Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap, sekitar pukul 10.00 WIB pada Senin (28/10/2024), Sukirno menata potongan kayu kecil dari cabang pohon di lahan demplot tanaman energi desa setempat. Kayu tersebut merupakan sisa panen kayu gamal pada pekan lalu.
"Ini sisa potongan kayu yang kami ambil, nantinya akan ditanam lagi oleh petani penggarap yang merupakan warga desa. Minggu kemarin kami sudah kirim ke PLTU," kata Sukirno yang merupakan Ketua Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kalijeruk.
BUMDes Kalijeruk berhasil melakukan pengiriman perdana batang kayu gamal ke PLTU Bunton Adipala Cilacap. Sebanyak 300 batang atau seberat 1 ton 600 kilogram kayu gamal melalui PT Artha Daya Coalindo (ADC) selaku pembeli dan pemasok biomassa yang dihasilkan ke PLTU Adipala.
Lantaran baru percontohan dan masa tanam gamal yang ditanam baru enam bulan, sehingga hasil panen tidak begitu banyak. Ia pun memutar otak, yakni dengan membeli batang kayu jenis lain kepada petani serta memungut ranting pohon jati milik Perhutani.
Hamparan luas lahan Perhutani berada di sisi lahan demplot tanaman energi Desa Kalijeruk. Total hasil potongan kayu yang didistribusikan ke PLTU sebanyak 3 ton 550 kilogram berupa tanaman jati dan mahoni.
"Kami memberdayakan kelompok tani dan petani sekitar untuk mengumpulkan cabang atau ranting pohon. Kami beli dengan harga Rp300 perkilogram. Itu sangat membantu mereka," ucap Sukirno.
Sumber biomassa bisa beragam mulai dari pelet kayu, serbuk gergaji, cangkang kelapa sawit, hingga sampah atau limbah. Dengan begitu, limbah yang tadinya hanya dibuang bisa memiliki nilai lebih dan bisa mengurangi penggunaan energi fosil, batubara yang pada akhirnya bisa menjadi solusi mengurangi emisi karbon.
Ada sekitar 30 orang petani dari kelompok tani desa setempat yang diberdayakan dalam program cofiring biomassa PLTU. Jumlah tersebut belum termasuk petani dan kelompok tani dari desa sebelah yakni di Desa Mentasan.
BUMDes Kalijeruk tidak hanya menerima hasil kayu dari desa setempat, tetapi juga dari kelompok tani dan petani dari desa lain. Peran BUMDes sebagai perantara antara kelompok tani dengan PLTU. BUMDes ini sudah bekerja sama dengan PT ADC untuk memasok kayu ke PLTU.
Sukirno bilang, program cofiring biomassa PLTU ini sebagai harapan baru masyarakat petani. Lahan yang kini ditanami tanaman energi gamal sebelumnya merupakan lahan kosong atau marjinal atau tidak digarap yang merupakan milik desa dengan luas 2 hektare. Di sekitar lahan demplot tersebut, tidak banyak lahan produktif. Lahan milik perorangan masyarakat petani sekitar pun tidak banyak digarap lantaran tingkat kesuburan, dekat dengan tegakan lahan Perhutani, dan kesulitan irigasi.
Beruntung baru-baru ini dibangun embung untuk sumber air mengairi lahan, namun demikian lahan warga yang jauh dari embung pun tidak bisa menikmatinya. Beberapa petani menanam jagung yang tidak banyak membutuhkan air.
Program ini turut menjaga kelestarian lingkungan karena mampu mengubah lahan yang sebelumnya kritis menjadi lebih hijau dan produktif.
Dengan adanya program cofiring ini, kata Sukirno, para petani yang tadinya menanam jagung akan beralih untuk tanaman energi semisal gamal dan kaliandra. Selain memiliki pasar, gamal dinilai bisa menyerap dan menampung air lebih banyak sehingga bisa dijadikan tanaman pencegah banjir yang rawan terjadi di desa tersebut.
"Ketika menanam jagung, mereka terkadang kesulitan untuk memasarkan. Namun, kalau mereka menanam gamal dan kaliandra, kami siap untuk mengepul dan menjualnya ke PLTU. Nah, para petani menilai prospek tanaman energi ini bagus untuk ke depannya, sehingga mereka mau beralih. Faktor pelestarian lingkungan sebagai pencegahan banjir juga menjadi pertimbangan," Sukirno menambahkan.
Saat ini sudah ada empat kelompok tani serta puluhan petani yang bekerja sama dengan BUMDes Kalijeruk untuk bekerja sama mendistribusikan tanaman energi. Jumlah tersebut diprediksi bertambah karena dianggap menguntungkan.
Pemanfaatan biomassa mendorong ekonomi kerakyatan, meningkatkan kesejahteraan petani dan menjaga kelestarian lingkungan.
Produk Turunan Gamal

Para petani merasa diuntungkan dengan menanam gamal, tidak hanya menghasilkan kayu untuk cofiring batubara di PLTU, tetapi juga produk turunan lain berupa daun. Daun gamal sangat disukai hewan ternak kambing.
Menyeleraskan program penyediaan biomassa untuk PLTU, pemerintah desa sudah menganggarkan untuk pengadaan hewan ternak kambing yang nantinya juga dikelola BUMDes. Diharapkan masyarakat sekitar juga melakukan duplikasi dengan memelihara kambing lantaran akan banyak pakan hewan ternak.
"BUMDes beberapa tahun terakhir tidak ada pemasukan, namun dengan adanya program tanaman energi ini, kami berharap membawa berkah bagi BUMDes serta masyarakat desa. Ada dampak positif penanaman gamal ini, memang pendapatan tidak begitu siginifikan, namun dengan adanya dampak turunan ini yang kami harapkan bisa memberikan kesejahteraan," ujar Sukirno.
Tidak hanya itu, pemerintah desa juga menanam tanaman sisipan di lahan gamal. Sekretaris Desa Kalijeruk, Eko Setiyono menuturkan saat ini sudah ada tanaman kopi yang ditanam sebagai sisipan di antara tanaman energi gamal. Antara satu tanaman dengan tanaman lain, ditanami kopi.
Sifat kedua tanaman tidak saling merugikan sehingga bisa ditanam bersama-sama di lahan tersebut. Dengan begitu diharapkan lahan 'tidur' tersebut menjadi produktif.
Selain itu, tanaman tersebut juga mampu menyimpan air dengan baik sehingga membuat tanah di sekelilingnya subur yang sebelumnya tandus.
Petani yang terlibat aktif dalam program ini menuturkan, dengan memanfaatkan tanaman gamal, lahan yang sebelumnya menganggur kini bisa ditanami.
Ada sekitar 1.000 atau 60 persen lebih warga Kalijeruk yang menjadi petani. Luas lahan yang berpotensi bisa ditanam gamal sekitar 30 hektare yang merupakan lahan desa dan perorangan. Luasan tersebut belum termasuk lahan Perhutani.
Dalam waktu dekat, pemerintah desa juga akan menjajaki kerja sama dengan Perhutani agar sebagian lahan Perhutani yang berbatasan dengan lahan warga untuk ditanami gamal.
"Kami akan MoU dengan Perhutani agar tanaman gamal ini bisa menjadi sabuk atau batas antara lahan mereka dengan lahan warga. Di desa kami, lahan sabuk Perhutani ini sepanjang lima kilometer, kalau ditanami gamal akan sangat bermanfaat," kata Eko.
Tidak hanya itu, dari tanaman ini, masyarakat dapat memanfaatkan daunnya sebagai pakan ternak dan rantingnya dapat dijual ke PLN sebagai bahan bakar cofiring biomassa.
Dirinya optimis program ini dapat berkelanjutan dan mampu mendorong roda perekonomian bagi desanya. Ia juga membeberkan bahwa program ini terus menarik animo masyarakat sehingga tertarik untuk berpartisipasi.
Tanaman gamal sangat mudah dalam perawatan, tidak perlu banyak air untuk tumbuh subur. Perawatan rutin yang dilakukan petani penggarap lahan hanya membersihkan gulma di bawah pohon.
Untuk penanaman, kata Eko, tidak perlu benih baru, cukup batang atau ranting yang telah ditebang tinggal ditancapkan di tanah seperti halnya menanam singkong.
Ia juga menampik jika program cofiring batubara PLTU ini bakal membabat habis pohon. Pasalnya, yang ditebang hanya ranting atau cabang pohon, bukan batang besar. Tanaman akan tumbuh kembali setelah cabang atau ranting dipotong.
Di Kabupaten Cilacap, program ini telah sukses diimplementasikan dengan luas lahan 106 hektare. Lahan tersebut berada di Desa Kalijeruk, Kecamatan Kawunganten; Desa Keleng, Kecamatan Kesugihan; dan di Kecamatan Jeruklegi.
Di Kalijeruk, total luas tanaman gamal yakni 13,82 hektare tersebar di tiga kelompok tani dan demplot di tanah kas Desa Kalijeruk. Dari tiga kelompok tani tersebut, terdapat sekitar 53 orang petanidengan jumlah tanaman sebanyak 38.541 batang pohon. Wadah kerja sama kelompok tani melalui BUMDes Kalijeruk.
Kepala Dinas Pertanian Cilacap, Susilan menyebut program tanaman biomassa dengan pohon gamal atau glirisidae ditanam dalam radius 25-50 kilometer dari PLTU Bunton Adipala Cilacap. Hal ini untuk efisiensi dan memaksimalkan penghijauan di lahan kritis atau tidak produktif di sekitar pembangkit.
Selain itu, pemerintah daerah juga berencana bekerja sama dengan Perhutani. Rapat koordinasi sudah dilakukan dengan melibatkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Cilacap dan Perhutani untuk rencana pengembangan tanaman biomassa di Cilacap dengan menggunakan lahan Perhutani.
"Berdasarkan penelitian dari IPB, kandungan kalori kayu gamal hampir sama dengan batu bara. Penelitian telah dilakukan IPB," ucap Susilan.
Ekonomi Kerakyatan
Program co-firing atau substitusi batu bara dengan biomassa di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dinilai potensial dilakukan di wilayah Indonesia dan sekaligus berdampak positif pada perekonomian masyarakat.
Kepala Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) IPB, Dr Meika Syahbana Rusli saat di Cilacap mengatakan, program co-firing biomassa pada PLTU memiliki dampak positif pada upaya pengurangan emisi gas rumah kaca. Pemanfaatan biomassa sebagai substitusi batu bara di PLTU dinilai berdampak positif pada pengurangan emisi yang dihasilkan dari pembakaran batu bara.
Selain itu, pelaksanaan program co-firing biomassa dinilai cocok dilakukan di Indonesia, yang mana potensi lahan kering atau tidak produkfit terhitung cukup besar, termasuk di Cilacap.
"Lahan kering ini cocok ditanami untuk tanaman energi. Lahan kering ini masih banyak yang tidak produktif, masih banyak yang tumbuh alang-alang, rumput-rumputan atau pepohonan yang tidak dimanfaatkan," ucap Meika.
Meika mengungkapkan, selama ini pemanfaatan biomassa hanya bersumber dari limbah seperti dahan-dahan kering pepohonan yang tidak termanfaatkan ataupun dengan serbuk gergaji. Program hutan energi dinilai dapat menjadi solusi yang tepat untuk mendorong pemanfaatan biomassa dalam rangka mengejar target pengurangan emisi lewat program co-firing PLTU.
Meika menilai, program itu perlu diperbanyak dengan terus melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat setempat. Apalagi, implementasi hutan energi memiliki manfaat yang berkelanjutan dimana pohonnya dapat tetap tumbuh untuk jangka panjang sebab hanya dahan atau rantingnya yang akan digunakan.
"Jadi, ini juga ramah lingkungan, sustainable bahan baku dari tanaman energi ini atau kayu yang besar dipanen kemudian ditanam lagi kayu di sana. Artinya, budi dayanya berlanjut. Ini akan memelihara lingkungan juga menjadi teduh, tidak banyak lahan terbuka, tidak ada erosi," kata Meika.
Meika menambahkan, pemanfaatan lahan yang terbuka sebagai hutan tanaman energi dapat mengatasi permasalahan lahan kritis. Selain itu, program ini juga berpotensi mendorong pertambahan nilai ekonomi untuk masyarakat. Pemanfaatan biomassa dari pohon yang ditanami oleh masyarakat dapat berdampak positif untuk perekonomian masyarakat.
Nantinya, dahan-dahannya bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar biomassa, sementara daunnya dapat digunakan untuk pakan ternak. Implementasi program hutan energi dengan melibatkan masyarakat pun diharapkan dapat ikut mendorong terbentuknya organisasi kelompok tani di wilayah-wilayah yang menjadi sasaran program.
Di Pulau Jawa ada 1 juta hektare lahan kering yang potensial dimanfaatkan untuk tanaman energi. Menurut data dari kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terdapat 14 juta hektare lahan serupa di seluruh Tanah Air.
Dengan mengembangkan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu, program ini dapat turut berkontribusi dalam upaya pemanfaatan lahan kritis. "Kami akan memanfaatkan lahan kritis dengan luas total 1,7 juta hektare yang tersebar di seluruh Tanah Air, sehingga mampu berkontribusi dalam upaya penurunan emisi sebesar 11 juta ton CO2e melalui cofiring biomassa," terang Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, dalam keterangan tertulis.
Program ini juga diklaim mampu meningkatkan kapasitas nasional dengan menghadirkan lapangan pekerjaan, meningkatkan pedapatan daerah, menggerakan ekonomi kerakyatan sirkuler, dan mengentaskan kemiskinan.
Ia mengutarakan, pihaknya terus berupaya menggenjot pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai bagian dari upaya dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan di Indonesia.
"Dulu ketersedian pasokan biomassa untuk cofiring menjadi tantangan bagi kami. Sekarang, dengan kolaborasi dari berbagai pihak, program ini tidak hanya mampu memanfaatkan lahan kritis dan tidak produktif, tetapi juga tidak mampu menghadirkan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan daerah, dan menggerakan ekonomi kerakyatan sirkuler," katanya.
Targetnya program ini melibatkan 1,25 juta masyarakat di seluruh tanah air sehingga mampu mencapai nilai ekonomi hingga Rp9,5 triliun pertahun.
Pemberdayaan Masyarakat
Mengutip dari keterangan resmi PLN, sepanjang 2022 pihaknya telah berhasil mengimplementasikan teknologi co-firing di 36 lokasi PLTU. Teknik ini mampu memproduksi energi sebesar 575,5 GWh dan menurunkan emisi karbon sebesar 570 ribu ton CO2 dengan memanfaatkan biomassa sebanyak 542 ribu ton.
Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hingga 2025 PLN menargetkan bisa melakukan implementasi co-firing pada 52 unit PLTU. Guna memastikan kecukupan bahan baku biomassa, dibutuhkan upaya terintegrasi. Untuk itu, PLN mengembangkan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu. Program ini melibatkan masyarakat untuk mengolah lahan kritis menjadi produktif.
Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono menuturkan program biomassa dengan memanfaatkan lahan marjinal atau kritis. Tanah marjinal, kata dia, merupakan tanah yang sulit ditanami tanaman. Ini bisa dikatakan bentuk kolaborasi antara PLN, pemerintah desa dan daerah, serta kelompok masyarakat.
Ia mengapresiasi upaya PLN yang tidak hanya berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
"Tentu saja selain terkait urusan renewable energy, ini mengandung nilai ekonomi. Di situ ada bisnis, di situ ada perputaran uang, di situ ada yang tadinya tidak punya penghasilan, tiba-tiba punya penghasilan. Ini artinya manfaatnya besar sekali bagi masyarakat," ujarnya.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan bahwa co-firing ini dilakukan tak sekedar mengurangi emisi, tetapi juga memberdayakan masyarakat dan membangun ekonomi kerakyatan. PLN mengajak masyarakat untuk terlibat aktif membuat bahan baku co-firing, mulai dari penanaman tanaman biomassa hingga pengelolaan sampah rumah tangga wilayahnya untuk dijadikan pellet.
“Kehadiran program ekonomi kerakyatan co-firing ini juga merupakan langkah nyata PLN menjawab persoalan global. Mewujudkan Indonesia yang bersih dan mandiri energi. Meningkatkan kapasitas nasional dengan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG),” ucapnya.
Secara kumulatif, pada Semester 1 tahun 2023, penggunaan biomassa mencapai angka 0,4 juta ton dan akhir tahun ditargetkan mencapai 1 juta ton, lebih tinggi dari pada tahun 2022 yakni 0,58 juta ton. Begitu pula jika dilirik dari tahun 2021 yang hanya 0,29 juta ton. Penggunaan biomassa ini akan terus bertumbuh hingga 10 juta ton pada tahun pada 2025.
Darmawan merinci, penerapan co-firing di wilayah Sumatera dan Kalimantan (Sumkal) sebanyak 38.547 ton, Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara (Sulmapana) 12.445 ton, dan Jawa, Madura dan Bali (Jamali) sebanyak 353.575 ton biomassa.
"Ke depan PLN akan lebih trengginas lagi, dari 40 PLTU yang sudah terealisasi, hingga akhir tahun ini kami akan menambah dua PLTU, dan bertahap mencapai 52 PLTU di 2025 nanti. Sehingga, co-firing biomassa dapat menyumbang 12 persen dari total bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di 2025," lanjut Darmawan.
Darmawan memaparkan, hingga tahun 2025 mendatang, PLN telah merancang peta jalan nasional program co-firing. Untuk itu, pihaknya terus berupaya agar target dekarbonisasi sebesar 954 ribu ton CO2 pada tahun 2023 bisa tercapai.
"PLN terus berkomitmen mendukung upaya dekarbonisasi di Indonesia salah satunya dengan penerapan co-firing biomassa. Persemester 1 2023, PLN berhasil menurunkan sebanyak 429.470 ton emisi CO2, dan ini akan terus kita lanjutkan guna mencapai target jangka panjang pada 2060 Indonesia bebas emisi atau lebih cepat,” ujar Darmawan.
Program pengembangan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan dan pertanian terpadu akan mendukung kemajuan wilayah, terutama dalam bidang pertanian yang menjadi tumpuan ekonomi masyarakat. (*)
Senyum Ari Pegawai Diskominfo Cilacap, Terima SK PPPK Setelah 10 Tahun Berstatus Honorer |
![]() |
---|
Cilacap Citimall Jadi Magnet Investasi, Sinyal Positif Bagi Ekonomi di Jawa Tengah |
![]() |
---|
Garap Sektor Pertanian dan Pabrik Pupuk, 191 Warga Binaan Pindah ke Lapas Nirbaya Cilacap |
![]() |
---|
Antisipasi Tsunami, Cilacap Kini Dipantau Alat Deteksi Gelombang Laut |
![]() |
---|
Kolam Retensi RTH BMD Cilacap Dibersihkan, Delapan Trashbag Sampah Terkumpul |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.