Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Ritual Tolak Bala yang Justru Memakan Korban Jiwa, 9 Nyawa Melayang Sia-sia

Insiden tragis terjadi di Situs Mattabulu, Desa Mattabulu, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, Minggu

Editor: muh radlis
IST
ILUSTRASI Garis Polisi (Police Line). - Freepik/kjpargeter 

TRIBUNJATENG.COM - Insiden tragis terjadi di Situs Mattabulu, Desa Mattabulu, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, Minggu (3/11), ketika pohon besar tumbang dan menimpa sebuah pondok. Peristiwa ini menelan korban jiwa sembilan orang yang tewas di tempat.

Pohon berukuran tinggi sekitar 15 meter dengan diameter 10 meter tersebut runtuh tepat saat para pengunjung tengah menikmati makan siang bersama di pondok. Menurut warga setempat, pohon tersebut diyakini sudah berusia ratusan tahun dan menjadi bagian dari situs bersejarah di daerah itu.

Kapolres Soppeng AKBP Muhammad Yusuf menjelaskan, insiden ini terjadi ketika hujan deras disertai angin kencang melanda lokasi. "Saat mereka sedang makan siang, hujan lebat turun, dan angin kencang menyebabkan pohon besar di dekat pondok itu tumbang dan menimpa mereka," ungkapnya.

Korban yang mengalami luka-luka segera dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.

Muhammad Yusuf menambahkan, para wisatawan ini awalnya datang ke tempat itu untuk melakukan ritual.

Mereka datang dengan membawa sejumlah sesajian dengan maksud untuk membayar hajatan. 

“Wisatawan yang berkunjung ke situs Petta Bulu. Mereka akan menunaikan hajatannya di situs itu,” kata Yusuf, kemarin.

Berdasarkan keterangan dari saksi, para korban sebelumnya melakukan ritual di dekat pohon besar tersebut.

Namun tiba–tiba petir menyambar pohon itu dan menyebabkan pohon itu tumbang menimpa mereka.

Total korban secara keseluruhan mencapai 17 orang.

Sembilan dinyatakan meninggal dunia, sedangkan delapan orang lainnya mengalami luka-luka dan dirawat di RSUD Latemmamala, Kabupaten Soppeng.

Adapun kesembilan orang yang meninggal dunia tersebut masing-masing Rosmini (37), Marnuni (34), Asse (40), Ikada (37), Wammenneng (60), Karyati (55), Agus (10), Rabiah (50), dan Nuraeni.

Sementara delapan orang yang dirawat di rumah sakit yakni, Sulfiana (20), Satriana (27), Nafisah (66), Taju (24), Sakkatang (33), Nur Indah Sari (29), Iruse (35), dan Iwan (36).

Atas kejadian itu, AKBP Muhammad Yusuf mengeluarkan imbauan kepada masyarakat dan segera berkordinasi dengan pihak terkait.

“Kami juga sedang berkordinasi dengan BPBD dan pihak lainnya dalam meminimalisir pohon tumbang, khususnya pohon-pohon tua untuk ditebang secepatnya,” tegas Yusuf.

“Imbauan kepada warga agar mengurangi aktivitas di luar rumah, karena beberapa hari ini cuaca dan angin kencang melanda Soppeng,” tandasnya.

Kabar mengenai bencana alam yang menimpat pengunjung situs Mattabulu ini cepat beredar di media sosial.

Hal ini tak luput menjadi perhatian kontestan Pilkada Soppeng. Salah satu kandidat yang langsung bereaksi adalah, H Suwardi Haseng. 

Setelah mendengar adanya musibah ini, Suhardi langsung bergegas menuju lokasi bencana.

Padahal, Suhardi Haseng sementara menjalani blusukan dengan bertemu warga di Lilirilau, Soppeng. 

“Sebuah pohon besar tumbang dan menimpa sejumlah warga dan peziarah yang sedang beristirahat di lokasi itu. Sudah 9 orang meninggal. Kita amat berduka dan sangat prihatin dengan musibah ini. Soppeng hari ini berduka dan kami sampaikan duka mendalam, semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik pada semua korban di sisiNya,” ujar Suwardi. 

Hal paling penting saat ini, kata Suwardi, evakuasi secepatnya kepada seluruh korban dan pertolongan lebih cepat dan terbaik bagi korban luka. 

“Fasilitas kesehatan kita di Soppeng Insya Allah bisa kita andalkan untuk melakukan evakuasi secepatnya. Kami juga menghimbau kepada seluruh warga Soppeng terutama di wilayah rawan bencana untuk siaga mengingat cuaca ekstrem yang mulai datang, tandasnya.

Seorang warga Soppeng, Rudi mengatakan, situs itu memang sering dijadikan sebagai tempat wisata religi.

Rudi mengatakan, warga yang datang tidak hanya dari Soppeng, tapi juga berasal dari daerah lain di Sulsel. Mereka umumnya membawa sesajen untuk dibawa ke situs tersebut.

“Iya, betul situs itu dipercaya sebagian warga, anak cucu dari Petta Bulu Matanre, biasanya berziarah karena ingin menunaikan hajatnya,” ungkap Rudi. 

 

Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul 9 Orang Tewas Tertimpa Pohon Saat Ritual Tolak Bala

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved