Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kudus

Tradisi Ulih-ulihan Balidesa Krandon Kudus Diwarnai Kirab Ribuan Warga

DI Kabupaten Kudus, terdapat sebuah tradisi unik bernama ulih-ulihan yang diiringi dengan kirab budaya.

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG/SAIFUL MA'SUM
Ribuan warga memeriahkan kirab Ulih-ulihan Kantor Kepala Desa Krandon, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Minggu (1/12/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - DI Kabupaten Kudus, terdapat sebuah tradisi unik bernama ulih-ulihan yang diiringi dengan kirab budaya. 


Konon, tradisi ini dipercaya sebagai bagian dari adat istiadat yang dijalankan ketika pindah dari bangunan lama ke bangunan baru, termasuk kantor balaidesa.


Pada, Minggu (1/12/2024), tradisi ulih-ulihan kembali digelar oleh pemerintah dan masyarakat Desa Krandon, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus.


Tradisi yang sejatinya hanya pindahan balaidesa lama menuju balidesa baru, justru disambut meriah oleh masyarakat.


Ribuan warga Krandon turut serta memeriahkan kirab ulih-ulihan dengan cara berjalan kaki dari kantor balaidesa lama menuju kantor balaidesa baru. 


Dengan maksud mengambil peran menjadi bagian dari sejarah perpindahan pusat pemerintahan di Desa Krandon.


Kepala Desa Krandon, Sofyan Duri mengatakan, tradisi kirab ulih-ulihan ini merupakan tradisi budaya yang terus diuri-uri oleh masyarakat. Supaya tidak hilang seiring berjalannya waktu. 


Kata dia, ulih-ulihan merupakan bahasa sehari-hari nenek moyang yang mempunyai arti mulih atau kembali atau pindah. Yaitu, dalam hal ini memindahkan pusat pemerintahan di Desa Krandon dari kantor lama menuju kantor baru yang lebih representatif.


"Kantor lama sudah tidak representatif dari segi tata ruang, luasan bangunan dan sebagainya. Di kantor lama hanya luas sekitar 250 meter persegi, di kantor baru mencapai 956 meter persegi, ada juga ruang bawah tanah digunakan sebagai tempat parkir," terangnya usai kegiatan.


Sofyan Duri menegaskan bahwa tradisi kirab ulih-ulihan ini tidak mengandung maksud yang mengarah pada kepercayaan. 


Hanya sebatas tradisi kirab untuk memeriahkan momen yang tidak datang setiap tahun.


Di sisi lain, pihaknya ingin semua masyarakat terlibat langsung dalam tradisi kirab ulih-ulihan, karena sejatinya pemilik dari balaidesa adalah rakyat. 


Dengan begitu, diharapkan bisa menumbuhkan dan meningkatkan kualitas pelayanan pemerintah Desa Krandon kepada masyarakat.


Juga memberikan spirit bagi warga untuk memiliki nilai juang dalam membangun desa.


"Kirab ulih-ulihan ini bagian dari kami nguri-uri kearifan lokal. Melibatkan semua elemen masyarakat, karena balaidesa adalah rumah rakyat, sehingga semua warga ikut serta. Bagaimanapun sesungguhnya rakyat yang memiliki balaidesa," tuturny. (Sam)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved