Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Inilah Penampakan Gengster Semarang Era 80-an yang Tak Pernah Tawuran: BMX, Homecs, Monza

Mengenang geng sepeda BMX Semarang era 80-an seperti Homecs dan Monza. Atraksi wheelie dan doltrap jadi daya tarik anak muda kala itu.

Penulis: budi susanto | Editor: Daniel Ari Purnomo
istimewa
Foto era 1980 an, saat menjamurnya kelompok bersepeda di Kota Semarang, mereka acapkali melakukan atraksi wheelie (kiri), (kanan) stiker Hotel Merbabu Complex Standing (Homecs) satu di antara kelompok bersepeda yang cukup terkenal di Kota Semarang di era 1980 an. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Gangster yang sempat menghebohkan Kota Semarang beberapa waktu lalu mengingatkan publik pada masa-masa lain yang penuh semangat anak muda.

Namun berbeda dengan keonaran yang terjadi saat ini, Semarang era 1980-an justru dikenal dengan geng sepeda BMX yang meramaikan jalanan kota dengan atraksi-atraksi unik tanpa tindak kriminal.

Geng ini terbentuk sebagai komunitas pemuda yang memadukan kreativitas, olahraga, dan semangat kebersamaan.

Di Kota Semarang saat itu, berdiri sejumlah geng sepeda BMX, seperti Hotel Merbabu Complex Standing (Homecs) dan Menungso Olehe Nekad Sepeda Angkatan (Monza).

Tak hanya dua kelompok tersebut, hampir setiap sudut kota memiliki kelompok sepeda seperti Bocah Asem Complex Standing (Bascom), Srondex, Gromer, Texas, hingga Bodas Post.

Mereka sering berkumpul dan beratraksi di lokasi-lokasi ikonik seperti Simpang Lima, Jalan Pemuda, Jalan Pahlawan, hingga Pandanaran.

Antok (54), warga Semarang Barat, mengingat masa-masa itu sebagai era kejayaan anak muda bersepeda.

Ia menyebut Homecs sebagai kelompok yang sering berkumpul di Hotel Merbabu di Jalan Pemuda, sementara Monza mendominasi wilayah Gedung Batu di Semarang Barat.

Setiap Sabtu malam, geng-geng sepeda ini akan memamerkan kebolehan mereka di jalanan kota, seperti atraksi wheelie dengan mengangkat roda depan sepeda sejauh mungkin.

Atraksi ini menjadi ajang persaingan sehat yang menghibur.

Menurut Antok, kemampuan melakukan wheelie jarak jauh menjadi kebanggaan tersendiri bagi para pemuda.

Meski ada persaingan antar kelompok, mereka tidak pernah terlibat keonaran atau tindakan kriminal.

Sebaliknya, aksi-aksi tersebut mencerminkan kreativitas dan keberanian anak muda Semarang di masa itu.

Yuli (57), warga Semarang Tengah, juga mengenang momen-momen itu dengan penuh nostalgia.

Ia menceritakan bagaimana anak-anak muda kala itu memodifikasi sepeda mereka menggunakan sistem pengereman doltrap, yang mengandalkan pedal untuk mengurangi kecepatan tanpa rem tangan.

Menurutnya, atraksi wheelie dan penggunaan doltrap menciptakan tantangan tersendiri yang menjadi ciri khas para pemuda bersepeda di era itu.

Bagi Yuli, masa-masa itu adalah bagian terbaik dari masa mudanya.

Setiap malam Minggu, ia dan teman-temannya menyiapkan sepeda untuk bergabung dalam keramaian kota.

Aksi-aksi mereka menjadi hiburan bagi masyarakat dan menunjukkan bahwa kreativitas anak muda bisa menjadi sesuatu yang positif tanpa menciptakan masalah.

Cerita tentang geng sepeda BMX Semarang era 80-an kini menjadi bagian dari kenangan manis yang terus dikenang.

Masa itu menunjukkan bahwa dengan semangat dan kreativitas, anak muda bisa membentuk komunitas yang unik dan menghibur tanpa harus melibatkan diri dalam tindakan destruktif.

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved