Program PINTAR
Peta Virtual Wisata Kota Semarang, Cara Seru Belajar Teks Deskriptif di Era Digital
Salah satu terobosan yang menarik perhatian adalah integrasi teknologi melalui Peta Virtual Wisata Kota Semarang
Oleh: Ayu Kusumadiyastuti, S.Pd., Fasilitator Tanoto Foundation dan Guru SDN Wonotingal Kota Semarang
PEMBELAJARAN Bahasa Indonesia sering kali dianggap kurang menarik, terutama ketika siswa harus belajar menulis teks deskriptif. Banyak siswa merasa kesulitan menggambarkan objek secara rinci dan menarik, terlebih karena pengalaman langsung yang terbatas. Metode konvensional yang hanya menekankan hafalan konsep dan teori membuat siswa kurang terhubung dengan materi, sehingga minat belajar mereka menurun.
Namun, inovasi dalam dunia pendidikan kini memberikan angin segar. Salah satu terobosan yang menarik perhatian adalah integrasi teknologi melalui Peta Virtual Wisata Kota Semarang. Proyek ini diterapkan di SDN Wonotingal, Kota Semarang, dan menggabungkan pembelajaran berbasis proyek dengan eksplorasi budaya lokal. Dengan memanfaatkan aplikasi Padlet untuk kolaborasi dan Assemblr Edu untuk visualisasi interaktif, siswa tidak hanya belajar menulis, tetapi juga mengenal kekayaan budaya Kota Semarang sekaligus mengembangkan literasi digital.
Proses pembelajaran dimulai dengan pengenalan teks deskriptif secara interaktif. Siswa diajak menjawab pertanyaan pemantik, seperti “Apa tempat wisata favoritmu di Semarang? Mengapa menarik?” Pertanyaan ini membangun antusiasme siswa sekaligus membuka wawasan mereka tentang pentingnya mendeskripsikan sesuatu secara detail.
Setelah memahami konsep teks deskriptif, siswa kelas lima di SDN Wonotingal dibagi menjadi lima kelompok. Setiap kelompok diberikan satu tempat wisata ikonik di Kota Semarang, seperti Kota Lama, Sam Poo Kong, dan Lawang Sewu. Tugas mereka adalah mendeskripsikan tempat tersebut dari berbagai aspek, termasuk lokasi, sejarah, daya tarik, keunikan, dan aktivitas yang dapat dilakukan di sana.
Untuk membantu eksplorasi, siswa menggunakan Assemblr Edu, sebuah platform edukasi yang memungkinkan mereka melihat gambar 3D dan infografis interaktif dari tempat wisata yang ditugaskan. Elemen visual ini membuat siswa merasa lebih dekat dengan objek yang dideskripsikan, bahkan tanpa perlu mengunjungi langsung. Informasi tambahan juga dicari melalui internet atau sumber bacaan lainnya.
Setelah mengumpulkan data, setiap kelompok menyusun teks deskriptif bersama-sama. Proses ini tidak hanya melatih kemampuan menulis, tetapi juga mengajarkan pentingnya kerja sama dalam tim. Struktur teks, tata bahasa, dan keakuratan informasi diperiksa dengan cermat untuk memastikan hasil akhir yang berkualitas.
Hasil karya siswa kemudian diunggah ke Padlet, menciptakan Peta Virtual Wisata Kota Semarang. Setiap kelompok tidak hanya mengunggah teks deskriptif, tetapi juga menambahkan gambar, tautan video, dan titik lokasi pada peta virtual. Proses ini memberikan pengalaman belajar yang lebih nyata dan relevan.
Hasil dari pendekatan ini sangat mengesankan. Siswa tidak hanya memahami teks deskriptif secara mendalam, tetapi juga mengembangkan keterampilan abad ke-21, seperti kolaborasi, kreativitas, dan literasi digital. Selain itu, siswa menjadi lebih mengenal budaya lokal mereka sendiri, meningkatkan rasa bangga terhadap Kota Semarang.
Seorang siswa, Faiha Nada, mengungkapkan pengalamannya, “Biasanya saya bosan belajar menulis, tapi dengan Padlet dan Assemblr, belajar jadi lebih seru. Aku jadi tahu cara mendeskripsikan tempat dengan lebih detail dan menarik.”
Meskipun proyek ini sukses, tantangan seperti keterbatasan perangkat teknologi dan koneksi internet tetap menjadi catatan penting. Namun, dengan dukungan yang lebih baik di masa depan, metode ini dapat diadopsi oleh sekolah lain sebagai inspirasi pembelajaran kreatif.
Proyek Peta Virtual Wisata Kota Semarang menunjukkan bahwa pembelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan minat belajar siswa sekaligus memperkuat apresiasi terhadap budaya lokal. Integrasi teknologi tidak hanya membantu siswa belajar lebih efektif, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan yang relevan di era digital.
Bagi pembaca yang ingin melihat hasil karya siswa SDN Wonotingal, Peta Virtual Wisata Kota Semarang dapat diakses melalui tautan bit.ly/petavirtualwisatakotasemarang.
Dengan model pembelajaran seperti ini, masa depan pendidikan Indonesia menjadi lebih cerah. Generasi muda tidak hanya memahami teori, tetapi juga siap menghadapi tantangan dunia modern dengan keterampilan yang mumpuni dan rasa cinta terhadap budaya lokal. (*)
Pemkab Kendal Sosialisasikan Perbup Literasi dan Numerasi, Dorong Transformasi Pendidikan Sejak Dini |
![]() |
---|
SMPN 31 Semarang Luncurkan Program Duta OTSAB untuk Meningkatkan Kolaborasi Orang Tua dan Sekolah |
![]() |
---|
Guru SDN Sadeng 02 Semarang Mengajarkan Logika Berpikir melalui Unplugged Coding Literacy |
![]() |
---|
Sinergi Lintas Sektor untuk Menumbuhkan Budaya Numerasi Sejak Dini |
![]() |
---|
Tanoto Foundation Fellowship Program 2025 Kembali Dibuka, Siap Cetak Pemimpin Pendidikan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.