Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Selamat dari Hukuman Mati, Maryam TKI Asal Bangkalan Pulang Tak Kenal Anak-Anaknya

Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi, Maryam Ahmad (54), selamat dari hukuman mati dan dipulangkan ke Indonesia.

KOMPAS.COM/TAUFIQURRAHMAN
Maryam Ahmad (54) atau Hanan Muhammad Mahmud, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Dusun Jaddih Laok, Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, selamat dari hukuman mati pemerintah Arab Saudi setelah 15 tahun 7 bulan menjalani hukuman. Ia bebas dari hukuman karena mendapat permohonan maaf dari keluarga majikannya dan seseorang yang membayar denda yang diminta pemerintah. 

TRIBUNJATENG.COM, BANGKALAN – Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi, Maryam Ahmad (54), selamat dari hukuman mati dan dipulangkan ke Indonesia.

Perasaan campur aduk dirasakan Maryam saat pertama kali menginjakkan kaki di halaman rumahnya, di Dusun Jaddih Laok, Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.

Ia tak mengenal dengan jelas satu persatu, siapa orang-orang yang berkumpul menyambut kedatangannya setelah dipulangkan dari Arab Saudi.

Baca juga: 5 TKI Magang Dapat Penghargaan dari Polisi Jepang, Selamatkan Lansia 60 Tahun yang Jatuh ke Sungai

Maklum, Maryam meninggalkan kampung halamannya selama 30 tahun untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi.

Satu persatu wajah orang-orang dipandanginya. Mulai dari anak-anaknya, menantunya, cucunya dan suaminya. Semuanya sudah hilang dari ingatannya.

Ketujuh anak Maryam yakni Hartatik (41), Sobirin (40), Jazuli (36), Mustain (22), Maria Ulfa (21), Luluk (20) dan Turmudzi (19).

“Saya sedih, menangis saat diperkenalkan satu persatu anak-anak saya yang saya tinggalkan sejak kecil. Sekarag sudah besar, bahkan ada yang sudah punya anak. Padahal mereka semua, saya yang melahirkan,” kata Maryam saat didatangi di rumahnya pada Rabu (4/12/2024).

Kepada para tetangganya, Maryam juga sudah lupa kepada mereka. Padahal, banyak dari mereka adalah teman bermain dan teman bekerja saat dirinya menjadi kuli tani saat masih muda.

“Tetangga sekaligus teman saya bernama Sayuna. Dulu ke mana-mana dengan dia saat kerja serabutan. Kemarin waktu pertama kali datang saya tidak ingat siapa dia,” imbuhnya.

Perasaan sedih bercampur bahagia dirasakan Jazuli, anak ketiga Maryam. Pertama kali melihat ibunya, matanya berkaca-kaca. Jazuli ditinggal ibunya saat berusia 12 tahun. Kini Jazuli sudah memiliki 2 anak.

“Perasaan saya sedih tapi bahagia. Sedih karena ibu lupa kepada saya dan tidak mengenal cucu-cucunya. Senang karena dia bisa kembali ke rumah dalam keadaan sehat,” ujar Jazuli.

Jazuli mengenang wajah ibunya waktu masih muda, saat pertama kali pergi ke Arab Saudi di usia 24 tahun. Jazuli masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar. Kini, ibunya sudah tua. Jalannya harus dipapah agar tidak jatuh. Jazuli mengaku sedikit sekali mendapatkan sentuhan kasih sayang ibunya.

“Setelah ibu saya dipenjara pada tahun 2009, saya sempat telepon dia dan kondisinya sehat. Saya khawatir dia sudah dihukum mati. Alhamdulillah, ini keajaiban bagi kelurga kami. Ibu yang kami rindukan bisa pulang,” kata Jazuli sambil menahan air matanya jatuh.

Suami Maryam, Syafii merasakan kebahagiaan dengan kembalinya perempuan yang ia nikahi pada usia 15 tahun.

Syafii sendiri, sejak Maryam menjadi TKI, tak sekalipun berkomunikasi karena tidak punya alat telekomunikasi. Selain itu, dirinya merasa awam dan hanya tahu kabar istrinya dari anak-anaknya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved