Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pembunuhan Satu Keluarga

Polisi Ungkap Alasan Yusa Pembunuh Satu Keluarga Sisakan Anak Bungsu Dibiarkan Hidup

Pembunuhan satu keluarga di Kediri Jawa Timur menyisakan satu anak bungsu yang masih dibiarkan hidup oleh pelaku.

Editor: rival al manaf
Kolase Foto Tribun Jakarta/Kompas.com/Surya.co.id
Kolase Foto Kapolres Kediri AKBP Bimo Ariyanto dan TKP penemuan jasad keluarga guru di Kediri Jatim, Kamis (5/12/2024). Misteri penemuan mayat satu keluarga guru di tiga ruangan rumah di Kediri, Jawa Timur Kamis (5/12/2024). Gelagat korban bikin saksi datang.  

TRIBUNJATENG.COM - Pembunuhan satu keluarga di Kediri Jawa Timur menyisakan satu anak bungsu yang masih dibiarkan hidup oleh pelaku.

Polisi kemudian mengungkap alasan pelaku Yusa Cahyo Utomo membiarkan anak bungsu dari keluarga itu tetap hidup.

Diberitakan sebelumnya pembunuhan satu keluarga di Dusun Gondang Legi, Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.

Korbannya adalah Kristina (ibu), Agus Komarudin (ayah) dan Christian (anak).

Baca juga: Inilah Tampang Yusa Cahyo, Pria Yang Bunuh 3 Anggota Keluarga Karena Kesal Tak Diberi Pinjaman Uang

Baca juga: Pemandangan Mengerikan 1 Keluarga Guru di Kediri Ditemukan Tewas, Jasad Ditemukan di 3 Ruangan

Pelaku, Yusa Cahyo Utomo (35), yang merupakan adik ipar korban.

Namun, ia memilih untuk tidak menghabisi nyawa anak bungsu keluarga itu berinisial S. 

Menurut AKP Fauzy Pratama, Kasat Reskrim Polres Kediri, insiden dimulai saat Yusa menyerang Kristina dan Agus di dapur.  

Kedua anak korban, yang terbangun karena mendengar keributan, mencoba melarikan diri.

Yusa mengejar mereka, memukul Christian hingga tewas, dan melukai S.  

"Pelaku mengejar dan memukul Christian di bagian kepala sebanyak dua kali hingga tak bergerak.

Setelah itu, Yusa memukul Samuel satu kali di kepala," jelas AKP Fauzy.

Meskipun terluka parah, S masih bergerak dan merangkak ke arah tempat tidur.

Namun, Yusa tidak melanjutkan serangannya.  

"Yusa membiarkan korban S yang masih kecil dalam kondisi bernapas karena merasa iba," ungkap AKP Fauzy.

Setelah memastikan tiga korban lainnya tidak bernapas, Yusa mencoba menghilangkan jejak dengan menutupi tubuh kedua anak korban yang sudah berlumuran darah menggunakan pakaian.  

Ia juga mencuri barang berharga seperti kamera CCTV, ponsel, dan mobil, sebelum melarikan diri.  

"Kamera CCTV dan palu yang digunakan sebagai alat pembunuhan dibuang di Sungai Brantas," tambahnya.

Kapolres Kediri, AKBP Bimo Ariyanto, menyampaikan bahwa kondisi S saat ini menunjukkan perkembangan positif.  

"Alhamdulillah, kondisinya semakin membaik meski masih mengalami luka," ujar AKBP Bimo.

Untuk memastikan pemulihan psikologis S, pihak kepolisian juga memberikan pendampingan khusus.

Keputusan Yusa untuk membiarkan S hidup telah menimbulkan diskusi mengenai sisi emosional pelaku di tengah tindakan yang keji.

"Pelaku meninggalkannya dalam kondisi bernapas karena merasa kasihan pada yang paling kecil," ulang AKP Fauzy, menegaskan perasaan iba yang menjadi dasar keputusan tersebut.

Saat ini, Yusa harus menghadapi proses hukum dengan ancaman hukuman mati sesuai Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.

Sementara itu, Samuel yang selamat menjadi saksi hidup dari tragedi yang menimpa keluarganya, sekaligus simbol harapan di tengah luka mendalam yang ditinggalkan.

Sekretaris Desa Pandantoyo, Fendi Yoga, menyampaikan bahwa Agus adalah seorang guru SD di Desa Babadan, Kecamatan Ngancar.

Sementara itu, istrinya, Kristina, merupakan pegawai negeri yang juga mengajar di sebuah SD di Kabupaten Tulungagung.

"Bahkan pada Pilpres Februari 2024 kemarin, Bu Kristina menjadi Ketua PPS di sini," ujar Fendi Yoga saat dihubungi Kompas.com.

Fendi menambahkan, warga setempat mengenal keluarga tersebut sebagai sosok berpendidikan tinggi dengan aktivitas sosial yang positif.

Kehidupan keagamaan mereka pun dikenal taat dan toleran.

Meskipun berasal dari keluarga beragama Nasrani, mereka tetap menghargai tradisi umat agama lain, termasuk merayakan Lebaran dengan berkunjung ke rumah tetangga.

"Meski Nasrani, kalau Lebaran, mereka juga ikut berkeliling ke rumah-rumah tetangga untuk berlebaran," ungkap Fendi. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Membongkar Fakta Pembunuhan Satu Keluarga di Kediri: Korban Dikenal Toleran"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved