Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Klarifikasi Kepala SD Lasem Rembang: Tidak Ada Pencabulan, Hanya Guyonan Anak-Anak

Dugaan perundungan di SD Lasem dibantah pihak sekolah. Guru sibuk sosialisasi e-rapot saat insiden, korban ditemukan menangis di kamar mandi.

|
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Daniel Ari Purnomo

TRIBUNJATENG.COM, REMBANG - Dugaan kasus perundungan dan pencabulan yang melibatkan sejumlah siswa di sebuah sekolah dasar di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, tengah menjadi sorotan masyarakat.

Insiden ini diduga terjadi saat jam pendidikan berlangsung.

Namun, Kepala Sekolah, Arief Rahardi, memberikan klarifikasi terkait kejadian tersebut pada Rabu (18/12/2024).

Menurut Arief, para guru saat itu sedang mengikuti sosialisasi e-rapot di perpustakaan sekolah sekitar pukul 09.00 WIB, bertepatan dengan jam istirahat.

"Karena jam istirahat, guru-guru berkumpul di perpustakaan untuk sosialisasi e-rapot. Kejadian itu tidak termonitor seratus persen," jelasnya.

Lokasi kejadian berada di ruang kelas yang berdekatan dengan perpustakaan, hanya dipisahkan oleh kamar mandi.

Guru sempat mendengar kegaduhan dari dalam kelas, sehingga salah seorang guru mendatangi lokasi dan memutuskan untuk memulangkan siswa.

"Guru mendengar suara yang tidak biasa. Karena saat itu semua guru sibuk dengan e-rapot, salah satu guru meminta anak-anak dipulangkan saja," tambah Arief.

Korban Menangis di Kamar Mandi

Setelah siswa dipulangkan, korban sempat tidak terlihat oleh guru.

Korban kemudian ditemukan di kamar mandi dalam kondisi menangis, tetapi tidak menceritakan apa yang dialaminya.

"Kemudian dipulangkan, dan guru tidak tahu adanya kasus tersebut," ungkap Arief.

Klarifikasi

Arief membantah adanya tindakan pencabulan dalam kejadian tersebut.

Berdasarkan keterangan anak berhadapan dengan hukum (ABH), mereka hanya berusaha mengambil kunci yang berada di saku korban.

"Kunci itu disimpan di dalam saku rok korban, tepatnya di area paha kanan dan kiri. Jadi yang dioyok (rebut) adalah kunci itu, bukan hal lain," tegas Arief.

Ia menambahkan bahwa korban tetap mengenakan seragam lengkap saat kejadian, sehingga menurutnya tidak ada indikasi tindakan cabul.

Arief mengakui adanya tindakan seorang siswa yang menggunakan kayu untuk menyentuh korban.

Namun, ia menyebut tindakan itu sebatas guyonan anak-anak.

"Kebetulan ada satu anak menggunakan kayu untuk memukul pantat korban. Kemungkinan gerakan itu dianggap menyodok, tetapi itu tidak disengaja," jelasnya.

Arief menekankan bahwa pihak sekolah akan terus mendampingi anak-anak terkait insiden ini dan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menyelesaikan masalah secara tuntas.

Penyelidikan

Polres Rembang memanggil pihak sekolah di Kecamatan Lasem yang terlibat dalam kasus dugaan perundungan dan pencabulan di lingkungan pendidikan.

Kasat Reskrim Polres Rembang, AKP Heri Dwi Utomo, menyampaikan bahwa kasus ini masih dalam tahap penyelidikan.

"Aduan dari korban, baik korban maupun ABH (anak berurusan hukum), memerlukan perlakuan khusus. Kami sedang mengkaji dan melakukan penyelidikan," kata AKP Heri, Rabu (18/12/2024).

Aduan resmi terkait kasus tersebut diterima oleh Polres Rembang pada Minggu lalu.

Saat ini, pihak kepolisian terus menggali informasi lebih lanjut dari para pihak terkait.

Kronologi

Ibu korban perundungan di sebuah SD di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, mengungkap kronologi kejadian yang menyebabkan anaknya mengalami trauma berat.

L menceritakan bahwa ia terkejut melihat anaknya menangis saat dijemput di sekolah.

 Salah satu guru memeluknya, tetapi tidak memberikan informasi apa pun mengenai insiden tersebut.

"Anak saya nangis, terus waktu di rumah dia langsung masuk kamar," ungkap L, Selasa (17/12/2024).

Baru pada malam harinya, korban mulai bercerita tentang apa yang dialaminya, sambil mengeluh kesakitan.

Menurut kesaksian korban, empat pelaku melakukan tindakan perundungan dan pelecehan pada siang hari di dalam kelas.

Tiga pelaku adalah siswa kelas 6 SD, sementara satu lainnya dari kelas 5 SD.

"Ada empat anak, anak saya dimasukkan ke kelas, kepalanya dibenturkan ke lemari, lalu ke tembok, dan dijatuhkan ke lantai," jelasnya.

"Setelah itu ada yang memegangi dan meremas dada anak saya," lanjut L.

Korban juga dipalak oleh para pelaku hingga tasnya dibuang.

Setelah kejadian tersebut, korban mengalami trauma berat.

Ia sering menangis tanpa sebab dan kehilangan nafsu makan.

"Tiba-tiba nangis sendiri, kadang pagi, siang, sore, atau malam hari. Selama empat hari ini juga sulit makan. Saya paksa, kadang cuma sekali makan sehari," terangnya.

Korban kini masih enggan kembali ke sekolah, sementara pihak keluarga memilih memberinya waktu istirahat di rumah.

L berharap pihak Polres Rembang mengusut kasus ini secara tuntas agar anaknya mendapatkan keadilan.

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved