Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Seminggu Tak Padam, Ini 5 Penyebab Kebakaran Hebat di Los Angeles

Kebakaran Los Angeles begitu dahsyat dan cepat menyebar. Tim BBC Earth menyelidiki sejumlah faktor penyebabnya.

Kompas.com/Istimewa
Kebakaran hutan di Los Angeles menghanguskan rumah-rumah mewah di Pacific Palisades, Rabu (8/1/2025). Sedkitnya lima orang tewas dalam salah satu badai api terparah ini.(GETTY IMAGES NORTH AMERICA/APU GOMES via AFP) 

TRIBUNJATENG.COM, LOS ANGELES - Kebakaran Los Angeles begitu dahsyat dan cepat menyebar.

Tim BBC Earth menyelidiki sejumlah faktor penyebabnya.

Pada pagi hari tanggal 7 Januari, penduduk kawasan Pacific Palisades di sebelah barat Los Angeles melihat asap mengepul dari perbukitan di seberang rumah mereka.

Baca juga: Kerugian Akibat Kebakaran Los Angeles Capai Rp2.121 Triliun, Jadi Bencana Termahal di Amerika

Dalam waktu kurang dari setengah jam, luas kebakaran menyebar dari 4 hektare menjadi lebih dari 80 hektare.

Pada jam-jam berikutnya, kobaran api melalap perumahan, sejumlah bioskop, berbagai restoran, pertokoan, dan sekolah-sekolah.

Pada pagi hari tanggal 9 Januari, Palisades Fire telah melalap lahan seluas 6.974,35 hektare atau 69,7 kilometer persegi atau hampir 1,5 kali luas wilayah Jakarta Pusat.

Kebakaran juga terjadi di seluruh wilayah LA. Kepala ahli meteorologi AccuWeather Jonathan Porter mengatakan, ini adalah salah satu kebakaran terburuk dalam sejarah kota di California itu.

Perkiraan awal menaksir kerugian akibat kebakaran di angka 52 miliar-57 miliar dollar AS (Rp 846 triliun-Rp 928 triliun).

Mengapa kebakaran ini begitu dahsyat dan mengapa penyebarannya begitu cepat?

Kebakaran hutan Los Angeles menghanguskan 1.000 rumah mewah di Pacific Palisades, Rabu (8/1/2025). Sedikitnya lima orang tewas dalam bencana di kota terbesar kedua di Amerika Serikat ini. (AFP/JOSH EDELSON)
Kebakaran hutan Los Angeles menghanguskan 1.000 rumah mewah di Pacific Palisades, Rabu (8/1/2025). Sedikitnya lima orang tewas dalam bencana di kota terbesar kedua di Amerika Serikat ini. (AFP/JOSH EDELSON) (Kompas.com/Istimewa)

Berikut lima alasannya.

1. Tanaman rimbun meningkat pesat

Periode hujan lebat tahun 2024 yang disebabkan El Nino diyakini menaikkan risiko kebakaran pada musim dingin ini. 

"Hujan sering dianggap sebagai pemadam kebakaran. Apabila hujan terjadi saat kebakaran berlangsung, maka itu adalah hal yang buruk bagi api," kata Rory Hadden, peneliti ilmu kebakaran di Universitas Edinburgh.

Di sisi lain, curah hujan tinggi dapat menyebabkan tanaman tumbuh dengan cepat. Kondisi ini justru menjadi bumerang ketika musim kering berlangsung karena tanaman rimbun bisa membuat kebakaran hutan semakin intens.

"Ketika memasuki periode cuaca yang lebih kering, vegetasi mengering dengan sangat cepat dan jumlahnya lebih banyak. Ibaratnya seperti menimbun bahan yang mudah terbakar," papar Hadden.

Secara terpisah, ilmuwan kebakaran hutan Maria Lucia Ferreira Barbosa dari Pusat Ekologi & Hidrologi Inggris menyebutkan, periode cuaca basah pada 2024 yang diikuti oleh periode lebih kering menghasilkan kondisi sempurna bagi penyebaran kebakaran hutan.

Peralihan kondisi cuaca dari sangat basah menjadi sangat kering dikenal sebagai "cambukan hidro-iklim".

Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa risiko cambukan hidro-iklim telah meningkat antara 31 persen hingga 66 persen secara global sejak pertengahan abad ke-20.

2. Angin Santa Ana

Penyebab Kebakaran Dahsyat Los Angeles, Api Dibawa Angin Santa Ana Berkecepatan 112 Km/jam
Penyebab Kebakaran Dahsyat Los Angeles, Api Dibawa Angin Santa Ana Berkecepatan 112 Km/jam (LATIMES.COM)

Tiupan angin yang kuat turut mendorong kobaran api kian menjadi. 

Angin kencang menggerakkan api dari lereng gunung di sebelah barat Los Angeles bergerak cepat. Api merambat melalui vegetasi yang sudah mengering, kemudian menghabisi kawasan Pacific Palisades di dekat Santa Monica.

Kondisi angin yang panas dan kering menghilangkan kelembapan pada tanaman.

"Ada tiga faktor utama dalam setiap kebakaran hutan: pemicunya, bahan yang mudah terbakar, dan oksigen," ujar Haddan.

"Tapi yang membuat kebakaran (Los Angeles) begitu luar biasa adalah kecepatan angin yang datang dari pusat Gurun California."

Angin ini dikenal sebagai angin Santa Ana atau Föhn yang menyebabkan kebakaran hutan berperilaku tidak menentu.

"Angin (Santa Ana) sangat kering dan bergerak dengan amat cepat. Begitu api mulai menyala, sangat mudah bagi angin untuk mencengkeramnya. Kobaran pun membesar dan menyebar begitu cepatnya," ujar Hadden.

"Kecepatan angin dilaporkan mencapai lebih dari 160 kilometer/jam. Ibaratnya, angin benar-benar mengipasi api dan mendorong api-api itu melintasi lanskap dengan sangat cepat dari mana pun asalnya."

Dalam beberapa kasus, badai angin ini bahkan dapat menjadi penyebab kebakaran itu sendiri. Misalnya dengan menjatuhkan kabel listrik yang kemudian membakar tanaman kering di sekitarnya.

3. Bara api

Selain mengipasi kobaran api dan mendorong penyebarannya, angin-angin ini juga membawa bara api terbang jauh.

Hadden menyebut bara api ini sebagai firebrands yang merupakan penyebab utama hilangnya struktur dalam kebakaran hutan.

"Jalan raya atau bangunan sebetulnya bisa menghalangi kobaran api," kata Hadden. "Tapi tidak ada yang menghentikan penyebaran bara api yang terbang ini."

Angin kencang memicu munculnya bara terbang dari tanaman yang terbakar. Bara api ini dapat menimbulkan kebakaran baru jauh dari kobaran api sebelumnya.

"Kami menerima laporan bahwa bara-bara api ini menempuh jarak puluhan kilometer. Bara mendarat di celah-celah di sekitar rumah dan tanaman hias, kemudian membakar rumah-rumah," kata Hadden.

Kalau bara api hanya menimbulkan kebakaran di satu rumah, maka tidak terlampau sulit bagi dinas pemadam kebakaran untuk memadamkannya.

"Masalahnya sering kali puluhan rumah yang terbakar secara bersamaan akibat bara api. Kemudian setiap rumah menghasilkan lebih banyak bara api, semacam efek domino," kata Hadden.

Selain menyebabkan kerusakan pada gedung-gedung, bara api juga sangat berbahaya bagi orang-orang di sekitar lokasi kebakaran.

"Rasanya seperti berada dalam pusaran bara api, tidak ada oksigen," kata Alec Gellis kepada CBS News, mitra BBC di AS, yang rumahnya terbakar.

"Saya nyaris tidak selamat. Untung saya masih sempat masuk ke mobil saya."

4. Bukit dan ngarai

"Api akan menyebar dengan sangat cepat ke atas bukit," kata Hadden.

"Fitur geografis seperti ngarai dan jurang membuat perilaku api menjadi sangat ekstrem dan menantang. Sepertinya tidak mungkin bagi siapa pun untuk bisa melawan kobaran api dengan cara normal."

Topografi ini tidak hanya meningkatkan risiko penyebaran api, tetapi juga membuat evakuasi lebih sulit.

Di daerah Palisades, jalan-jalan sempit di lereng bukit semakin mempersulit orang-orang yang berusaha untuk melarikan diri.

5. Perubahan iklim

Masih terlalu dini untuk memastikan apakah perubahan iklim kebakaran menjadi faktor penyebab kebakaran Los Angeles

Di sisi lain, perubahan iklim telah dikaitkan dengan memburuknya kebakaran hutan secara global.

Matt McGrath dalam laporannya untuk BBC News menyebut peningkatan jumlah hari ketika kondisi cuaca dapat meningkatkan risiko kebakaran. Keadaan ini semakin diperparah perubahan iklim.

Hadden mengatakan perubahan iklim bukan semata menyebabkan dunia semakin panas, melainkan turut memicu bentangan kondisi ekstrem yang terjadi selama ini.

"Selain cuaca yang lebih panas, (perubahan iklim) juga dikaitkan dengan kondisi angin yang lebih ekstrem dan hujan yang lebih ekstrem yang memungkinkan vegetasi tumbuh," ujar Hadden.

"Jadi, tidak hanya menavigasi perubahan besar dalam bentuk kondisi lebih panas, lebih kering, tetapi juga lebih basah dan lebih berangin [cuaca], dan segala sesuatu yang disebabkan perubahan iklim. Itulah yang akan menentukan risiko ke depan." (*)

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Penyebab Kebakaran Los Angeles Amerika, Kenapa Seminggu Tak Padam?"

Baca juga: Ben Affleck hingga Paris Hilton Mengungsi Setelah Rumah Ludes Akibat Kebakaran di Los Angeles

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved