Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Harga Cabai

Harga Cabai di Kabupaten Semarang Semakin Pedas, Kartinah Pedagang Ungaran: Capai Rp100 Ribu Per Kg

Harga komoditas cabai, khususnya rawit merah di Kabupaten Semarang terpantau mengalami kenaikan signifikan.

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: rival al manaf
(TRIBUN JATENG/REZA GUSTAV)
Pedagang sayuran dan bumbu di Pasar Bandarjo, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Kartinah menata cabai dagangannya, Kamis (16/1/2025). Dia mengungkapkan harga cabai yang semakin naik. 

TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Harga komoditas cabai, khususnya rawit merah di Kabupaten Semarang terpantau mengalami kenaikan signifikan.

Seorang pedagang kios sayuran dan bumbu di Pasar Bandarjo, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Kartinah (60) menyebutkan bahwa harga cabai rawit merah yang dia jual dipatok Rp100 ribu per kilogram.

“Sudah sepekan terakhir naik terus, saya akhir-akhir ini kulakannya Rp90 ribu sampai Rp95 ribu (per kilogram).

Saya jual tidak ambil keuntungan banyak-banyak,” kata dia kepada Tribunjateng.com, Kamis (16/1/2025).

Menurut dia, kenaikan harga cabai rawit merah meningkat hingga dua kali lipat.

Harga cabai rawit merah pada umumnya berkisar antara Rp45 ribu sampai Rp50 ribu per kilogram.

Kartinah mengaku, tidak mengalami penurunan jumlah konsumen atau mendapatkan protes dari para pelanggannya.

“Biasanya pada beli eceran Rp5 ribu atau Rp10 ribu, jadi banyak atau tidaknya ya mereka keluar uangnya segitu,” imbuh dia.

Berdasarkan data dari Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian & Perdagangan (Diskumperindag) Kabupaten Semarang per Kamis, harga cabai rawit merah di Ungaran mencapai rata-rata Rp83.333 per kilogram.

Sedangkan, cabai rawit hijau rata-rata dihargai Rp73.333 per kilogram, serta cabai merah keriting Rp63.333.

Seorang petani cabai di Desa Sidomukti, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Anthony Cahyono (45) menyebutkan bahwa kenaikan harga cabai dipicu turunnya hasil panen akibat kebusukan tanaman.

Kabut yang lebih sering melanda perkebunan cabai seluas dua petak menjadi satu di antara faktor rusaknya hasil petikan cabai.

Selain itu, permintaan cabai untuk keperluan hajatan di sejumlah wilayah semakin banyak.

“Selain itu, lalat buah yang merajalela menyebabkan daun-daun jadi busuk.

Biasanya setelah petik (panen) cabai dua petak bisa dapat 25 sampai 30 kilogram, tapi saat ini hanya 10 kilogram.

Kalau di bawah itu, petani menangis,” kata Anthony.

Meskipun demikian, lanjut dia, turunnya jumlah hasil panen tersebut belum terlalu berdampak terhadap kondisi keuangannya.

Petani biasanya akan menaikkan harga sesuai dengan jumlah stok serta kebutuhan pasar. (*)

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved