Anak Krakatau Lahir Setelah Ibunya Meletus Dahsyat, Pertumbuhannya Capai 4 Meter per Tahun
Gunung Anak Krakatau lahir ke permukaan laut pada 15 Januari 1929."Pada 20 Januari 1929, asap meniang keluar dari tumpukan material gunung api yang
Penulis: Puspita Dewi | Editor: galih permadi
Dilansir dari kompas.com, jauh sebelum peneliti asing menulis tentang meletusnya Gunung Krakatau (Krakatoa, Carcata) tanggal 26, 27, dan 28 Agustus 1883, seorang pribumi telah menuliskan kesaksiaan yang amat langka dan menarik, tiga bulan pascameletusnya Krakatau, melalui Syair Lampung Karam.
Peneliti dan ahli filologi dari Leiden University, Belanda, Suryadi mengatakan hal itu kepada Kompas di Padang, Sumatera Barat, dan melalui surat elektroniknya dari Belanda, Minggu (31/8).
"Kajian-kajian ilmiah dan bibiliografi mengenai Krakatau hampir-hampir luput mencantumkan satu-satunya sumber pribumi tertulis, yang mencatat kesaksian mengenai letusan Krakatau di tahun 1883 itu. Dua tahun penelitian, saya menemukan satu-satunya kesaksian pribumi dalam bentuk tertulis, " katanya.
Sebelum meletus tanggal 26, 27, dan 28 Agustus 1883, gunung Krakatau telah batuk-batuk sejak 20 Mei 1883.
Letusan dahsyat Krakatau menimbulkan awan panas setinggi 70 km dan tsunami setinggi 40 meter dan menewaskan sekitar 36.000 orang.
Sebelum meletus tahun 1883, Gunung Krakatau telah pernah meletus sekitar tahun 1680/1. Letusan itu memunculkan tiga pulau yang saling berdekatan; Pulau Sertung, Pulau Rakata Kecil, dan Pulau Rakata.
Suryadi menjelaskan, selama ini yang menjadi bacaan tentang letusan Gunung Krakatau adalah laporan penelitian lengkap GJ Symons dkk, The Eruption of Krakatoa and Subsequent Phenomena: Report of the Krakatoa Committee of the Royal Society (London, 1883).
Apakah bisa meletus lagi?
Dalam majalah Geo Magz milik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) edisi 29 September 2011 disebutkan, pertumbuhan Gunung Anak Krakatau terbilang cepat.
"Melihat pertumbuhan kerucut Gunung Anak Krakatau yang sangat cepat, semakin tinggi dan besar, maka bencana seperti yang pernah terjadi pada 1883 letusan dapat terulang kembali. Meskipun demikian, besarnya tubuh suatu gunung api bukan penentu besarnya ancaman bahaya yang akan terjadi. Ancaman itu meskipun masih jauh di depan mata, tetapi apabila hal tersebut benar-benar terjadi, maka bencana itu akan melanda kawasan Selat Sunda," demikian laporan yang tertulis dalam majalah tersebut.
Pada 19 Agustus 2018, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB), Sutopo Purwo Nugroho tidak memungkiri bahwa Gunung Anak Krakatau itu sedang dalam masa pertumbuhan.
Dengan kata lain, gunung ini akan masih terus aktif untuk tumbuh besar dan tinggi dengan melakukan erupsi.
Meski begitu, energi letusannya tidak besar.
"Sangat kecil sekali peluang terjadi letusan besar seperti letusan ibunya yaitu Gunung Krakatau pada 1883. Bahkan beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini. Jadi tidak perlu dikhawatirkan," tegasnya.
Sejak munculnya Gunung Anak Krakatau 1929, para ahli gunung api mencurahkan perhatiannya dan bahkan khawatir kemungkinan akan terjadi kembali letusan besar seperti 1883.
140 Tahun Lalu Anak Krakatau Lahir, Pertumbuhannya Capai 4 Meter per Tahun |
![]() |
---|
Anak Gunung Krakatau Erupsi Semalam, Berikut Sejarah Kelahirannya Setelah Ibunya Meletus Habis 1883 |
![]() |
---|
Tragedi 1883, Gunung Krakatau Meletus Dahsyat Akibatkan Tsunami 40 Meter dan 36.000 Orang Tewas |
![]() |
---|
Status Anak Krakatau Berpotensi Tsunami, Pernah Capai Tinggi 40 Meter Tahun 1883 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.