Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Disorot Anggota DPRD Kota Semarang, Sudah 3 Hari Sampah Menumpuk di TPS, Apa Penyebabnya?

Beberapa tempat penampungan sementara (TPS) di Kota Semarang yang mengalami penumpukan sampah dalam tiga hari terakhir. Ternyata ini penyebabnya.

Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/EKA YULIANTI FAJLIN
SAMPAH MENUMPUK - Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang, Dini Inayati menyoroti tumpukan sampah di tempat pemungutan sementara (TPS) selama tiga hari terakhir ini, Selasa (4/2/2025). Disebutkan, hal ini terjadi akibat kerusakan alat berat eskavator di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Semarang. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – DPRD Kota Semarang menyoroti beberapa tempat penampungan sementara (TPS) di Kota Semarang yang mengalami penumpukan sampah dalam tiga hari terakhir.

Hal ini terjadi akibat kerusakan alat berat eskavator di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang menghambat pengangkutan sampah dari TPS.

Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang, Dini Inayati menyampaikan, permasalahan ini menyoroti urgensi evaluasi pengelolaan sampah di Kota Semarang.

Baca juga: Catatan BPBD Kota Semarang, 5 Kecamatan Ini Terdampak Bencana Hidrometrologi, Berikut Data Rincinya

Baca juga: BPBD Kota Semarang Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir di Kudu Genuk

Saat ini, Kota Semarang memiliki Perda Nomor 6 Tahun 2012 yang mengatur tentang pengelolaan sampah serta serta Peraturan Wali Kota (Perwal) Semarang Nomor 4 Tahun 2024 tentang Rencana Induk Pengelolaan Sampah.

Namun, implementasinya masih menghadapi kendala.

Rencana pengolahan sampah menjadi energi listrik di TPA Jatibarang bukan solusi satu-satunya.

Jika hanya mengandalkan pengelolaan di hilir, volume sampah yang terus meningkat berpotensi melampaui kapasitas yang tersedia.

Dia menekankan pentingnya pengelolaan sampah dari sumbernya.

Menurutnya, alokasi anggaran harus diperkuat untuk komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada masyarakat agar mereka dapat memilah dan mengolah sampah secara mandiri.

“Tidak cukup hanya sosialisasi, tetapi harus ada pendampingan dan fasilitasi."

"Sampah organik yang terpilah misalnya, bisa diolah menjadi kompos, eco-enzyme atau pupuk organik cair,” ujarnya, Selasa (4/2/2025).

Dia juga menegaskan, membangun budaya pengelolaan sampah sejak dari sumber merupakan investasi jangka panjang.

Oleh karena itu, anggaran untuk edukasi dan pendampingan seharusnya tidak kalah besar dibandingkan anggaran infrastruktur.

Selain itu, dengan keterbatasan sumber daya di Dinas Lingkungan Hidup (DLH), diperlukan kolaborasi dengan perguruan tinggi dan komunitas masyarakat yang memiliki komitmen terhadap pengelolaan sampah berbasis sumber.

"Dengan semakin menumpuknya sampah di berbagai TPS, permasalahan ini memerlukan solusi yang cepat dan berkelanjutan," ungkapnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved