Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Mahasiswa KKN UMP Kembangkan Potensi Lokal, “Pudakkaliwa” Produk Ekraf Baru dari Desa Pucungwetan

Optimalisasi Salak menjadi Produk Ekraf serta Strategi Penjualan Digital di GOR Desa Pucungwetan.

Tribun Jateng/Istimewa
PRODUK EKRAF: Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) sukses menggelar program unggulan bertajuk Optimalisasi Salak menjadi Produk Ekraf serta Strategi Penjualan Digital di GOR Desa Pucungwetan. Acara ini dihadiri oleh Kepala Desa Wagini beserta perangkat desa, Karang Taruna, ibu-ibu PKK, serta kelompok Dasa Wisma (Dawis). (DOK. UMP) 

TRIBUNJATENG.COM - Inovasi berbasis potensi lokal kembali mencuri perhatian. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) sukses menggelar program unggulan bertajuk Optimalisasi Salak menjadi Produk Ekraf serta Strategi Penjualan Digital di GOR Desa Pucungwetan. Acara ini dihadiri oleh Kepala Desa Wagini beserta perangkat desa, Karang Taruna, ibu-ibu PKK, serta kelompok Dasa Wisma (Dawis).

Desa Pucungwetan dikenal sebagai sentra pertanian salak pondoh dan industri pengolahan triplek. Namun, limbah dari kedua sektor ini kerap menjadi tantangan lingkungan. Berangkat dari permasalahan tersebut, mahasiswa KKN UMP menghadirkan inovasi ekraf berbasis pemanfaatan limbah salak dan triplek. 

Produk kreatif yang diperkenalkan meliputi pie salak dari buah yang tidak layak jual serta suvenir kriya berbahan kulit salak dan limbah triplek. Produk tersebut diberi nama “Pudakkaliwa,” yang berasal dari gabungan nama dusun-dusun di Pucungwetan, yakni Pucung, Pandak Kidul, Pandak Lor, Kalimangli, dan Wanasari.

Kolaborasi Inovatif dan Strategi Digital

Kegiatan berlangsung dalam dua sesi utama: sosialisasi dan praktik pembuatan produk ekraf, serta strategi pemasaran digital. Para peserta tidak hanya dilatih membuat produk kreatif, tetapi juga diperkenalkan pada teknik pemasaran digital melalui media sosial dan platform e-commerce. Hal ini menjadi langkah strategis dalam memperluas jangkauan pemasaran produk lokal agar dapat bersaing di pasar yang lebih luas.

Kepala Desa Pucungwetan, Wagini, menyambut baik inisiatif ini dan berharap produk pie salak bisa menjadi ikon desa. “Semoga pie salak ini dapat menjadi produk unggulan Pucungwetan dan mengenalkan desa kami sebagai sentra salak pondoh ke pasar yang lebih luas,” ujarnya penuh harap.

Sementara itu, Dosen Pembimbing Lapangan Alhadi Nelsa dari Program Studi Desain Komunikasi Visual UMP menekankan pentingnya identitas visual dalam pemasaran. 

“Kegiatan ini bukan sekadar inovasi produk, tetapi juga membangun branding yang kuat. Dengan kemasan yang menarik, logo, serta storytelling yang tepat, Pudakkaliwa diharapkan siap bersaing di pasar digital dan menjadi simbol kreativitas lokal Desa Pucungwetan,” jelasnya.

Desa Kreatif Berdaya Saing Tinggi

Program ini membuktikan bahwa dengan kreativitas dan inovasi, potensi desa dapat dikembangkan menjadi peluang ekonomi baru. Melalui pelatihan dan kolaborasi antara akademisi dan masyarakat, Desa Pucungwetan kini semakin siap melangkah sebagai desa kreatif yang berdaya saing tinggi.

Dengan semangat Salak Lokal, Kreasi Global, produk Pudakkaliwa diharapkan tidak hanya memperkaya industri ekraf lokal, tetapi juga membawa nama Desa Pucungwetan ke panggung pasar nasional. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved