Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kudus

Mengenal Tradisi Budaya Tari Kretek dari Kabupaten Kudus Hadir 40 Tahun dan Tercatat di Muri

Tari Kretek, sebuah kebudayaan khas yang hanya dimiliki Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Bahkan, Tari Kretek kini.

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG/SAIFUL MA'SUM
PECAHKAN REKOR MURI- Sebanyak 1.405 penari mayoritas pelajar menjadi peserta pemecahan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) Pagelaran Tari Kretek dengan Peserta Terbanyak yang diprakarsai Pemerintah Kabupaten Kudus di Alun-alun Simpang Tujuh Kudus, Sabtu (22/2/2025). Diikuti oleh pelajar tingkat SD, SMP, dan SMA sederajat, juga pelaku seni tari dari berbagai sanggar seni di Kabupaten Kudus. 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Tari Kretek, sebuah kebudayaan khas yang hanya dimiliki Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Bahkan, Tari Kretek kini sudah menjelma menjadi kebudayaan yang diakui dunia.

Tarian yang menceritakan tentang proses pembuatan kretek (rokok) hingga pengemasan dan pemasaran tersebut, saat ini masih terawat dengan baik sejak dipopulerkan pada 1986.

Artinya, 40 tahun sudah Tari Kretek hadir sebagai kebanggaan masyarakat Kudus. Menjadi warna atas ragam budaya yang dimiliki Kabupaten Kudus.

Pada, Sabtu (22/2/2025), Tari Kretek resmi tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) setelah memecahka rekor "Pagelaran Tari Kretek dengan Peserta Terbanyak" yang diprakarsai Pemerintah Kabupaten Kudus, dengan melibatkan 1.405 penari kretek di Alun-alun Simpang Tujuh Kudus.

Pencapaian tersebut tentu membayar tuntas perjuangan Endang Tonny (62), sang pencipta Tari Kretek. Karyanya kini diakui dan dikenal tidak hanya di kancah nasional saja, bahkan sudah tembus ke tingkat dunia.

Perjuangan tidak akan menghianati hasil. Perumpamaan tersebut menggambarkan proses lahirnya Tari Kretek dari tangan dingin Endang yang berhasil merangkum proses pembuatan kretek/rokok, direpresentasikan dalam sebuah gerakan tari.

Endang pun tak menyangka di usia 62 tahun, karyanya yang diciptakan pada 1986 kini menjadi kebudayaan khas Kota Kretek.

Kepada tribunjateng.com, Endang bercerita, lahirnya Tari Kretek tidak terlepas dari usulan/gagasan sosok Soepardjo Rustam yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah dan Menteri Dalam Negeri pada masanya.

Ketika peresmian Museum Kretek di Kabupaten Kudus pada 1986, konon Soepardjo Rustam kala itu menjabat sebagai Meteri Dalam Negeri meresmikan lagsung Museum Kretek.

Muncullah usulan agar Kabupaten Kudus menciptakan tarian tradisional bertujuan untuk melestarikan budaya Kota Kudus dan sebagai identitas daerah Kota Kretek.

Sosok Endang Tonny yang dikenal sebagai seniman legendaris di Kabupaten Kudus dipilih untuk merancang gerakan-gerakan menjadi sebuah tarian utuh dan siap dipentaskan.

Endang kala itu merupakan seniman tari yang telah menorehkan berbagai prestasi di bidang tarian.

Kegemarannya terhadap seni tari sejak kecil membawa dia pada sebuah kesempatan untuk menciptakan tarian tradisional khas Kota Kretek.

Kata dia, Tari Kretek terinspirasi dari sebuah proses pembuatan rokok. Mengingat mayoritas masyarakat Kudus saat itu berprofesi sebagai buruh rokok.

Endang pun melakukan penelitian selama kurang lebih 1-2 bulan di pabrik-pabrik rokok guna mengetahui apa saja yang terjadi di dalam proses pembuatan rokok.

Hasil dari pengamatan tersebut diimplementasikan menjadi sebuah gerakan tari, yang kini dikenal dengan sebutan Tari Kretek.

"Kira-kira butuh waktu 2-3 proses membuat gerakan, itu belum termasuk saya datang langsung ke pabrik rokok untuk melihat proses di dalamnya. Karena harus tahu dulu apa saja yang dilakukan berkaitan dengan produksi rokok," terangnya, Minggu (23/2/2025).

Setelah lebih dari 12 gerakan tari tercipta, Endang mulai melatihnya menjadi sebuah gerakan tari utuh.

Dalam prosesnya, dia dibantu oleh Supriyadi (almarhum), suami dari Endang Tonny.

Setiap Endang melatih gerakan demi gerakan tari, diiringi alunan musik yang diciptakan oleh suaminya dari suara mulut.

Setelah semua gerakan terangkai dengan baik menjadi seni tari, suaminya menciptakan aransemen lantunan musik pendukung/pengiring yang disebut dengan istilah iringan gending, dengan memanfaatkan suara gamelan dan beberapa alat musik lainnya.

Hingga akhirnya, Tari Kretek selesai diciptakan dengan durasi original 10 menit 27 detik. Kemudian tarian ini mulai dipopulerkan kepada masyarakat, menceritakan tentang proses pembuatan rokok kretek hingga pengemasan dan rokok siap dipasarkan.

"Awalnya Tari Kretek ini ditampilkan dalam acara penyambutan tamu negara dan tamu kehormatan. Penarinya memakai baju adat Kudus dilengkapi caping kalo dan tampah sebagai properti. Sekarang sudah sering ditampilkan di acara-acara yang dihadiri banyak orang," tuturnya.

Gerakan pembuka Tari Kretek menggambarkan para pekerja wanita datang menuju pabrik. Disusul dengan gerakan pokok menggambarkan para pekerja wanita membuat rokok kretek.

Pada gerakan penutup, mencsritakan tentang para pekerja memasarkan rokok kretek yang sudah dikemas.

Tari Kretek ini bahkan sudah dipentaskan di mancanegara. Seperti Jepang, China dan beberapa negara lain.

Endang mengaku bangga hasil karyanya kini semakin dikenal masyarakat luas.

Sebagai sang pencipta, Endang berharap generasi muda tidak lupa mempelajari dan melestarikan tarian tradisional. Supaya keberadaan Tari Kretek tetap terjaga dan terawat dengan baik dari masa ke masa.

"Saat ini Tari Kretek sudah diakui dunia. Semoga Tari Ketek ini bisa lestari dari masa ke masa. Generasi muda suka dan senang degan Tari Kretek," pungkas Endang yang juga sebagai pemilik Sanggar Seni Puring Sari Kudus. (Sam)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved