Megah dan Unik! Masjid Djauharotul Imamah Pati Adopsi Gaya Arsitektur Campuran Jawa-Eropa

TRIBUNJATENG.COM, PATI - Sebuah masjid di Kaborongan, Kelurahan Pati Lor, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati tampak megah dan bergaya arsitektur unik.

Sekilas, dari luar bangunan masjid ini tampak seperti kastil klasik di Eropa.

Bangunan yang dominan berwarna cokelat ini bernama Masjid Djauharotul Imamah.

Baca juga: Anak Yatim Binaan Yayasan Subur Makmur Sejahtera Diajak Buka Puasa Bersama oleh FORPIS Pati

Baca juga: Bupati Pati Sudewo Komitmen Bentuk Koperasi Desa Merah Putih Lebih Awal dari Daerah Lain

Masjid dua lantai ini pada bagian depan menampilkan aksen bata merah dan batu kali yang terekspos.

Di lantai atas, menghadap ke jalan, terdapat daun-daun jendela kayu berukuran besar.

Tangga menunju lantai dua bisa diakses dari halaman depan (area parkiran) maupun dari halaman belakang (area taman).

Halaman belakang masjid ini cukup luas dan asri.

Terdapat hamparan rumput hijau yang dipotong rapi, lampu-lampu taman, gazebo, dan kolam ikan koi.

Atap masjid berbentuk tumpang gasal, memberi kesan tradisional Jawa.

Wakil Ketua Takmir Masjid Djauharotul Imamah, Hamzah mengatakan bahwa masjid ini memang mengadopsi gaya arsitektur campuran Eropa dan Jawa.

"Masjid yang kalau saya tidak salah berdiri sejak 2011 ini memang bergaya campuran Eropa-Jawa."

"Gaya Eropa-nya dari bentuk yang tampak seperti kastil."

"Kalau gaya Jawa dari tempat pengimaman di lantai dua yang pakai gebyok kayu ukir khas Jawa," jelas dia, Rabu (5/3/2025).

Menurut Hamzah, nama masjid ini diambil dari sepasang suami-istri yang mewakafkan tanah mereka untuk dijadikan masjid ini.

Mereka ialah pasangan Djohar Malikan dan Imam Sureni.

"Jadi nama Djauharotul Imamah diambil dari nama pewakaf," kata dia.

Baca juga: Kapolresta Pati Bagikan 2 Ribu Takjil Sambil Ingatkan Masyarakat Jaga Kondusivitas Ramadan

Baca juga: Masjid Djauharotul Imamah Pati Sedia 300 Porsi Makanan Buka Puasa Gratis Setiap Hari selama Ramadan

Hamzah menerangkan, area utama yang digunakan untuk tempat salat ialah lantai dua.

Adapun lantai satu difungsikan sebagai aula serbaguna, yang antara lain digunakan untuk menggelar kajian keagamaan.

Namun demikian, jika lantai atas telah penuh, area di lantai satu juga dimanfaatkan untuk tempat salat.

Adapun area taman di belakang disediakan bagi jemaah atau pengunjung yang ingin bersantai menikmati suasana.

Masjid Djauharotul Imamah boleh dibilang cukup makmur dengan bermacam kegiatan, terutama saat Ramadan.

Salah satunya adalah kegiatan buka puasa bersama yang bersifat gratis untuk umum dan didahului kajian Islam rutin setiap sore hari.

Takmir Masjid Djauharotul Imamah menyediakan ratusan porsi makanan untuk berbuka puasa setiap hari selama bulan Ramadan.

Dalam sehari, pihak masjid menganggarkan sekira Rp7,5 juta demi menyiapkan 300 porsi takjil dan makanan berat untuk berbuka puasa.

Artinya, selama bulan Ramadan, pihak masjid menganggarkan lebih dari Rp200 juta untuk kegiatan buka puasa bersama.

Fasilitas buka puasa gratis ini dibuka untuk umum.

Siapa saja boleh datang dan bersantap, bukan hanya untuk warga setempat.

Menu yang disajikan pun berganti-ganti setiap hari.

Pihak takmir masjid berharap, kegiatan ini bisa membuat masjid semakin ramai, terutama oleh orang-orang yang menunaikan ibadah puasa. (*)

Baca juga: Bupati Kudus Janji Perketat Lelang Proyek Fisik, Imbas Atap Roboh di SD Negeri 2 Purwosari

Baca juga: Kolaborasi Pasar Ramadhan Masjid Agung Semarang dengan BRI: Jemput Bola dan Kenalkan QRIS ke UMKM

Baca juga: Kolaborasi TJIFF dan Re:Karya Prodi DKV Telkom University Purwokerto, Libatkan 15 Negara Partisipan

Baca juga: 31 Anak Ditangkap Saat Hendak Perang Sarung di Selomerto Wonosobo