Berita Semarang
Sosok Aunil Generasi Ketiga Pembuat Ganjel Rel Semarang, Terus Lakukan Inovasi Tarik Minat Gen Z
Selain membuat ganjel rel untuk event Dugderan, Aunil juga memproduksi kue ganjel rel di hari biasa dengan merek dagang “Masjuki’
Penulis: Adelia Sari | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM - Ganjel Rel merupakan kue khas Kota Semarang yang saat ini mulai langka.
Kue ini disebut ganjel rel karena tekstur yang bantat dan bentuknya mirip dengan bantalan kereta api atau ganjel rel.
Ganjel rel biasa dibagikan pada masyarakat saat acara tradisi Dugderan menjelang Ramadhan di Aloon-Aloon Masjid Kauman Semarang.
Penjual kue ganjel rel sendiri sudah tak banyak lagi di Kota Semarang.
Satu di antara penjual kue ganjel rel yang masih eksis sampai sekarang adalah Aunil Fadlilah (58).
Baca juga: Makna Pembagian Kue Ganjel Rel dan Munculnya Warak Ngendok saat Dugderan di Semarang
Di tangan Aunil, roti ganjel rel yang terkenal padat kini memiliki tekstur empuk.
Aunil sendiri merupakan generasi ketiga sebagai pembuat roti ganjel rel di keluarganya.
“Saya generasi ketiga dari mbah saya, turun kepada anaknya mbah saya. Bukan dari orangtua langsung, jadi saya ini seneng bikin roti karena bulik saya. Rumah kami kan ada di kawasan Kauman, Johar. Di sana saya belajar, jadi saya sering membantu membuat kue,” ucap Aunil.
Ia kemudian belajar membuat kue tradisional dan mulai menerima berbagai pesanan.
Lalu pada tahun 2009, Aunil diminta oleh Masjid Agung Kauman membuat 1.500 kue ganjel rel untuk dibagikan saat Dugderan.
Hal itu ia lakukan setiap tahun hingga saat ini.
Bahkan ia pernah membuat 5.000 potong kue ganjel rel untuk acara dugderan.
“Dari 2009, saya didawuhi Masjid Kauman Semarang, diberi mandat oleh Walikota Semarang untuk membagikan kue khas Kota Semarang, pilihannya ganjel rel. Karena lebih awal,” ucap Aunil pada Jumat (14/3/2025).
Dalam proses pembuatan ribuan kue ganjel rel, Aunil pun melibatkan UMKM lain di sekitar Masjid Kauman Semarang.
“Saya melibatkan UMKM-UMKM sekitar Masjid Kauman, dulu waktu sebelum 2019, masih buat sendiri. ” ucap Aunil.
Namun Ainul tetap mempertahankan resep dan caranya agar rasa ganjel rel tetap terjaga.
“Semua resep dari saya, caranya dari saya. UMKM hanya nambahi telur dan air saja. Semua bahan dari saya, mulai dari gula, tepung sampai bahan rempah. Saya pengen ganjel siapa saja yang buat tapi bahannya dari saya,”
Selain membuat ganjel rel untuk event Dugderan, Aunil juga memproduksi kue ganjel rel di hari biasa dengan merek dagang “Masjuki’.

Kue Ganjel Rel Masjuki ini menjadi salah satu produk unggulan di Kota Semarang.
Bahkan Kue Ganjel Rel Masjuki sudah dikirim hingga ke Belanda.
“Saya kemas vakum, bisa tahan sampai dua pekan. Kemarin saya dipesani untuk kirim ke Belanda,”
Di era gempuran banyaknya roti kekinian, Aunil terus melakukan inovasi pada produknya.
Mulai dari membuat ganjel rel kemasan vakum yang bisa bertahan lama, hingga membuat varian kue ganjel rel lain.
“Ini inovasinya, ganjel rel krezz. Ini yang saya buat crispy. Saya buat beberapa inovasi, satu krispy, lalu ada pie ganjel rel. Saya buat adonan pie, saya cetak dan tengahnya ganjel rel. Jadi perpaduan gurihnya pie dan manis legitnya ganjel rel.
Lalu ada soes taste rasa rempah. Saya pakai gula Jawa dan saya padukan dengan kue ganjel rel. Soes vla dipadu dengan manis legit kue ganjel rel,”
Aunil juga merasa tertantang untuk mengenalkan kue tradisional ini kepada generasi muda atau gen Z.
“Tantangan buat kami, gen Z itu harus dikenalke, apalagi roti modern sekarang luar biasa. Ya itu tantangan kami mengenalkan roti ganjel rel, untuk bisa mengenal, mencoba dan seneng. Makanya saya coba yang krezz,” tambah Aunil.
Selain menjual produk jadi, Aunil juga menyediakan bahan ganjel rel mentah untuk para UMKM lain.
Produk itu ia jual dalam bentuk paket dengan harga mulai dari Rp 17 ribu saja.
Produsen ganjel rel cukup menambahkan telur dan air saja.
“Alhamdulilah sudah jalan ada beberapa produsen yang bahannya dari Masjuki,”
Jatuh Bangun Usaha
Perjalanan usaha Aunil tak selalu mulus.
Pada 2015, toko bahan kue miliknya ikut terbakar saat terjadi kebakaran di Pasar Johar.
Tak berhenti di situ saja, selang beberapa bulan, suami Aunil meninggal dunia.
Aunil kembali diterpa cobaan pada September 2024 lalu.
Pabrik pembuatan kue ganjel rel miliknya di Graha Mukti, Tlogosari, Semarang juga terbakar.
Kebakaran itu menyebabkan kerugian hingga Rp 200 juta.
Cobaan itu tak membuat Aunil mundur, ia terus berjuang dan bertahan hingga saat ini.
Pinjaman KUR BRI
Perkembangan usaha kue ganjel rel milik Aunil tak lepas dari dukungan BRI.
Saat suaminya meninggal dunia, ia berfikir harus mendapatkan uang untuk mulai mempertahankan usahanya.
Aunil lalu mengajukan pinjaman modal ke BRI dan disetujui.
Ia pun sudah melakukan pinjaman KUR sebanyak 3 kali.
“Saya butuh modal banya, saya ambil lebih gede, sebelum habis saya takeover,”
Menurutnya, pinjaman usaha dari BRI ini sangat membantu para pelaku UMKM sepertinya.
“KUR BRI sudah 3 kali saya, awalnya suami meninggal 2015. Terus kebakaran (Pasar Johar), itu kan habis.
Piye carane aku ntok duit,” kenangnya.
Selain mendapat pinjaman modal dari BRI, Aunil juga bergabung ke Rumah BUMN (di bawah BRI).
Di Rumah BUMN ini, Aunil mendapatkan ilmu-ilmu baru, seperti public speaking hingga keuangan.
“Saya kebetulan di sini (Rumah BUMN), 3 tahun yang lalu. Saya dengan BRI sudah lama. Kalau ada pelatihan di ini ikut, kemarin pelatihan public speaking. (*)
Dari TK hingga SMP, Anak-Anak Semarang Diajak Cinta Membaca |
![]() |
---|
Belum Kondusif, Doa Bersama Ojol untuk Affan di Semarang Terpaksa Batal |
![]() |
---|
Menolak Pulang! Ratusan Demonstran Bertahan di Gerbang Mapolda Jateng Meski Dihujani Gas Air Mata |
![]() |
---|
Sosok Ervina Demonstran Wanita Yang Disoraki Polisi Ternyata Seorang Barista |
![]() |
---|
Ratu Kalinyamat Jadi Inspirasi Film “Uttarani” Karya Mahasiswa SCU |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.