Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

LDII

Ketum DPP LDII Ajak Jadikan Idul Fitri sebagai Momentum Pembenahan Demokrasi dan Akhlak Bangsa

Idul Fitri bukan sekadar perayaan kemenangan setelah sebulan berpuasa, tetapi juga menjadi refleksi bersama dalam membangun bangsa yang lebih baik

KIM LDII
Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan Idul Fitri sebagai momentum membenahi demokrasi dan akhlak bangsa. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Idul Fitri bukan sekadar perayaan kemenangan setelah sebulan berpuasa, tetapi juga menjadi refleksi bersama dalam membangun bangsa yang lebih baik.

Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan Idul Fitri sebagai momentum membenahi demokrasi dan akhlak bangsa.

Menurutnya, demokrasi Indonesia bukan demokrasi liberal, melainkan demokrasi gotong-royong yang mengutamakan musyawarah dan kepentingan bersama.

“Demokrasi kita bukan demokrasi bebas menghujat, tetapi demokrasi yang membangun dan merekonstruksi kebijakan agar lebih sesuai dengan kepentingan rakyat,” tegas KH Chriswanto.

Ia menekankan bahwa nilai-nilai dalam Pancasila menuntun bangsa ini untuk mengedepankan kebersamaan, saling menghargai, menghormati, dan tepo seliro. Idul Fitri menjadi kesempatan terbaik untuk mengembalikan semangat gotong-royong dan menghindari perpecahan yang dapat memperburuk keadaan bangsa, seperti yang terjadi pada krisis sosial tahun 1998.

Lebih lanjut, KH Chriswanto mengingatkan tentang bahaya penyakit hati seperti dengki dan kebencian. Ia mengutip hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa kebencian dapat mencukur habis agama seseorang, bukan sekadar mencukur rambut. Oleh karena itu, Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk membersihkan hati dari dendam dan iri hati serta mempererat persaudaraan antar sesama.

Dalam konteks kehidupan berbangsa, KH Chriswanto mengingatkan bahwa perselisihan yang tidak diselesaikan dengan baik dapat membawa kehancuran bagi sebuah negara. Ia mengutip Surat Al-Hasyr ayat 10, yang berisi doa agar hati kita bersih dari kebencian terhadap sesama orang beriman. Menurutnya, bangsa ini harus bersatu dan tidak saling menjadikan saudara sebangsa sebagai musuh hanya karena perbedaan pendapat.

“Jika tidak ada kebaikan dari penguasa dan oposisi, maka negara ini akan mengalami kehancuran. Oleh sebab itu, kita harus menghindari sikap saling mencaci dan lebih fokus pada solusi untuk membangun bangsa,” ujarnya.

Salah satu tantangan besar saat ini adalah perilaku masyarakat di media sosial. Indonesia dikenal sebagai negara dengan masyarakat yang ramah, tetapi sering kali berperilaku sebaliknya di dunia maya. KH Chriswanto menyoroti bahwa Indonesia mendapat predikat sebagai salah satu negara dengan netizen yang tidak sopan. Ia menegaskan bahwa mencaci-maki di media sosial adalah perilaku yang merugikan, baik secara pribadi maupun bagi demokrasi.

“Kita harus mengingat bahwa mencaci maki adalah perilaku jahat. Jika cacian dibalas dengan cacian, berarti kita juga ikut berperilaku jahat. Inilah yang membuat demokrasi kita semakin panas, penuh kemarahan tanpa solusi,” tuturnya.

Sebagai penutup, KH Chriswanto mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjadikan Idul Fitri sebagai ajang memaafkan dan mengoreksi diri demi masa depan bangsa yang lebih baik. Ia mengingatkan bahwa Indonesia terlalu besar dan berharga untuk dikorbankan demi kepentingan kelompok tertentu.

“Mari jadikan media sosial sebagai sumber pahala, bukan sumber dosa dan permusuhan. Gunakan untuk berbagi kebaikan, bukan untuk provokasi, ghibah, dan adu domba,” pungkasnya.

Baca juga: Salat Id LDII Kota Semarang : Media Sosial dan Tantangan Kesopanan di Era Digital

Baca juga: Pengurus LDII Wonogiri Gelar Silaturahim dengan Ketua DPRD untuk Perkuat Sinergi

Baca juga: LDII Hadiri Safari Ramadhan Kapolri di Jawa Tengah: Momentum Mempererat Sinergi Ulama dan Pemerintah

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved