Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Unsoed

Dari Ladang ke Laboratorium: Perjalanan Tsabitatun Menjadi Apoteker lewat Bidik Misi UNSOED

Lahir dari keluarga sederhana di Demak pada 11 Juni 2001, Tsabitatun tumbuh dengan semangat dan tekad yang luar biasa. 

|
Tribun Jateng/Istimewa
TSABITATUN: Tsabitatun berfoto bersama kedua orang tuanya. Berkat semangat belajar dan prestasi akademiknya, Tsabitatun berhasil meraih Beasiswa Bidikmisi (kini KIP Kuliah), yang membuka jalan baginya untuk mengenyam pendidikan tinggi di Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman (Fikes Unsoed). (DOK. UNSOED) 

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Lahir dari keluarga sederhana di Demak pada 11 Juni 2001, Tsabitatun tumbuh dengan semangat dan tekad yang luar biasa. 

Ia adalah putri pertama dari pasangan Ali Anwar, seorang petani, dan Hakimatul Faidah, ibu rumah tangga.

Sebagai anak sulung dari dua bersaudara, Tsabitatun mengemban tanggung jawab besar dalam keluarganya yang berlatar belakang ekonomi tidak mampu.

Baca juga: Sebanyak 18.070 Peserta Akan Mengikuti UTBK di Unsoed Purwokerto

Namun, keterbatasan ekonomi tidak menghalangi langkahnya untuk terus maju.

Berkat semangat belajar dan prestasi akademiknya, Tsabitatun berhasil meraih Beasiswa Bidikmisi (kini KIP Kuliah), yang membuka jalan baginya untuk mengenyam pendidikan tinggi di Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman (Fikes Unsoed) (unsoed.ac.id).

Di kampus, ia tidak hanya dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas, tetapi juga gigih dan inspiratif.

Tsabitatun mencetak prestasi membanggakan dengan meraih nilai Computer Based Test (CBT) tertinggi, yakni 86,5 pada proses seleksi pendidikan profesi apoteker

Selain itu, pada tahun 2023, ia juga berhasil lolos pendanaan dalam program kewirausahaan yang diadakan oleh Kemendikbudristek, menunjukkan bahwa kemampuannya tidak hanya terbatas di bidang akademik, tetapi juga dalam dunia inovasi dan enterpreneurship.

Setelah menyelesaikan studi S1 dan pendidikan profesi apoteker, Tsabitatun lulus dengan predikat cumlaude dan memperoleh IPK 3,94 — pencapaian yang menunjukkan dedikasi dan kerja kerasnya selama masa perkuliahan.

Tsabitatun memiliki cita-cita mulia: ingin terus berkiprah di dunia farmasi dan berkontribusi dalam menemukan serta mengembangkan obat-obatan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Baginya, menjadi apoteker bukan hanya profesi, tetapi sebuah jalan pengabdian dan harapan.

Kisah Tsabitatun adalah bukti nyata bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk meraih mimpi.

Dengan tekad kuat, kerja keras, dan dukungan yang tepat, siapapun bisa menembus batas dan mencapai kesuksesan. (*)

Baca juga: UNSOED dan 23 BUMN Dukung Kemandirian Energi dengan Perakitan Reverse Osmosis dan PLTS di Batam

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved