Visualisasi Jalan Salib di Gereja Mater Dei Bikin Jemaat Menangis
Pementasan Jalan Salib di Gereja Mater Dei Lampersari libatkan 40 aktor muda, suguhkan refleksi menyentuh tentang kasih Tuhan.
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Suasana hening menyelimuti halaman Gereja Katolik Paroki Mater Dei Lampersari, Jumat (18/4/2025) pagi.
Tak ada suara gaduh, hanya gumaman doa yang mengiringi tiap adegan visualisasi kerohanian Jalan Penyaliban Yesus Kristus di situ.
Di bawah mentari yang menyengat, satu per satu jemaat ikut menyimak dan menyaksikan bagaimana para muda-mudi gereja berlakon menyusuri jalan sebagai gambaran penderitaan Yesus Kristus menuju Golgota.
Hari itu, visualisasi Jalan Salib atau Via Dolorosa digelar secara kolosal menjadi puncak perenungan umat Katolik dalam rangkaian Tri Hari Suci: Kamis Putih, Jumat Agung, dan Malam Paskah.
Puluhan pemuda dan pemudi gereja menanggalkan identitas sehari-hari mereka dan mengambil peran dalam drama rohani yang menyayat hati.
Mereka tidak sekadar tampil, mereka menghidupkan kembali kisah yang berusia lebih dari dua milenium.
Kisah yang menuturkan luka, penolakan, kejatuhan, dan kasih tanpa syarat.
Sebuah pengorbanan yang diyakini sebagai puncak kasih Tuhan bagi umat manusia.
Tampak para jemaat menahan tangis, beberapa berkaca-kaca, bahkan ada yang terisak dalam doa saat menyaksikan satu demi satu adegan penyaliban Yesus.
Setiap langkah dan kejatuhan Yesus terasa begitu dekat, seolah bukan hanya tubuhnya yang terjerembab, tetapi juga beban hidup para penonton yang ikut terangkat dan dibawa menyusuri jalan salib itu.
Adegan saat Yesus jatuh memanggul salib, cambukan kejam dari para serdadu Romawi, serta bisikan para iblis yang menggoda agar Yesus menyerah diperankan begitu menghayati.
Teriakan histeris, ratapan seorang wanita yang memerankan Bunda Maria, dan tatapan kosong para murid yang kehilangan pegangan semua menyatu dalam satu narasi visual yang membekas di hati.
“Melalui peristiwa perenungan Jumat Agung ini menyadarkan umat bahwa tidak ada kemuliaan kebangkitan tanpa salib,” ungkap Romo Rekan Yustinus Agus Purwadi usai visualisasi jalan penyaliban Yesus Kristus.
"Artinya kalau kita mau mulia, sukses, perlu melalui penderitaan terlebih dahulu. Mencontoh Yesus, kita pun harus berani melewati kesengsaraan untuk mencapai kebahagiaan sejati," lanjutnya.
Mengusung konsep Ultimum Sacrificium atau “Pengorbanan Maksimal Yesus”, pementasan ini melibatkan 40 aktor dan sekitar 15 orang kru.
Bitcoin Tembus Rp1,9 Miliar, Trader Semarang Masih Wait and See |
![]() |
---|
Fakta Mengejutkan di Balik Perang Lima Hari Semarang: Akar Masalah Ada di Perebutan Senjata |
![]() |
---|
"Ini Penyambung Hidup" Kisah Ristrihanto di Kudus Bahagia Dapat Pengganti Kaki Palsu |
![]() |
---|
Apindo Semarang Sebut MBG Jadi Motor Penggerak Ekonomi Baru |
![]() |
---|
Semarang Siap Gelar Peringatan Pertempuran 5 Hari, Libatkan Ribuan Peserta dan Pertunjukan Orkestra |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.