Visualisasi Jalan Salib di Gereja Mater Dei Bikin Jemaat Menangis

Semuanya adalah anak-anak muda dari Unit Muda Katolik Paroki Mater Dei Lampersari yang menjalani latihan intensif sejak awal Februari, tiga kali dalam sepekan.

Yang menarik, pementasan ini tak hanya menghadirkan Yesus dan para serdadu.

Namun juga menambahkan elemen teatrikal lain seperti kehadiran para iblis yang menggoda Yesus serta sorotan dramatik pada ekspresi Bunda Maria saat melihat anaknya menderita.

Pemeran Yesus kali ini adalah Nara, Wakil di Pengurusan Unit Muda Katolik.

Meski baru pertama kali memerankan tokoh sentral ini, Nara tampil luar biasa.

Tubuhnya dibalut jubah putih, wajahnya penuh luka palsu, dan matanya menatap kosong penuh derita.

Dia bukan sekadar berakting, namun hanyut dalam perannya.

“Saking mendalaminya peran, setelah pertunjukan Nara masih belum bisa ikut wawancara karena begitu larut dalam penjiwaannya," kata Natan, ketua pelaksana visualisasi.

Pementasan ini bukan hanya sebuah tontonan.

Dia adalah bentuk doa, permenungan, dan penyadaran akan cinta Tuhan yang tak bersyarat.

Di antara langkah yang tertatih dan dera derita yang diperankan, pesan kasih terasa begitu nyata.

Yang menembus batas logika, menyentuh sisi terdalam dari setiap hati jemaat yang menyaksikan.

Usai pertunjukan, akan ada rangkaian Ibadat Jumat Agung yang digelar pukul 15.00 dan 18.00 WIB, mengenang detik-detik wafatnya Yesus di kayu salib.

Hari itu, halaman gereja bukan sekadar menjadi panggung pertunjukan, tetapi medan refleksi batin.

Setiap jemaat yang pulang dari situ, pulang bukan hanya dengan mata basah, tapi dengan hati yang lebih peka, lebih sadar akan makna penderitaan, pengorbanan, dan harapan akan kebangkitan.

Bagi jemaat, Jumat Agung bukan sekadar mengenang kematian.

Namun adalah pintu menuju kehidupan yang baru.