Jawa Tengah
Dihantui Perang Dagang AS - China, Disperindag Jateng: Ekspor Masih Tetap Jalan
Ketegangan ekonomi yang muncul akibat perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dengan China disebutkan belum berdampak langsung terhadap kinerja.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Ketegangan ekonomi yang muncul akibat perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dengan China disebutkan belum berdampak langsung terhadap kinerja ekspor Jawa Tengah.
Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Sakina Rosellasari mengatakan, Pemprov Jateng telah melakukan koordinasi dengan para pelaku usaha untuk menghadapi situasi ini.
Sakina mengungkapkan, setelah pengumuman Presiden AS, Donald Trump mengenai tarif resiprokal sebesar 32 persen, Pemprov Jateng segera mengadakan rapat dengan pelaku usaha, terutama di sektor padat karya.
"Waktu itu disampaikan beberapa pelaku usaha yang kami undang bahwa memang belum berdampak, karena terinfo bahwa yang sudah siap untuk ekspor, (tetap) ekspor.
Tetapi dalam perjalanannya, tarif itu turun dari 32 persen menjadi 10 persen. Jadi otomatis semua proses ekspor, baik alas kaki, garmen, produk pakaian jadi rajut dan bukan rajut yang tujuannya tertinggi ke Amerika Serikat masih tetap jalan," katanya, Senin (21/4/2025).
Sakina menyebutkan, kekhawatiran akan dampak kebijakan tarif Trump pasti ada. Ia menyebutkan Jawa Tengah mengekspor 41 persen produknya di tahun 2024 di sektor alas kaki, garmen, pakaian jadi rajut dan nonrajut.
Adapun 41 persen dari total ekspor tersebut, ditujukan ke Amerika Serikat.
Di sisi lain, kata dia, Jawa Tengah memiliki ketergantungan terhadap impor dari Tiongkok, terutama untuk peralatan mesin yang digunakan dalam investasi. Sementara itu, impor dari AS didominasi oleh sereal dan gandum.
Dengan kondisi ini, Sakina menekankan pentingnya diversifikasi dalam perdagangan.
"Kami berharap kalau namanya ekspor impor, tidak ada yang dominasi. Harusnya ekspor itu menyebar ke berbagai negara. Impor juga.
Kebijakan pusat juga sama. Ekspor tidak hanya pada satu negara, tetapi mulai menyebar ke berbagai negara termasuk Eropa sasarannya," terangnya.
Mengenai pasar baru, Sakina menjelaskan bahwa hal ini tergantung pada para pelaku usaha.
Ia menyebut, pasar baru tidak mudah untuk dicapai. Namun, ia berharap para pengusaha berusaha untuk menemukan pasar baru.
"Pelaku usaha biasanya mendapatkan pesanan berdasarkan order, dan order tersebut sudah menetapkan tujuan negara tertentu.
Misalnya, alas kaki dan garmen, ternyata juga pada negara tertentu, termasuk Amerika. Kami mulai mengimbau (pengusaha) untuk tidak ada dominasi ekspor atau impor," jelasnya.
Sementara itu, ia menekankan nilai neraca perdagangan Jawa Tengah sektor nonmigas hingga saat ini masih surplus.
"Jawa Tengah masih surplus. Artinya, ekspornya lebih tinggi daripada impor," imbuhnya. (idy)
24 Korban TPPO Asal Jateng Menolak Dipulangkan, Pilih Tetap di Eropa Karena Bisa Kerja |
![]() |
---|
Hasil BPR BKK Award Tahun 2025, BPR BKK Purwodadi Raih Predikat Terbaik 1 |
![]() |
---|
Daftar Jalur Alternatif Hindari Jalan Pahlawan Semarang, Ada Parade Seni Budaya Malam Ini |
![]() |
---|
Pengusaha Muda di Jateng Diberi Pelatihan Perpajakan, Ini yang Diharapkan Direktorat Jenderal Pajak |
![]() |
---|
PSSI Jateng Ingin Kompetisi Usia Dini Terus Dijaga Konsistensinya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.