Berita Semarang
Resep Keripik Tempe Andalan Ibunda Jadi Penolong Jeni Hartati Saat Ekonomi Terpuruk
Sembari bekerja, Jeni berinisiatif membuat usaha. Resep keripik tempe andalan ibundanya pun menjadi penolong saat ekonomi tengah terpuruk
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Mengalami hidup di titik terendah sempat dirasakan Jeni Hartati, pelaku UMKM binaan BRI, saat toko kelontong dan fotokopinya mulai surut pada 2009 silam. Ia pun memutar otak agar bisa tetap bertahan hidup dengan bekerja.
Ternyata, mengandalkan gaji dari bekerja bagi dia, tak cukup untuk menghidupi tiga anak di tengah suaminya kena pensiun muda.
Sembari bekerja, Jeni berinisiatif membuat usaha. Resep keripik tempe andalan ibundanya pun menjadi penolong saat ekonomi tengah terpuruk.
Ide usaha keripik tempe berawal dari ibunda yang sering membuat keripik tempe untuk sanak saudara.
"Itu ide dari mami saya. Beliau bikin kripik tempe. Tipis masih kelihatan tepungnya agak tebal, tapi nggak dijual. Cuma bikin untuk bagi-bagi ke saudara. Saya pikir kenapa nggak angkat tempe saja untuk usaha," ujar Jeni, saat menyambangi Rumah BUMN Semarang, Kamis (24/4/2025).
Meski resep sama, konsep yang diambil Jeni sedikit berbeda. Mayoritas tempe dikonsumsi untuk lauk pauk. Sementara, Jeni mengangkat tempe menjadi camilan. Karena itu, usahanya ia beri nama Kimilanqu yang memiliki makna 'Iki Cemikanku'.

Tempe diiris tipis digoreng dengan balutan tepung tipis. Tepung ini berfungsi untuk mengikat agar produknya krispi. Untuk mendapatkan keripik tempe yang krispi dan krenyes, ia telah melalui beberapa percobaan hingga mendapatkan produk yang pas.
Sejak menemukan komposisi yang pas, di rumahnya, Jalan Tlogo Mukti Raya, Tlogosari Kulon, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, Jeni disibukkan dengan memotong tempe yang dipesan secara khhsus dari seorang perajin.
Pemotongan pun kini sudah menggunakan alat sehingga setiap irisan tempe nampak rapi dan seragam.
Setelah tempe teriris rapi, pelaku UMKM binaan BRI itu menggorengnya sedikit drmi sedikit. Ia menggoreng menggunakan minyak kelapa yang terbilang lebih premium dibanding minyak sawit.
Ia memang sengaja membuat produk premium dengan segmentasi pasar menengah ke atas mengingat dirinya mengusung konsep camilan sehat. Camilan sehat membutuhkan biaya produksi lebih tinggi.
Selain menggunakan minyak kelapa, produknya tergolong sehat karena pengolahan tanpa MSG dan tanpa pengawet.
"Cuma, konsekuensinya middle high pasar terbatas. Terus terang saya akui saya tidak bisa melalangbuana ke pasar tradisional karena harga di pasar nggak masuk. Saya akui harganya tinggi," ungkapnya.
Awalnya, dirinya hanya menitipkan produk keripik tempe kemasan kecil ke warung-warung daerah sekitar rumahnya.
Ia sempat menggunakan sablon untuk labeling produk. Namun, beredar info pemakaian sablon tidak baik karena dikhawatirkan menembus ke makanan.
Panduan Lengkap Menuju GIIAS Semarang 2025: Rute Anti-Macet untuk Semua Pengunjung |
![]() |
---|
HUT Ke-28 BAF, Bagikan Paket Bahan Pangan Bernutrisi Melalui BAF Nutri-Kids |
![]() |
---|
Bajai Merah Mengaspal di Kota Semarang, Albert Coba Peruntungan Jadi Sopir |
![]() |
---|
Pasar Johar Semarang: Dari Pohon Johar hingga Ikon Arsitektur Tropis Modern |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini, Minggu 21 September 2025: Sejumlah Kecamatan Diguyur Hujan Ringan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.