Bencana Tanah Gerak di Sirampog Brebes
Asa Warga di Tengah Tanah Gerak Sirampog Brebes: Harapan yang Masih Tertinggal di Hunian Sementara
Abdul adalah satu dari ratusan warga terdampak bencana tanah gerak yang memporak-porandakan Desa Mandala, Kecamatan Sirampog, pada April 2025.
Penulis: budi susanto | Editor: deni setiawan
TRIBUNJATENG.COM, BREBES - Di sebuah bedeng sederhana berlantai tanah di kawasan Gunung Poh, Abdul Wahid (70) duduk termenung.
Matanya nanar, sarung yang membalut tubuhnya tak mampu menyembunyikan dingin dan gundah di dalam dada.
Lelaki tua asal Dukuh Krajan, Desa Mandala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes ini tak pernah menyangka, tanah yang selama ini menjadi tumpuan hidup, justru menelannya hidup-hidup.
Baca juga: "Lebih Baik Dirobohkan Saja!" Tangis Nasrullah Lihat Rumah Rusak Imbas Tanah Gerak Sirampog Brebes
Baca juga: Gubernur Jateng Berencana Bangun Tanggul Laut dari Sayung Sampai Brebes
“Allahu Akbar,” gumamnya pelan memecah keheningan yang menyelimuti hunian sementara yang telah menjadi tempat tinggalnya selama beberapa pekan terakhir.
Dia hanya ditemani menantunya yang sedang meracik sayur daun singkong, bahan makanan yang mereka pungut dari ladang yang tak lagi terurus.
Abdul adalah satu dari ratusan warga terdampak bencana tanah gerak yang memporak-porandakan Desa Mandala pada April 2025.
Rumahnya telah rata tanah, sawah dan ladang tempat dia menggantungkan harapan ikut lenyap.

Data Pemkab Brebes mencatat sedikitnya 70 lahan pertanian rusak dan lebih dari 120 rumah ambruk akibat pergerakan tanah yang terus berlangsung sejak pertengahan April 2025.
“Kami tak tahu harus bagaimana."
"Padahal kami hanya mengandalkan pertanian untuk biaya hidup,” ujarnya pada Rabu (27/5/2025).
Abdul masih ingat betul saat tanah di halaman rumahnya mulai turun beberapa sentimeter pada Kamis (17/4/2025) siang.
Malam harinya, dia dan warga tetap menggelar pengajian di rumah tak menyangka bahwa tanah yang mereka injak perlahan mengkhianati.
“Paginya retakan makin dalam, rumah-rumah mulai miring,” kenangnya.
Tak butuh waktu lama, masyarakat akhirnya memilih meninggalkan rumah mereka.
Beberapa hari kemudian, rumah Abdul sudah tak berbentuk lagi amblas nyaris tanpa sisa.
Sejak saat itu, Abdul bersama ratusan warga lain tinggal di tenda pengungsian.
Mereka kemudian dipindahkan ke Hunian Sementara (Huntara) pada 21 Mei 2025, tak jauh dari lokasi pengungsian sebelumnya.
Namun tinggal di hunian sementara bukan berarti tanpa tantangan.
Baca juga: "Tidak Layak Huni, Bolo" Penampakan Sirampog Brebes Jadi Kampung Mati Gegara Tanah Bergerak
Baca juga: 7 Fakta Tanah Gerak di Sirampog Brebes, Apa Penyebabnya? Kini Jadi Desa Mati
"Kami Belum Selesai dengan Ujian Ini"
Di sudut lain hunian sementara, Istiana, perempuan asal Kuningan, Jawa Barat memunguti daun singkong di tengah reruntuhan rumah yang dulu dia tempati.
Di antara sisa tiang penyangga yang masih berdiri, dia menunjuk dan berkata lirih.
“Itu rumah saya, Mas, sekarang seperti itu kondisinya.”
Berhati-hati dia melangkah melewati pecahan batu bata dan puing atap.
Daun-daun singkong yang dikumpulkannya akan dimasak untuk keluarga.
“Memang bantuan makanan datang, tapi mie instan terus."
"Anak dan suami butuh makan bergizi,” ujarnya.
Istiana masih ingat betul malam saat tanah mulai bergerak. Gerakannya lambat, namun pasti.
“Awalnya saya tidak khawatir, tapi saat pintu rumah tidak bisa dibuka karena kusennya miring, saya tahu kami harus pergi," terangnya.

Pada Senin (21/4/2025), rumah-rumah di Dukuh Krajan sudah porak-poranda.
Untungnya, hampir seluruh warga telah mengungsi.
BPBD Kabupaten Brebes mencatat setidaknya 570 jiwa terdampak bencana ini.
Dalam sepekan, jumlah rumah rusak berat meningkat menjadi 120 unit.
Meski sudah berada di hunian sementara, rasa was-was belum sepenuhnya hilang.
Sehari setelah diresmikan, hujan deras menyebabkan banjir dan lumpur masuk ke dalam bedeng.
“Nasib kami, belum selesai dengan tanah gerak, sekarang sudah kebanjiran,” keluh Istiana.
Bagi Abdul, Istiana, dan warga lainnya, satu-satunya harapan yang mereka gantungkan kini adalah janji relokasi ke hunian tetap (huntap) dari pemerintah.
Namun hingga akhir Mei 2025, kepastian itu belum juga datang.
Mereka bertahan dengan segala keterbatasan, air bersih yang terbatas, balita, dan lansia yang kekurangan kebutuhan dasar, serta rasa trauma yang belum sembuh.
“Kalau terus seperti ini, kami bingung mau bagaimana."
"Hidup kami benar-benar mulai dari nol,” kata Abdul. (*)
Baca juga: PSIS Dijatuhi Sanksi FIFA, Begini Kata Agung Buwono Direktur Utama Mahesa Jenar Semarang
Baca juga: Cerita Perjalanan Mewah Kevin Warga Jakarta Naik Suite Class Compartment di Stasiun Semarang Tawang
Baca juga: Banjir Rob di Pati Matikan Sektor Pariwisata, Pantai Mina Mangrove Dulunya Ramai Pengunjung
Baca juga: "Jadi Tukang Sapu Jalanan Saya Siap" FX Hadi Rudyatmo Dukung Megawati Soekarnoputri Jadi Ketum PDIP
Brebes
Tanah Gerak di Sirampog Brebes
tanah gerak
feature
Human Interest
BPBD Kabupaten Brebes
Pemkab Brebes
Tanah Bergerak di Brebes Terparah Sejak 1982, Warga Dilarang Tempati Lokasi Lama |
![]() |
---|
Pernyataan Tegas Gubernur Jateng Terkait Bencana Tanah Gerak di Brebes: Kita Tidak Boleh Main-Main! |
![]() |
---|
Tangis Warga Mendala Brebes Korban Bencana Tanah Bergerak: Biasanya Anak Cucu Gembira Main di Sini |
![]() |
---|
Pusing Tujuh Keliling, Pemilik Rumah Terlanjur Utang Bank, Rumah Porak Poranda Gegara Tanah Bergerak |
![]() |
---|
Tawa Palsu Yanto Korban Tanah Gerak Sirampog Brebes, Rumah Baru Renov Ditelan Bumi, Uang Pinjam Bank |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.