Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Blora

Perekonomian Lesu, Pengepul Kulit di Blora Cari Jalan Keluar di Tengah Iduladha

Kondisi perekonomian yang kurang baik dirasakan oleh pengepul kulit kambing dan sapi di Blora.

Penulis: M Iqbal Shukri | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG/M Iqbal Shukri
PENGEPUL KULIT - Suasana rumah pengumpulan kulit milik Hantoro, di Jalan Halmahera No.9 Jetis, Kauman, Blora, Sabtu (7/6/2025).(Iqbal/Tribunjateng) 

TRIBUNJATENG.COM, BLORA - Kondisi perekonomian yang kurang baik dirasakan oleh pengepul kulit kambing dan sapi di Blora.


Meskipun, momen Iduladha jumlah kulit hewan kurban melimpah dibandingkan hari-hari biasa, namun secara umum kondisi ekonomi sedang kurang baik.


Hal itu seperti yang dialami pengepul kulit kambing dan sapi di Blora, Hantoro (63).


Hantoro mengatakan kulit kambing dan sapi yang ia beli dari warga, akan dijual kembali ke pabrik sepatu.


Kulit-kulit yang ia kumpulkan tersebut digunakan sebagai bahan pembuatan sepatu.


Namun, berdasarkan pengalaman Hantoro, tahun 2025 ini, penjualan kulit ke pabrik kurang lancar. Utamanya pembayaran dari pabrik ke dirinya.


Biasanya, pabrik membayar langsung, namun sejak tahun 2025, sistem pembayaran dari pabrik menggunakan sistem utang.


"Kalau dalam suasana ekonomi memang sepi, nggak seperti tahun-tahun kemarin." 


"Hasil yang kami dapat dari penjualan kulit ke pabrik menurun 50 persen," jelasnya kepada Tribunjateng, saat ditemui di rumah pengumpulan kulit miliknya, di Jalan Halmahera No.9 Jetis, Kauman, Blora, Sabtu (7/6/2025).


Hantoro mengeluhkan pembayaran dari hasil penjualannya ke pabrik. Lantaran kondisi ekonomi kurang bagus, pabrik membayarnya dengan utang.


"Jadi saat ini pabrik itu bayarnya utang, 4 bulan  sampai 6 bulan gitu, tidak bisa cash. Jadi harus cari modal sendiri dulu untuk belanja kan," jelasnya.


Adapun, dengan adanya sistem itu, Hantoro berusaha mencari solusi. Salah satunya dengan mencari usaha-usaha kerajinan yang membutuhkan bahan baku kulit, dengan pembayaran cash.


"Solusinya ya saya mencari tempat-tempat yang lain, kulit tidak saya full kirim ke satu pabrik, tapi ke pengrajin-pengrajin kecil-kecil itu yang memang biasanya malah ada uang, dibayar cash," paparnya.(Iqs)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved