Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UIN SAIZU Purwokerto

Jejak Eksploitasi Kolonial di Pemalang Terkuak dari Penelitian Kolaborasi Dosen UIN Saizu

Tim Dosen UIN Saizu Purwokerto melakukan penelitian kolaborasi terkait Perubahan Lingkungan Hidup Kabupaten Pemalang pada Era Kolonial.

Penulis: Laili Shofiyah | Editor: M Zainal Arifin
Istimewa
DOSEN UIN SAIZU - Sidik Fauji, Dosen UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto. Sidik merupakah salah satu dari tim dosen yang melakukan penelitian kolaborasi terkait Perubahan Lingkungan Hidup Kabupaten Pemalang pada Era Kolonial. (Dok UIN Saizu Purwokerto) 

Tak hanya lingkungan, masyarakat juga menjadi korban.

Polusi udara dari cerobong asap serta limbah cair dari pabrik menyebabkan berbagai penyakit.

“Di Pemalang era 1920-an, dilaporkan terjadi wabah disentri dan malaria."

"Air sumur warga banyak yang tercemar,” tambah Sidik Fauji.

Selain masalah kesehatan, ketimpangan sosial juga sangat mencolok.

Hasil panen tebu diekspor ke Eropa dan menguntungkan pengusaha Belanda, sementara buruh lokal hanya mendapat upah rendah.

“Ini wajah kapitalisme kolonial."

"Modernisasi industri terjadi, tapi eksploitasi terhadap buruh sangat kejam,” ujar Naufal Kresna Diwangkara, peneliti sejarah ekonomi.

Baca juga: Deretan Prestasi Membanggakan Mahasiswa FTIK UIN Saizu di Tingkat Daerah hingga Nasional Mei 2025

Upaya Perlawanan Rakyat

Dalam tekanan berat, sebagian petani mencoba melakukan perlawanan dengan tetap menanam padi secara sembunyi-sembunyi.

Namun jika tertangkap, mereka mendapat hukuman keras.

“Pemalang adalah cerminan bagaimana kolonialisme merusak tatanan sosial dan ekologi lokal,” tegas Fariz Nizar, akademisi muda yang terlibat dalam penelitian.

Kini, sisa-sisa kejayaan industri gula kolonial masih terlihat dari bangunan tua yang tersebar di berbagai sudut Pemalang.

Meski sebagian besar sudah menjadi puing, kisahnya menyimpan pelajaran penting.

“Eksploitasi alam secara masif demi keuntungan jangka pendek hanya akan mendatangkan bencana jangka panjang,” ungkap Sulistya Putri, guru sejarah dari Jepara yang juga merespons hasil penelitian ini.

Ia menekankan pentingnya membangun kesadaran ekologis sejak dini.

Pemalang saat ini masih berjuang menghadapi tantangan lingkungan, mulai dari banjir hingga pengelolaan sampah.

Namun, sejarah mencatat bahwa akar masalahnya telah tumbuh sejak era kolonial.

Penelitian ini menjadi pengingat bahwa pembangunan harus mengedepankan keberlanjutan dan keadilan sosial. (Laili S/***)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved