Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Kisah Hidayah Ratna Meraih Mimpi Menjelajah Batas Negara dengan Benang dan Jarum

Polio mengubah hidup Hidayah Ratna Febriani tapi tak merenggut semangatnya untuk membangun Ida Modiste di Semarang.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM/REZANDA AKBAR D
MENUNJUKAN PAKAIAN - Hidayah Ratna Febriani, pemilik Ida Modiste, seorang disabilitas daksa yang menjadi designer sekaligus penjahit top di Semarang, tak sedikit pejabat Semarang yang menjadi langganannya. 

Seiring waktu, reputasi Ida juga menyebar di kalangan pejabat dan tokoh masyarakat. Ia sering menerima pesanan dari kepala dinas, istri-istri pejabat, hingga figur publik. 

“Saya pernah ngukur di Puri Gedhe, waktu itu buat Pak Ganjar dan Istrinya. Kemudian Wali Kota Semarang saat ini Bu Agustin Wilujeng juga langganan saya. Beliau suka bilang ke orang-orang, ‘Ini desainer saya,’” ujarnya sambil tersenyum.

Sekitar tahun 2014, Ida merasa hampa meski bisnis sedang bagus.

“Seperti ada yang kosong di hati saya,” katanya. 

Asistennya menyarankan untuk mencari kegiatan sosial. Dari situlah ia bergabung dengan Sahabat Difabel di Jalan Untung Suropati. 

Di sana, ia menjadi relawan pengajar menjahit. 

“Yang saya ajar itu ada tunarungu, down syndrome, daksa, sampai grahita. Saya ajarkan semua yang saya bisa, dan ternyata itu yang bikin hati saya tenang,” ujarnya sambil tersenyum.

Sudah hampir 11 tahun ia mengabdi sebagai relawan.

Kini, ia menjabat sebagai Ketua Yayasan, dan membuka peluang kerja bagi penyandang disabilitas melalui Ida Modiste.

Beberapa dari mereka datang dari luar kota, karena mengenal Ida lewat pemberitaan media. 

“Ada yang dari Solo, Cilacap. Mereka lihat saya di TV, terus datang belajar,” tuturnya.

Baca juga: Mengenal Wastralingga, Rumah Bersama Para Perajin Batik Purbalingga

Bagi Ida, menjahit adalah jalan hidup. Setiap benang yang ia tarik, setiap pola yang ia gambar, adalah bagian dari misi untuk memberdayakan. 

“Difabel itu bisa mandiri. Bisa punya penghasilan. Asal diberi kesempatan,” ujarnya dengan mata berbinar.

Tak banyak yang tahu, bahwa di balik selembar kebaya indah buatan Ida, ada kisah perjuangan panjang seorang perempuan yang memilih untuk melawan keterbatasan bukan dengan amarah, tapi dengan keberanian dan ketekunan. (Rad)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved