Undip Berdayakan Warga Jabungan Lewat Budidaya Maggot untuk Atasi Kemiskinan dan Sampah Organik
Departemen Hubungan Internasional Universitas Diponegoro (Undip) menggelar kegiatan pengabdian masyarakat
Penulis: Franciskus Ariel Setiaputra | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Departemen Hubungan Internasional Universitas Diponegoro (Undip) menggelar kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Mengubah Sampah Menjadi Sumber Penghidupan” di Kelurahan Jabungan, Kecamatan Tembalang, Semarang.
Kegiatan yang menyasar warga berpenghasilan rendah ini mengusung konsep pemberdayaan masyarakat melalui budidaya maggot atau larva Black Soldier Fly (BSF) sebagai solusi pengelolaan sampah organik dan penguatan ekonomi lokal.
Ketua Tim Pengabdian, Marten Hanura, menyampaikan bahwa program ini bertujuan mengurangi kemiskinan sekaligus menumbuhkan kesadaran lingkungan warga. Kegiatan ini juga mendukung target Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 1 (Tanpa Kemiskinan), SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim), dan SDG 15 (Kehidupan di Darat).
“Program budidaya maggot ini tidak hanya memberikan keterampilan baru, tapi juga membuka peluang usaha yang ramah lingkungan. Ini adalah langkah konkret untuk menghubungkan ilmu pengetahuan dengan kebutuhan masyarakat,” kata Marten, didampingi dosen lain seperti Fendy Eko Wahyudi, Dewi Setiyaningsih, Palupi Anggraheni, dan Muhammad Subhan.
Kegiatan ini mencakup penyuluhan dan pelatihan langsung terkait cara mengolah sampah organik menjadi pakan maggot yang bernilai ekonomis. Data dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang menyebutkan, lebih dari 60 persen sampah yang dihasilkan masyarakat berupa sampah organik sehingga inovasi ini dianggap relevan.
Lurah Jabungan, Sarwono, menyambut positif inisiatif ini. Ia menilai pelatihan budidaya maggot dapat menjadi solusi ganda bagi warganya.
“Masyarakat Jabungan menyambut baik kegiatan pengabdian ini. Semoga pelatihan budidaya maggot ini dapat membantu warga dalam mengelola dan memanfaatkan sampah dengan bijak, sekaligus memperbaiki kesejahteraan masyarakat yang kurang mampu,” ujarnya.
Program ini juga dirasakan dampaknya secara langsung oleh masyarakat. Di antaranya penurunan volume sampah rumah tangga dan pasar, peningkatan kesadaran lingkungan, penguasaan teknologi pengolahan sampah yang ramah lingkungan, terbukanya peluang usaha baru, penguatan kemandirian ekonomi warga.
Dengan semangat kolaboratif antara akademisi dan masyarakat, kegiatan ini menjadi bentuk nyata kontribusi Universitas Diponegoro dalam menjawab tantangan lingkungan dan sosial secara berkelanjutan. (*)
Pemkot Semarang Tindaklanjuti Masalah Sampah Liar di Rowosari |
![]() |
---|
Konsumsi Rumah Tangga di Semarang Melambat Meski Mal Tetap Ramai |
![]() |
---|
Kisah Pilu Kampoeng Pelangi Semarang, Dulu Viral Hingga Mancanegara Kini "Mati Suri" |
![]() |
---|
TPS Ilegal dan Penumpukan Sampah Jadi Sorotan, Pemkot Semarang Turun Tangan |
![]() |
---|
Daftar Susunan Pemain PSIS Semarang Lakoni Laga Uji Coba Kontra PSIM |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.