Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Bencana di Jateng Masih Tinggi, Ahmad Luthfi Tekankan Upaya Pencegahan

Jawa Tengah menjadi provinsi ketiga dengan jumlah kejadian bencana tertinggi di Indonesia dengan 162 kejadian, berdasarkan data BNPB.

Penulis: Laili Shofiyah | Editor: M Zainal Arifin
Istimewa
JAMBORE NASIONAL: Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi acara Jambore Nasional ke-3 Relawan Muhammadiyah Aisyiyah di Wonder Park, Tawangmangu, Karanganyar, Kamis, 26 Juni 2025. Berdasarkan data BNPB, Jawa Tengah menjadi provinsi ketiga dengan jumlah kejadian bencana tertinggi di Indonesia dengan 162 kejadian. (Dok Pemprov Jateng) 

"Ada air yang tidak bisa kita lawan, ada rob yang tidak bisa kita lawan, banjir yang tidak bisa kita lawan," katanya.

Tingginya bencana di Jateng itu merujuk pada kondisi geologi Jawa Tengah yang terbagi menjadi 7 klasifikasi.

Di antaranya Perbukitan Rembang, Zona Randublatung, Pegunungan Kendeng, Pegunungan Selatan Jawa Tengah bagian Timur, Pegunungan Serayu Utara, Pegunungan Serayu Selatan, dan Pegunungan Progo Barat. 

Baca juga: Ahmad Luthfi Minta Pengusaha Muda Berkontribusi dalam Pembangunan Daerah

Sementara kondisi topografi meliputi daerah pegunungan dan dataran tinggi yang membujur sejajar dengan panjang pulau Jawa bagian tengah, dataran rendah yang hampir tersebar di seluruh wilayah, dan pantai yaitu pantai Utara dan Selatan.

Sedangkan kondisi klimatologi Jawa Tengah termasuk tropis dengan curah hujan yang beragam.

Menurut pengukuran Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) tahun 2024, Provinsi Jawa Tengah memiliki kelas risiko sedang dengan nilai 99,61.

Ahmad Luthfi menjelaskan, langkah antisipasi bencana salah satunya adalah pencegahan.

Misalnya terkait banjir, rob, dan pendangkalan muara bisa dicegah dengan normalisasi sungai dan mageri segoro dengan menanam mangrove sebanyak-banyaknya.

Langkah pencegahan berikutnya adalah mengurangi penggunaan air tanah yang menyebabkan turunnya muka tanah sehingga terjadi abrasi.

Dalam hal ini edukasi kepada masyarakat harus dimasifkan.

"Kita edukasi untuk tidak menggunakan air tanah sehingga kita ganti dengan SPAM."

"Kalau tidak SPAM, Provinsi Jawa Tengah juga menggunakan desalinasi."

"Upaya pencegahan ini yang ke depan harus kita lakukan sehingga masyarakat kita sudah siap," jelasnya.

Di sisi lain, lanjut Luthfi, edukasi tanggap bencana kepada masyarakat juga diperlukan.

Mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, sampai provinsi.

Relawan tanggap bencana ini menjadi unsur utama dalam rangka quick respons kebencanaan. (Laili S/***)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved