Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pati

Seni Bela Diri Gongcik Asal Pati Menolak Punah, Terus Upayakan Regenerasi

Para pelaku seni bela diri asal Desa Pasucen, Kecamatan Trangkil, ini mencoba tetap bertahan mempertahankan eksistensi dari gempuran zaman.

TRIBUN JATENG/ISTIMEWA
SENI BELADIRI GONGCIK - Pertunjukan seni bela diri gongcik di Desa Pasucen, Kecamatan Trangkil, Pati, belum lama ini. Meski popularitasnya meredup, para pelaku seni bela diri ini mencoba tetap bertahan mempertahankan eksistensi dari gempuran zaman. (Dok. Gongcik Singo Padi) 

TRIBUNJATENG.COM, PATI – Gongcik, kesenian bela diri asli Kabupaten Pati, menolak untuk punah.

Meski popularitasnya meredup, para pelaku seni bela diri asal Desa Pasucen, Kecamatan Trangkil, ini mencoba tetap bertahan mempertahankan eksistensi dari gempuran zaman.

Untuk diketahui, pencak silat gongcik sudah eksis sejak zaman kolonial Belanda.

Baca juga: Christo Karateka Pati Borong Medali di Kejuaraan Tingkat Asia Tenggara

Praktisi gongcik, Ahmad Faozi, mengungkapkan bahwa gongcik merupakan seni tari bela diri pencak silat yang diciptakan untuk membentengi masyarakat dari penjajahan Belanda. 

Menurut dia, pada masa kolonial, Belanda melarang masyarakat lokal untuk belajar bela diri karena khawatir akan memunculkan lawan berbahaya.

"Akhirnya sesepuh mengemas pencak silat dengan iringan musik gong, ningnong, kendang, dan jidor seperti pertunjukan tari tradisional. Ini sebagai kamuflase dalam berlatih bela diri agar tidak diketahui penjajah," kata pria yang akrab disapa Ochenk ini.

Salah satu cara agar kesenian ini tidak tergerus zaman adalah dengan terus menggelar pertunjukan untuk mengenalkannya kepada masyarakat luas. 

Seperti halnya yang dilakukan Ochenk bersama warga lainnya di Desa Pasucen, Kecamatan Trangkil, yang tergabung dalam Gongcik Singo Padi. Mereka juga berkolaborasi dengan warga kecamatan sekitar.

Mereka masih aktif menggelar kesenian gongcik, bahkan juga berupaya melakukan regenerasi.

"Menjelang bulan Suro ini kami mengadakan pertunjukan gongcik lintasgenerasi. Penampilnya mulai dari usia SD, SMP, remaja, hingga orang tua. Mereka berasal dari Kecamatan Trangkil, Tlogowungu, Wedarijaksa, dan Margoyoso," jelas dia, Kamis (26/6/2025).

Pertunjukan tersebut juga dalam rangka memperingati Haul Mbah Wiro Padi, sosok yang diyakini pertama kali mengajarkan gongcik kepada masyarakat Pasucen. 

Melalui kegiatan ini, Ochenk mengajak dan memberi pemahaman kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga serta melestarikan kesenian gongcik.

"Kami mengadakan pertunjukan lintasgenerasi dari beberapa kecamatan ini tujuannya agar saling menjaga dan tukar pengalaman. Khususnya generasi muda, kami memberikan kebebasan dalam berkreasi agar mereka merasa bangga dan merasa memiliki kesenian ini," jelas dia.

Ochenk mengisahkan, gongcik memiliki sejarah panjang di Desa Pasucen.

Dimulai sejak kehadiran Mbah Wiro Padi sekira tahun 1835. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved