Berita Pati
Seni Bela Diri Gongcik Asal Pati Menolak Punah, Terus Upayakan Regenerasi
Para pelaku seni bela diri asal Desa Pasucen, Kecamatan Trangkil, ini mencoba tetap bertahan mempertahankan eksistensi dari gempuran zaman.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUNJATENG.COM, PATI – Gongcik, kesenian bela diri asli Kabupaten Pati, menolak untuk punah.
Meski popularitasnya meredup, para pelaku seni bela diri asal Desa Pasucen, Kecamatan Trangkil, ini mencoba tetap bertahan mempertahankan eksistensi dari gempuran zaman.
Untuk diketahui, pencak silat gongcik sudah eksis sejak zaman kolonial Belanda.
Baca juga: Christo Karateka Pati Borong Medali di Kejuaraan Tingkat Asia Tenggara
Praktisi gongcik, Ahmad Faozi, mengungkapkan bahwa gongcik merupakan seni tari bela diri pencak silat yang diciptakan untuk membentengi masyarakat dari penjajahan Belanda.
Menurut dia, pada masa kolonial, Belanda melarang masyarakat lokal untuk belajar bela diri karena khawatir akan memunculkan lawan berbahaya.
"Akhirnya sesepuh mengemas pencak silat dengan iringan musik gong, ningnong, kendang, dan jidor seperti pertunjukan tari tradisional. Ini sebagai kamuflase dalam berlatih bela diri agar tidak diketahui penjajah," kata pria yang akrab disapa Ochenk ini.
Salah satu cara agar kesenian ini tidak tergerus zaman adalah dengan terus menggelar pertunjukan untuk mengenalkannya kepada masyarakat luas.
Seperti halnya yang dilakukan Ochenk bersama warga lainnya di Desa Pasucen, Kecamatan Trangkil, yang tergabung dalam Gongcik Singo Padi. Mereka juga berkolaborasi dengan warga kecamatan sekitar.
Mereka masih aktif menggelar kesenian gongcik, bahkan juga berupaya melakukan regenerasi.
"Menjelang bulan Suro ini kami mengadakan pertunjukan gongcik lintasgenerasi. Penampilnya mulai dari usia SD, SMP, remaja, hingga orang tua. Mereka berasal dari Kecamatan Trangkil, Tlogowungu, Wedarijaksa, dan Margoyoso," jelas dia, Kamis (26/6/2025).
Pertunjukan tersebut juga dalam rangka memperingati Haul Mbah Wiro Padi, sosok yang diyakini pertama kali mengajarkan gongcik kepada masyarakat Pasucen.
Melalui kegiatan ini, Ochenk mengajak dan memberi pemahaman kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga serta melestarikan kesenian gongcik.
"Kami mengadakan pertunjukan lintasgenerasi dari beberapa kecamatan ini tujuannya agar saling menjaga dan tukar pengalaman. Khususnya generasi muda, kami memberikan kebebasan dalam berkreasi agar mereka merasa bangga dan merasa memiliki kesenian ini," jelas dia.
Ochenk mengisahkan, gongcik memiliki sejarah panjang di Desa Pasucen.
Dimulai sejak kehadiran Mbah Wiro Padi sekira tahun 1835.
Ketika itu gongcik bukan hanya berfungsi sebagai hiburan semata, melainkan juga sebagai upaya pembekalan masyarakat untuk membentengi diri dari penjajah.
Selain itu juga sekaligus sebagai ajang dakwah dan syiar agama Islam.
Dia menambahkan, kesenian gongcik hingga saat ini masih eksis di desanya.
Menurutnya masih ada puluhan orang yang menekuni kesenian bela diri ini, termasuk generasi muda.
Ochenk berharap kesenian tradisional warisan leluhur ini bisa terus bertahan dan lestari di tengah maraknya budaya populer pada era modern ini. (mzk)
Baca juga: Komunitas Gandrung Sastra asal Pati Pentaskan Monolog dan Bedah Buku Kumcer "Jabrik" di Kudus
5.000 Santri Pati Gabung Aksi 13 Agustus, Ikut Tolak Kenaikan Pajak PBB-P2 |
![]() |
---|
Sosok Sudewo Bupati Pati Naikkan Pajak Hingga 250 Persen, Kader Partai Gerindra |
![]() |
---|
Berbuntut Ricuh, Ini 3 Alasan Bupati Sadewo Naikkan PBB-P2 di Pati hingga 250 Persen |
![]() |
---|
Kontroversi Penyitaan Air Mineral Donasi Demo PBB Naik 250 Persen, Plt. Sekda Pati: 'Demi Kirab!' |
![]() |
---|
Harta Kekayaan Riyoso Plt Sekda Pati Cekcok Dengan Massa Penolak Kenaikan Pajak, Tembus Rp 4,5 M |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.