Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kabupaten Pekalongan

Tiap Bulan Raih Cuan Puluhan Juta Rupiah Hasil Jual Daster, Inilah Kisah Ahmad Warga Pekalongan

Melalui brand Archer Collection, pria asal Kabupaten Pekalongan ini mampu mengubah krisis pandemi menjadi peluang dengan omzet puluhan juta rupiah.

Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/INDRA DWI PURNOMO
CEK DASTER - Pengunjung mengecek daster produk milik Ahmad Romadhon warga Desa Pakisputih, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Senin (30/6/2025). Pria ini mampu mengubah krisis pandemi menjadi peluang emas dengan omzet puluhan juta rupiah per bulan. 

TRIBUNJATENG.COM, KAJEN - Siapa sangka, pakaian rumahan sederhana seperti daster justru menjadi jalan kebangkitan Ahmad Romadhon dari keterpurukan ekonomi.

Melalui brand Archer Collection, pria asal Kabupaten Pekalongan ini mampu mengubah krisis pandemi menjadi peluang emas dengan omzet puluhan juta rupiah per bulan.

Ahmad Romadhon, warga Desa Pakisputih, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan adalah bukti nyata bahwa kegigihan dan keberanian beradaptasi bisa mengubah nasib.

Baca juga: Dishub Kota Pekalongan Kawal Surat Edaran Kemenhub, Truk Berat Wajib Lewat Tol

Baca juga: Bupati Pekalongan Fadia : Marbot Adalah Penjaga Kenyamanan Ibadah yang Harus Dihargai

Ketika pandemi Covid-19 memaksa banyak pelaku usaha gulung tikar.

Namun Ahmad justru menemukan peluang emas dari bisnis daster rumahan.

Sebelum dikenal melalui brand Archer Collection, Ahmad Romadhon adalah produsen jeans sejak 2010.

Namun, pada akhir 2019 menjelang pandemi, usahanya terhenti.

"Waktu itu usaha benar-benar jatuh."

"Banyak tagihan tidak cair, pasar tutup."

"Saya nyaris kehilangan semua," katanya kepada Tribunjateng.com, Senin (30/6/2025).

Namun Ahmad tidak tinggal diam.

Di awal 2020, dia melihat tren meningkatnya kebutuhan pakaian rumahan seperti daster, seiring kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat.

Dia lantas memutuskan menjadi reseller daster dari Kecamatan Buaran selama enam bulan.

"Awalnya saya hanya ambil barang dari pengrajin lain."

"Tapi setelah paham pasar, pada 2021 saya mulai produksi sendiri."

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved