Dr Irma Yuliantina: Anak PAUD Jangan Hanya Disuruh Menghafal, Tapi Harus Diberi Pengalaman Bermakna
Praktik pembelajaran pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) saat ini dinilai masih cenderung berorientasi pada hafalan dan kepatuhan
Penulis: Franciskus Ariel Setiaputra | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Praktik pembelajaran pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) saat ini dinilai masih cenderung berorientasi pada hafalan dan kepatuhan.
Dosen Magister PAUD Universitas Panca Sakti Bekasi Dr. Irma Yuliantina, M.Pd menilai, imbas dari pendekatan itu kurang memberikan ruang bagi anak untuk memahami dan mengalami proses belajar yang bermakna.
Menurutnya, sebagian besar guru PAUD masih mempraktikkan pembelajaran dangkal (surface learning).
Praktik ini atau metode ini hanya menekankan hafalan, penyampaian informasi satu arah, serta minim refleksi atau pemaknaan dari peserta didik.
“Pembelajaran yang terjadi saat ini sering kali masih sepenuhnya dipandu guru, murid hanya menjadi penerima informasi. Tidak ada interaksi yang mendalam dengan ide atau konten yang diberikan,” kata dia saat menjadi pemateri dalam seminar yang dilangsungkan di Kampus IV UPGRIS, kamis (3/7/2025).
Baca juga: Banyumas Salurkan Bansos PAUD Pertama se-Jateng, Total Capai Rp 235 Juta
Seminar bertajuk “Pembelajaran Mendalam di PAUD” ini diselenggarakan oleh Program Studi PG PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia Semarang (UPGRIS).
Menurut Irma, pendekatan pembelajaran seperti ini umumnya bersifat tidak personal dan kurang mempertimbangkan karakteristik individu anak.
Akibatnya, motivasi belajar peserta didik pun sering kali datang dari luar diri mereka, misalnya karena tuntutan ujian atau tugas, bukan dari keinginan untuk memahami.
Ia menjelaskan, pembelajaran mendalam (deep learning) adalah pendekatan yang menekankan proses memahami makna dari apa yang dipelajari, bukan sekadar menghafal informasi.
“Pembelajaran mendalam itu memuliakan peserta didik. Proses belajarnya harus berkesadaran, bermakna, menggembirakan, dan melibatkan olah pikir, olah hati, olah rasa, serta olah raga secara holistik,” sebutnya.
Dalam implementasinya, terdapat tiga tahapan penting yang harus dilakukan guru.
Pertama, perencanaan, yakni melalui refleksi mendalam terhadap karakteristik murid, materi pelajaran, hingga sumber daya yang tersedia.
"Berikutnya pelaksanaan pembelajaran, yang harus dirancang dengan prinsip belajar aktif, pengalaman nyata, reflektif, serta menggembirakan bagi anak," ujarnya.
Tahapan lain yakni asesmen, yang tidak hanya menilai penguasaan teori, melainkan juga pemahaman konseptual.
Selain itu juga kemampuan berpikir kritis, serta penerapan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
“Guru PAUD perlu mulai keluar dari zona nyaman pembelajaran lama. Anak harus diberi ruang untuk bertanya, mencoba, dan memahami, bukan hanya disuruh mengulang atau melafalkan,” ungkapnya. (*)
2 Wakil Thailand Tantang Atlet PB Djarum Kejuaraan Bulutangkis Beregu Junior di Kudus |
![]() |
---|
Pasar Johar Semarang: Dari Pohon Johar hingga Ikon Arsitektur Tropis Modern |
![]() |
---|
Aktris Ibu Kota Alya Rohali Terpukau Lihat Kerajinan Jepara Saat Kunjungi Gerai Dekranasda |
![]() |
---|
Hari Jadi ke-476 Kudus Angkat Tema Harmoni dalam Toleransi, Sam'ani: Perbedaan Itu Ketetapan Tuhan |
![]() |
---|
Pemkab Jepara Dapat Suntikan Dana Perbaiki Irigasi Sebesar Rp 81 Miliar dari Pemerintah Pusat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.