Berita Semarang
3 Tahun Pembunuhan dan Mutilasi Pegawai Bapenda Semarang Iwan Boedi, Istri Curhat Pernah Linglung
Iwan Boedi ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan pada 8 September 2022, di Kawasan Pantai Marina Semarang
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Masih ingat sosok Paulus Iwan Boedi Prasetyo?
Dia ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan pada 8 September 2022, di Kawasan Pantai Marina Semarang.
Saat itu dua minggu pasca ia dilaporkan hilang.
Tubuh Iwan Boedi dalam kondisi terbakar dan dimutilasi.
Namun hingga sekarang, kasus pembunuhan kejam ini belum terungkap.
Seribu hari sudah berlalu.
Baca juga: Gemas 3 Tahun Pembunuhan Iwan Boedi Belum Terungkap, Keluarga Investigasi Mandiri, Hasilnya?
Baca juga: Kombes Irwan Tinggalkan Utang Kasus Iwan Boedi, Keluarga Berharap ke Kapolrestabes Semarang Baru
Onee Anggrawati, istri mendiang Paulus Iwan Boedi Prasetyo, berdiri di hadapan altar Gereja St Maria Fatima Banyumanik Semarang.
Dia mengenakan pakaian bernuansa putih pada Senin (7/7/2025) malam saat Misa Arwah mengenang 1.000 hari wafat suaminya.
Tak ada air mata yang tumpah malam itu.
Suaranya pelan, namun tenang.
Meski luka kehilangan masih nyata, Onee berdiri dengan kekuatan yang tak bisa didefinisikan hanya oleh logika.
Di hadapan para Romo, umat, dan teman-teman perjuangannya, dia membuka kisah batin yang selama ini terpendam.
"Saya tidak meminta untuk terjadi pada saat saya harus kehilangan jiwa saya."
"Saya hanya berdoa," ucapnya lirih.
Onee mengisahkan kembali masa-masa awal saat suaminya dinyatakan hilang, sebelum akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.
Dalam ketidakpastian yang begitu pekat, dia sempat marah bukan hanya kepada keadaan, tetapi juga pada Tuhan.
"Saya itu keluarga yang rajin ke gereja, saya juga tidak pernah aneh-aneh."
"Tapi suami saya tidak pulang, saya tidak bisa berbuat apa-apa."
"Saya sempat bilang, 'Tuhan, saya tuh ikhlas."
"Tapi kenapa kejadiannya seperti ini?" ucapnya.
Dalam keputusasaan, dia mencari kekuatan di berbagai tempat, termasuk saat meminta izin kepada sahabatnya untuk pergi ke Gua Maria.
Di sanalah ia menyerahkan semuanya.
Dia tidak meminta mujizat.
Ia hanya memohon agar suaminya ditemukan apapun keadaannya.
"Saya tidak ingin masa depan anak-anak saya kosong."
"Saya hanya mau Tuhan temukan (suami) dengan apapun."
"Saya ikhlas," lanjutnya.
Onee sempat menceritakan perjuangan hukum yang dia jalani pasca kehilangan Iwan Boedi.
Dia melangkah ke sana kemari, meminta perlindungan, mendekati kuasa hukum, hingga sempat terseret ke dalam hal keputusasaan.
"Saya seperti orang linglung, tidak tahu harus ke mana."
"Orang pintar, dukun, saya coba semua."
"Tapi saya sadar, kekuatan bukan di situ," katanya.
Namun di tengah kekosongan itu, menurutnya Tuhan tetap hadir dalam bentuk lain, dalam anak-anaknya.
Melalui bantuan beasiswa dari pihak kampus, kerja keras anak-anaknya, dan dukungan tak henti dari umat serta para Romo, dia merasa tidak sendiri.
"Tuhan memberikan kebaikan untuk saya lewat anak-anak."
"Saya bersyukur."
"Saya tidak ingin menyimpan dendam, tidak ingin membalas jahat dengan jahat."
"Biarlah semua di tangan Tuhan Yesus," tuturnya mantap.
Onee menutup kesaksiannya dengan ucapan syukur kepada semua pihak yang selama ini hadir dan mendampingi.
Kepada anak-anaknya yang tetap tegar dan tidak pernah menyusahkan.
Kepada para Romo, umat lingkungan, dan siapa pun yang turut mendoakan.
"Kami percaya, tangan Tuhan Yesus yang memegang semuanya," ucapnya.
Sosok Paulus Iwan Boedi

Semasa hidupnya, Paulus Iwan Boedi dikenal sebagai pria pendiam, sederhana, dan penuh tanggung jawab.
Dia adalah aparatur sipil negara di Bapenda Kota Semarang yang menjadi saksi dugaan kasus korupsi hibah tanah di Semarang.
Di rumah, dia adalah sosok ayah yang hangat, suami yang lembut, dan pelindung yang selalu hadir.
Iwan Boedi meninggalkan dunia dalam kondisi yang tragis.
Namun bagi keluarga dan orang-orang yang mengenalnya, namanya tak pernah benar-benar pergi.
Dia hidup dalam setiap kenangan, dalam setiap perjuangan menegakkan kebenaran, dan dalam setiap doa yang dipanjatkan malam itu dengan suara lirih yang penuh makna.
Yunanto Sebut Negara Gagal Lindungi Saksi, Penyebab Kematian Iwan Boedi di Semarang Masih Gelap

Kuasa hukum keluarga mendiang Paulus Iwan Boedi, Yunantyo Adi Setiawan menyebut negara telah abai menjalankan kewajibannya melindungi korban sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi di Kota Semarang.
Seribu hari telah berlalu sejak Paulus Iwan Boedi Susetyo kala itu merupakan ASN Bapenda Kota Semarang, ditemukan tak bernyawa dengan kondisi dimutilasi dan dibakar di lahan kosong Kawasan Marina Semarang.
Namun kabar siapa pelakunya masih gelap hingga sekarang.
Di tengah doa dan duka yang belum reda, keluarga kembali menagih tanggung jawab negara.
“Iwan adalah saksi dalam perkara delapan bidang tanah di Kecamatan Mijen Semarang."
"Dia dipanggil penyidik, tetapi justru ditemukan dalam kondisi meninggal."
"Ini bukan sekadar kelalaian, ini pelanggaran HAM, kejahatan terhadap kemanusiaan,” tegas Yunantyo seusai misa arwah 1.000 hari Iwan Boedi di Gereja St Maria Fatima Banyumanik Semarang, Senin (7/7/2025) malam.
Dia mengungkapkan, sebelum meninggal, Iwan dijadwalkan memberi keterangan soal tanah-tanah milik swasta yang telah diserahkan ke Pemkot Semarang sejak 2010.
Namun sebelum sempat hadir memenuhi panggilan pada 25 Agustus 2022, Iwan Boedi sudah terlebih dahulu dinyatakan hilang sehari sebelumnya.
Dua pekan kemudian, pada 8 September 2022, jasadnya ditemukan terbakar di Kawasan Marina Semarang.
“Sudah 1.000 hari berlalu, tapi siapa pelakunya belum juga terungkap."
"Negara bukan hanya gagal melindungi saksi, tapi juga belum mampu menuntaskan keadilan atas kematiannya,” ujar Yunantyo.
Dia menegaskan, pemanggilan Iwan Boedi sebagai saksi dilakukan langsung oleh penyidik Polda Jateng.
Maka, menurutnya, wajar jika keluarga mendesak agar atensi serius diberikan kepada Kapolrestabes Semarang, Kapolda Jateng, hingga Kapolri.
“Kalau pemanggilan itu dari kepolisian, lalu setelahnya Iwan Boedi hilang dan ditemukan meninggal, ini bukan perkara sepele."
"Jangan sampai negara menutup mata."
"Keluarga butuh kepastian, masyarakat pun menunggu kebenaran,” lanjutnya.
Yunantyo juga menekankan bahwa perkara tanah yang melibatkan delapan bidang lahan di Kelurahan Pesantren (berlokasi di belakang Unika Soegijapranata) dan Jatisari, Kecamatan Mijen, tidak bisa direduksi hanya pada urusan administrasi balik nama atau dana sertifikasi yang tak terpakai.
“Kalau cuma dana sertifikasi yang tidak dipakai, kok Iwan Boedi sampai meninggal?"
"Artinya, ada masalah lain yang belum dibongkar."
"Harus dicari lebih dalam,” ujarnya.
Dia bahkan menyebut adanya kemungkinan skema penyimpangan seperti di daerah lain, dimana tanah fasilitas umum yang sudah diserahkan ke pemerintah malah dibeli kembali menggunakan anggaran negara.
“Polanya bisa saja mirip."
"Tapi kalau hanya dilihat dari permukaan, kebenaran akan terus terkubur."
"Keluarga butuh jawaban dan masyarakat berhak tahu,” tandasnya.
Di sisi lain, peringatan 1.000 hari wafatnya Iwan digelar secara sederhana namun khidmat.

Misa arwah dipimpin langsung oleh Uskup Agung Semarang dan dihadiri pula oleh Kardinal Emeritus Ignatius Suharyo.
“Kami hanya bisa berdoa agar Iwan Boedi tenang di Surga."
"Kami bersyukur misa ini bisa dihadiri tokoh-tokoh gereja besar."
"Itu berarti Iwan Boedi tidak dilupakan,” kata Edy Nugroho, koordinator misa arwah.
Menurut Edy, keluarga memilih berserah dalam doa ketimbang berspekulasi.
Namun dia tak menampik bahwa luka kehilangan masih terasa begitu dalam.
“Seribu hari berlalu, rasanya seperti baru kemarin."
"Doa adalah kekuatan utama kami."
"Kami percaya Iwan Boedi kini dalam damai Tuhan,” tutupnya. (*)
(*)
pembunuhan
mutilasi
Iwan Boedi Prasetijo
Iwan Boedi ASN Bapenda Kota Semarang
Kasus Iwan Boedi
ViralLokal
Dari TK hingga SMP, Anak-Anak Semarang Diajak Cinta Membaca |
![]() |
---|
Belum Kondusif, Doa Bersama Ojol untuk Affan di Semarang Terpaksa Batal |
![]() |
---|
Menolak Pulang! Ratusan Demonstran Bertahan di Gerbang Mapolda Jateng Meski Dihujani Gas Air Mata |
![]() |
---|
Sosok Ervina Demonstran Wanita Yang Disoraki Polisi Ternyata Seorang Barista |
![]() |
---|
Ratu Kalinyamat Jadi Inspirasi Film “Uttarani” Karya Mahasiswa SCU |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.