Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

Apakah Arya Diplomat Kemenlu Bunuh Diri? Pengamat: Tak Ada Tanda Kekerasan Bisa Jadi Kunci

minimnya indikasi kekerasan dapat menjadi petunjuk awal untuk menelusuri apakah Arya Daru meninggal karena penyakit, kecelakaan, atau faktor lainnya.

Penulis: Puspita Dewi | Editor: galih permadi
IG/puspitantri
Ayu Puspitantri saat mendampingi Arya Daru Pangayunan di luar negeri. Kini, ia menjadi saksi kunci kematian sang suami.  

Apakah Arya Diplomat Kemenlu Bunuh Diri? Pengamat: Tak Ada Tanda Kekerasan Bisa Jadi Kunci


TRIBUNJATENG.COM – Kematian Arya Daru (39), seorang diplomat Kementerian Luar Negeri yang ditemukan tewas di kamar kos kawasan Menteng, Jakarta Pusat, masih menyisakan banyak tanda tanya. 


Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah ia tewas dalam kondisi wajah terlilit lakban serta tidak ditemukannya tanda kekerasan pada tubuh korban. 


Kondisi ini dinilai penting dalam menelusuri kemungkinan penyebab kematiannya.


Pengamat kriminalitas sekaligus dosen purnabakti Universitas Gadjah Mada (UGM), Soeprapto, menilai bahwa minimnya indikasi kekerasan dapat menjadi petunjuk awal untuk menelusuri apakah Arya Daru meninggal karena penyakit, kecelakaan, atau faktor lainnya.

 

 Ia menyebut kemungkinan korban tewas karena penyakit yang diderita, atau bahkan akibat menutup saluran pernapasannya sendiri.


"Ya, jadi karena tidak ada tanda-tanda tindak kekerasan maka kemungkinannya adalah satu, itu karena penyakit tertentu yang diderita oleh korban," ujar Soeprapto dikutip dari tayangan Kompas TV, Jumat (11/7/2025).


"Apapun yang berkaitan dengan upaya untuk menutup pernapasan itu biasanya ada tanda-tanda lain yang bisa kita gunakan untuk mendeteksi apakah kondisi ini terjadi karena bunuh diri, dilakukan orang lain, atau karena ketidaksengajaan," katanya.


Menurut Soeprapto, korban bisa saja kehilangan napas akibat penyakit yang diderita.


 Namun, tidak menutup kemungkinan korban sendiri yang sengaja menutup saluran pernapasannya. 


Terkait apakah hal itu dilakukan untuk mengurangi rasa sakit atau karena keputusasaan akibat kondisi kesehatannya, ia menyebut hal itu patut diselidiki lebih lanjut.


Soeprapto juga menekankan pentingnya analisis forensik terhadap sidik jari di lakban yang melilit wajah korban.


 Pemeriksaan itu perlu untuk mengetahui apakah lakban tersebut dipasang oleh korban sendiri atau oleh pihak lain.


Sementara itu, hasil penyelidikan masih terus berjalan. Polisi menyebut masih membuka kemungkinan untuk melakukan ekshumasi jenazah guna pemeriksaan lebih lanjut.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved