Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Yunius Mujianto Desainer Semarang dan 15 Tahun Menenun Estetika dalam Warisan Budaya

Yunius Mujianto, desainer asal Semarang, menandai perjalanan 15 tahun di industri fashion Indonesia

IST
PESONA MUTIARA - Desainer asal Semarang, Yunius Mujianto saat berada di panggung Jateng Fashion Trend 2025 baru-baru ini. ist/ Dok Pribadi 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Yunius Mujianto, desainer asal Semarang, menandai perjalanan 15 tahun di industri fashion Indonesia dengan sebuah koleksi bertajuk “Pesona Mutiara”, yang ditampilkan dalam ajang Jateng Fashion Trend 2025.


Koleksi tersebut menjadi simbol reflektif atas perjalanan panjangnya sebagai perancang busana.


Seperti halnya proses terbentuknya mutiara di dalam cangkang yang membutuhkan waktu, kesabaran, dan ketekunan, Yunius menanamkan filosofi yang sama ke dalam setiap helai busana rancangannya.


Ia melihat keindahan bukan sebagai sesuatu yang instan, melainkan hasil dari sebuah proses yang dalam dan penuh dedikasi.


Yunius lahir di Semarang, pada 4 Juni 1986.

Ia mulai meniti karier di dunia fashion dengan mendirikan label Yunius Kebaya Bride, yang secara khusus memfokuskan diri pada desain kebaya dan busana pengantin modern.


Dalam setiap karyanya, ia mengusung karakter desain yang feminin dan romantis, dengan sentuhan kemewahan yang elegan.

Siluet yang lembut dan garis potong yang presisi menjadi ciri khasnya, lengkap dengan material pilihan seperti lace Prancis, tulle, chiffon, silk, serta detail beads dan embroidery yang halus.


Melalui tagline “The Luxurious Sense of Belonging”, Yunius menjadikan kebaya bukan sekadar pakaian, tetapi sebagai media ekspresi diri, sebuah pernyataan tentang identitas perempuan Indonesia yang modern, kuat, dan tetap mencintai budayanya.


Koleksi “Pesona Mutiara” hadir dengan nuansa warna putih, silver, dan cokelat, warna-warna yang tidak hanya anggun secara visual, tetapi juga menyiratkan makna filosofis.


Siluet A dan H yang digunakan memperkuat kesan klasik-modern, sementara material seperti satin, chiffon, dan batik lokal dari Jawa Tengah menjadi pengingat akan pentingnya kearifan lokal dalam sebuah karya kontemporer.


Detail seperti bunga 3D, bordir halus, serta pemilihan aksesori seperti giwang dan hairpiece, memberikan karakter lengkap pada sosok perempuan yang ia bayangkan: lembut namun berpendirian, anggun namun kuat.


Tidak hanya mengutamakan aspek estetika, Yunius juga menjadi bagian dari gerakan mode berkelanjutan.

Ia berkomitmen untuk memanfaatkan sisa bahan produksi atau kain perca dalam koleksinya sebagai bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan.


Ia juga lebih memilih brokat berbahan katun daripada polyester, demi menciptakan produk yang tidak hanya indah tetapi juga ramah lingkungan.

Keputusan untuk terus menggunakan batik sebagai bagian dari koleksinya adalah bentuk konsistensi terhadap pelestarian budaya lokal.


Selama kariernya, Yunius telah beberapa kali tampil di media nasional.


Namanya pernah menghiasi halaman Majalah Trend Kebaya edisi 2013, dan ia juga sempat diliput oleh stasiun televisi ANTV.

Di tahun 2019, ia menjadi satu-satunya desainer asal Semarang yang berpartisipasi dalam Semarang Fashion Trend Show, berdampingan dengan para desainer dari Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Malang. 


Kala itu, ia tidak hanya menampilkan karya, tetapi juga menyuarakan pentingnya peran pemerintah daerah dalam mendorong kemajuan industri kreatif di daerah.


Kini, melalui butik kebaya dan bridal miliknya yang berlokasi di Jalan Rowosari II, Ngaliyan, Semarang, Yunius terus melayani pelanggan dari berbagai kota.


Ia membuka layanan jahit, jual, dan sewa kebaya serta bridal, dengan proses konsultasi yang dapat dilakukan secara langsung maupun melalui kanal digital seperti Instagram @yunius_mujianto dan nomor WhatsApp 081327138176.


Dengan total 15 tahun pengalaman berkarya dan lebih dari delapan tahun tampil di panggung mode nasional, Yunius Mujianto telah menjelma menjadi salah satu desainer kebaya modern terkemuka dari Semarang.


Ia tidak hanya menciptakan pakaian, tetapi juga membingkai narasi yang lebih besar—tentang perempuan Indonesia, tentang warisan budaya, dan tentang keindahan yang tumbuh dari ketulusan.


"Keindahan sejati tidak hadir dalam sekejap. Ia membutuhkan waktu, ketekunan, dan proses yang jujur.

Seperti mutiara, ia harus dipelihara dalam kesabaran hingga akhirnya bersinar," tutur Yunius, menutup perbincangan.

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved